Kamis, 25 September 2014

Ratusan Angkot ‘Mati Suri’



Bertahan Hidup, Kerjasama dengan Perusahaan

BONTANG – Nasib Angkutan Kota (Angkot) di Kota Taman kian memperihatinkan dari tahun ke tahun. Data dirilis Terminal Kilometer (KM) 6 Bontang, dari 289 unit angkot yang tersisa, sebagian besar memilih ‘mengandangkan’ mobilnya. Sementara yang bertahan hidup adalah angkot pengangkut penumpang bekerja pada perusahaan. Tentu saja, pertimbangan harus dipenuhi, adalah layak jalan.
Kepala Terminal kilometer 6 Bontang, Jafar mengatakan,  angka 289 unit angkot tersebut diperoleh beberapa tahun lalu. Tatkala terminal tersebut masih ramai dikunjungi sekira tahun 2000 hingga 2003 lalu. Namun demikian, seiring berjalannya waktu, terminal tersebut semakin sepi.
“Dulu sekira tahun 2000 sampai 2003-an. Terminal ini masih ramai. Penumpang bus atau angkot masih banyak. Tapi pelan-pelan, perubahan itu mulai terjadi. Mungkin karena semakin banyaknya kendaraan pribadi,” jelas Jafar kemarin.
Dampak sepinya penumpang, lanjutnya, kini para pengusaha angkot dan supirnya pun harus memutar otak agar tak mati kelaparan menghadapi perubahan zaman yang dinilai tidak bersahabat.
Kini sebanyak 100 angkot bekerja untuk mengangkut pekerja pada perusahaan yang beroperasi di sekitar Kota Taman. Dengan sistem tersebut, dia memperkirakan, dalam 2 minggu saja, penghasilan Rp 3 juta, tak sulit diperoleh.
“Kalau mereka mengangkut karyawan perusahaan, dalam dua minggu saja, bisa dapat Rp 3 jutaan. Tapi tentu, yang bisa begitu, adalah angkot dengan kualitas baik. Khususnya, rutin melakukan uji kir,” bebernya.
Selain mengangkut karyawan perusahaan, Jafar mengakui sejumlah supir angkot bertahan hidup dengan berlangganan dengan para pelajar. Sehingga, dalam sebulan, pendapatan tetap telah mereka miliki.
“Itu lebih baik dibanding supir angkot yang bekerja mandiri dan tidak punya langganan. Bahkan tak jarang, seharian keliling tidak dapat penumpang,” bebernya.
Dijelaskan Jafar, permasalahan sepi penumpang, merupakan permasalahan nasional. Sebab, perkembangan zaman yang kian pesat dari tahun ke tahun menyebabkan setiap orang dituntut memiliki kendaraan pribadi.
Tentu dengan tarif murah sehingga menjangkau kantong nyaris seluruh kalangan dan strata sosial.
“Hampir setiap orang, sekarang ini punya kendaraan. Baik berupa motor, atau yang punya penghasilan lebih, bisa mobil. Makanya, jangan heran kalau sekarang ini, banyak pengusaha angkot pilih jual jual mobil,” tutupnya. (in)

   


 





Tidak ada komentar:

Posting Komentar