Bertahan
Hidup, Kerjasama dengan Perusahaan
BONTANG
– Nasib Angkutan Kota (Angkot) di Kota
Taman kian memperihatinkan dari tahun ke tahun. Data dirilis Terminal
Kilometer (KM) 6 Bontang, dari 289 unit angkot yang tersisa, sebagian besar
memilih ‘mengandangkan’ mobilnya. Sementara yang bertahan hidup adalah angkot pengangkut
penumpang bekerja pada perusahaan. Tentu saja, pertimbangan harus dipenuhi,
adalah layak jalan.
Kepala
Terminal kilometer 6 Bontang, Jafar mengatakan,
angka 289 unit angkot tersebut diperoleh beberapa tahun lalu. Tatkala
terminal tersebut masih ramai dikunjungi sekira tahun 2000 hingga 2003 lalu.
Namun demikian, seiring berjalannya waktu, terminal tersebut semakin sepi.
“Dulu
sekira tahun 2000 sampai 2003-an. Terminal ini masih ramai. Penumpang bus atau
angkot masih banyak. Tapi pelan-pelan, perubahan itu mulai terjadi. Mungkin
karena semakin banyaknya kendaraan pribadi,” jelas Jafar kemarin.
Dampak
sepinya penumpang, lanjutnya, kini para pengusaha angkot dan supirnya pun harus
memutar otak agar tak mati kelaparan menghadapi perubahan zaman yang dinilai
tidak bersahabat.
Kini
sebanyak 100 angkot bekerja untuk mengangkut pekerja pada perusahaan yang
beroperasi di sekitar Kota Taman.
Dengan sistem tersebut, dia memperkirakan, dalam 2 minggu saja, penghasilan Rp
3 juta, tak sulit diperoleh.
“Kalau
mereka mengangkut karyawan perusahaan, dalam dua minggu saja, bisa dapat Rp 3
jutaan. Tapi tentu, yang bisa begitu, adalah angkot dengan kualitas baik.
Khususnya, rutin melakukan uji kir,” bebernya.
Selain
mengangkut karyawan perusahaan, Jafar mengakui sejumlah supir angkot bertahan
hidup dengan berlangganan dengan para pelajar. Sehingga, dalam sebulan,
pendapatan tetap telah mereka miliki.
“Itu
lebih baik dibanding supir angkot yang bekerja mandiri dan tidak punya
langganan. Bahkan tak jarang, seharian keliling tidak dapat penumpang,”
bebernya.
Dijelaskan
Jafar, permasalahan sepi penumpang, merupakan permasalahan nasional. Sebab,
perkembangan zaman yang kian pesat dari tahun ke tahun menyebabkan setiap orang
dituntut memiliki kendaraan pribadi.
Tentu
dengan tarif murah sehingga menjangkau kantong nyaris seluruh kalangan dan
strata sosial.
“Hampir
setiap orang, sekarang ini punya kendaraan. Baik berupa motor, atau yang punya
penghasilan lebih, bisa mobil. Makanya, jangan heran kalau sekarang ini, banyak
pengusaha angkot pilih jual jual mobil,” tutupnya. (in)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar