Hanya
6 Bulan, Biasanya sampai 12 Bulan
PERBAIKAN: Sebagai distributor air bersih ke masyarakat Bontang, PDAM Tirta Taman selalu melakukan pembenahan. Termasuk melalui perbaikan seperti ini |
BONTANG
– Meskipun kerap dikeluhkan, ternyata Water
Treatment Plant (WTP) Berebas Tengah diklaim PDAM Taman Tirta Bontang
tercepat pembangunannya dibandingkan WTP lainnya, yakni 6 bulan. Bahkan, WTP
ini memakai air bawah tanah.
“Kalau
WTP lainnya memakan waktu 8 sampai 12 bulan. Jadi WTP Berebas Tengah ini paling
cepat,” ungkap Direktur PDAM Tirta Taman Bontang Adief Mulyadi beberapa waktu
lalu.
Kata
dia, sumber air PDAM Bontang yang didistribusikan masyarakat adalah dari bawah
tanah.
Karena
itu, harus dibuat sumur lebih dahulu sebelum membangun WTP untuk mengetahui
kualitas air bersihnya. Caranya mengambil sampel air lalu dicek kadar air
terkandung. Misalnya saja, tingkat kadar logam hingga kekeruhannya. Lalu,
disesuaikan dengan batas maksimal pengolahan WTP dimiliki.
“Pabrik
kita itu cuma bisa mengolah besi hingga 11 ppm (parts per million). Sementara, kadar besi di WTP Berebas Tengah
khususnya sumur di SMPN 8 itu, paling tinggi cuma 1 ppm. Jadi air di sana memang bagus,” jelasnya belum lama ini.
Berbeda jika
menggunakan sumber air permukaan. Seperti danau, waduk, air sungai hingga air
pegunungan. Dia mencontohkan, WTP Mahakam di Samarinda, menggunakan sumber air
sungai Mahakam. Praktis, dalam proses pembangunan WTP, tidak sulit dan makan
waktu lama. Pasalnya, tidak perlu dilakukan pengeboran. Melainkan sebatas
mengambil sampel. Untuk melihat kondisi terjeleknya, akan diambil saat hujan
deras. Untuk kondisi normal, biasanya diambil ketika musim kemarau. “Biasanya,
kalau hujan, kadar kekeruhannya bisa capai 300 ppm. Nantinya, harus diolah
dengan pabrik, supaya bisa capai angka normal 70 ppm. Supaya bisa aman
dikonsumsi,” tambahnya.
Bagian Langganan
PDAM Tirta Taman Bontang, Dadi Gunawan menambahkan, semakin tinggi kandungan
dalam air yang dipilih, maka semakin berat pula pengolahannya.
“Cotohnya saja,
kadar gas di dalam air yang diambil sampelnya. Maka harus diolah hingga sesuai
standar kelayakan untuk dikonsumsi,” katanya.
Dengan begitu,
lanjut Dadi, jika volume yang akan
diproduksi antara satu WTP bersumber dari air bawah tanah, dengan air permukaan
tanah, maka akan mampu menghemat waktu pengerjaan, juga biaya yang harus
dikeluarkan.
“Misalnya saja,
WTP Berebas Tengah. Di sana kan selesai cepat cuma sekira 6 bulan. Kalau sumber
airnya permukaan tanah, maka bisa lebih cepat 3 hingga 4 bulanan,” bebernya.
Dia
mencontohkan, jika sumber air dari pegunungan, maka akan lebih mudah
pengelolaannya. Sebab, tidak perlu membangun sumur. Melainkan, air itu akan
turun dan meluncur ke bawah. Bahkan, tidak perlu menggunakan pompa.
Lanjut dia,
setiba di bawah, air tersebut tinggal ditampung di dalam sebuah wadah dan
penyaringan. Dan terakhir diberikan obat air.
“Kalau mau lebih
kencang lagi, bisa juga dipasang pompa pendorongnya. Dengan begitu, biaya
maupun tenaga yang dikeluarkan lebih kecil,” ulasnya.
Namun, sebut
Dadi, dia menegaskan, apapun yang dimiliki dan menjadi sumber hidup warga
Bontang yang dikelola PDAM Tirta Taman Bontang, patut disyukuri.
“Karena, tidak
mungkin toh, kita mau impor bahan baku berupa air dari luar daerah. Yang jelas
air bawah tanah yang kita punya. Dan itu yang akan kita kelola sebaik mungkin,”
tandasnya. (*/in)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar