Kamis, 12 Juni 2014

WTP Berebas Tengah Tercepat Selesai


Hanya 6 Bulan, Biasanya sampai 12 Bulan

PERBAIKAN: Sebagai distributor air bersih ke masyarakat Bontang, PDAM Tirta Taman selalu melakukan pembenahan. Termasuk melalui perbaikan seperti ini
BONTANG – Meskipun kerap dikeluhkan, ternyata Water Treatment Plant (WTP) Berebas Tengah diklaim PDAM Taman Tirta Bontang tercepat pembangunannya dibandingkan WTP lainnya, yakni 6 bulan. Bahkan, WTP ini memakai air bawah tanah.
“Kalau WTP lainnya memakan waktu 8 sampai 12 bulan. Jadi WTP Berebas Tengah ini paling cepat,” ungkap Direktur PDAM Tirta Taman Bontang Adief Mulyadi beberapa waktu lalu.
Kata dia, sumber air PDAM Bontang yang didistribusikan masyarakat adalah dari bawah tanah.
Karena itu, harus dibuat sumur lebih dahulu sebelum membangun WTP untuk mengetahui kualitas air bersihnya. Caranya mengambil sampel air lalu dicek kadar air terkandung. Misalnya saja, tingkat kadar logam hingga kekeruhannya. Lalu, disesuaikan dengan batas maksimal pengolahan WTP dimiliki.
“Pabrik kita itu cuma bisa mengolah besi hingga 11 ppm (parts per million). Sementara, kadar besi di WTP Berebas Tengah khususnya sumur di SMPN 8 itu, paling tinggi cuma 1 ppm. Jadi air di sana memang bagus,” jelasnya belum lama ini.
Berbeda jika menggunakan sumber air permukaan. Seperti danau, waduk, air sungai hingga air pegunungan. Dia mencontohkan, WTP Mahakam di Samarinda, menggunakan sumber air sungai Mahakam. Praktis, dalam proses pembangunan WTP, tidak sulit dan makan waktu lama. Pasalnya, tidak perlu dilakukan pengeboran. Melainkan sebatas mengambil sampel. Untuk melihat kondisi terjeleknya, akan diambil saat hujan deras. Untuk kondisi normal, biasanya diambil ketika musim kemarau. “Biasanya, kalau hujan, kadar kekeruhannya bisa capai 300 ppm. Nantinya, harus diolah dengan pabrik, supaya bisa capai angka normal 70 ppm. Supaya bisa aman dikonsumsi,” tambahnya.
Bagian Langganan PDAM Tirta Taman Bontang, Dadi Gunawan menambahkan, semakin tinggi kandungan dalam air yang dipilih, maka semakin berat pula pengolahannya.
“Cotohnya saja, kadar gas di dalam air yang diambil sampelnya. Maka harus diolah hingga sesuai standar kelayakan untuk dikonsumsi,” katanya.
Dengan begitu, lanjut Dadi,  jika volume yang akan diproduksi antara satu WTP bersumber dari air bawah tanah, dengan air permukaan tanah, maka akan mampu menghemat waktu pengerjaan, juga biaya yang harus dikeluarkan.
“Misalnya saja, WTP Berebas Tengah. Di sana kan selesai cepat cuma sekira 6 bulan. Kalau sumber airnya permukaan tanah, maka bisa lebih cepat 3 hingga 4 bulanan,” bebernya.
Dia mencontohkan, jika sumber air dari pegunungan, maka akan lebih mudah pengelolaannya. Sebab, tidak perlu membangun sumur. Melainkan, air itu akan turun dan meluncur ke bawah. Bahkan, tidak perlu menggunakan pompa.
Lanjut dia, setiba di bawah, air tersebut tinggal ditampung di dalam sebuah wadah dan penyaringan. Dan terakhir diberikan obat air.
“Kalau mau lebih kencang lagi, bisa juga dipasang pompa pendorongnya. Dengan begitu, biaya maupun tenaga yang dikeluarkan lebih kecil,” ulasnya.
Namun, sebut Dadi, dia menegaskan, apapun yang dimiliki dan menjadi sumber hidup warga Bontang yang dikelola PDAM Tirta Taman Bontang, patut disyukuri.
“Karena, tidak mungkin toh, kita mau impor bahan baku berupa air dari luar daerah. Yang jelas air bawah tanah yang kita punya. Dan itu yang akan kita kelola sebaik mungkin,” tandasnya. (*/in)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar