Kamis, 12 Juni 2014

Pembangunan SDN 002 Masih Usulan


DPA Belum Diterima,  Disdik Belum Bisa Menjamin 

BELUM PASTI: Disdik Bontang belum menjamin SDN 002 Bontang Selatan dibangun tahun ini. Sebab, DPA-nya belum diketok (Imran Ibnu)
BONTANG – Dinas Pendidikan (Disdik) Bontang tak menjamin Sekolah Dasar Negeri (SDN) 002 Bontang Selatan dibangun tahun ini. Sebab, Dokumen Perencanaan Anggaran (DPA) untuk pembangunan itu belum diketok. Bisa saja, dua sekolah lain turut diusulkan akan dibangun.
Kepala Bidang (Kabid) Pendidikan Dasar (Dikdas) Disdik Bontang, Anwar Sanusi menuturkan, melanjutkan usulan tahun sebelumnya, Disdik kembali mengusulkan anggaran pembangunan SDN Bontang.
Salah satunya SDN 002 Bontang Selatan yang selama ini terus dikeluhkan pihak sekolah lantaran dinilai tak layak sebagai sekolah ‘pelat merah’.
“Saya belum berani ngomong banyak. DPA-nya saja belum kami terima. Yang jelas, statusnya, kami baru mengusulkan. Belum tahu yang mana akan dipenuhi,” jelasnya saat dihubungi media ini, Minggu (26/1) kemarin.
Dia menjelaskan, kedua titik lain yang ikut diusulkan, yakni SDN 001 Bontang Barat dan aula SDN 003 Bontang Utara. Karena, kata dia, kedua sekolah itu pun jadi sorotan Disdik. Lantaran kondisi fisik sekolah dinilai masuk kategori urgen. Salah satunya, masih ada gedung berbahan kayu sehingga harus dipugar menjadi beton.
Hanya saja, dia belum berani membeber kapan pembangunan dilakukan dan berapa anggaran yang akan digunakan untuk ketiga objek itu.
“Kalau ngomongin anggaran, kami enggak berani. Itu ranahnya DPPKA (Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset, Red.). Bukan kapasitas saya. Nanti kalau DPA sudah kami terima, baru kami kabari,” terangnya.
Mengenai polemik atas SDN 002 Bontang Selatan, dia meluruskan bahwa masalah itu tak perlu diributkan sekolah. Sebab, dia mengaku telah menjelaskan hal itu ke pihak sekolah beberapa tahun lalu. Bahwa, sekolah itu pasti dibangun. Karena, ini sudah menjadi program Disdik Bontang hingga 2015 mendatang.
Targetnya, tambah Anwar Sanusi, semua sekolah pelat merah yang dinding kelas atau bangunan lain masih berbahan kayu dan ruang terbatas, pasti dipugar hingga bertingkat dua.
“Masalah kita sekarang ini kan, lahan sempit. Makanya, mau nggak mau dibangun bertingkat dua. Tapi, kepala sekolahnya saja yang nggak ngerti-ngerti. Makanya ngeluh terus,” tandasnya.
Sementara itu, DPRD Bontang melalui Ketua Komisi I, Abdul Kadir Tappa  belum lama ini menjamin jika polemik seputar pembenahan infrastruktur di SD 002 Bontang Selatan bakal tuntas. Sebab, bangunan kayu yang memiliki 4 ruang kelas di sekolah negeri itu akan dipugar bersama dua sekolah lain yakni Bontang Utara dan Bontang Barat dengan total anggaran Rp 4 miliar hingga Rp 5  miliar dari APBD Bontang 2014.
Seperti diketahui, pembangunan infrastruktur di SD 002 Bontang Selatan ini masih terbilang minim. Kesan sebagai sekolah pelat merah tak begitu tampak saat media ini berusaha masuk ke dalam SD Negeri 002. Jalan setapak harus dilalui terlebih dulu di dalam sebuah gang sempit yang tak lebih hanya memiliki lebar 2 meter. Kesannya bak sekolah pinggiran. Padahal letaknya ada di pusat kota di Jalan Ahmad Yani.
Selain toilet, empat ruang belajar dalam satu bangunan dari kayu juga tampak terlihat uzur. Cat di dindingnya yang terbuat dari kayu telah berubah warna, dari putih menjadi kuning pudar. Bila setiap musim penghujan tiba, rembesan air hujan selalu menyelinap dari plafon melalui triplek yang telah terkelupas di sana-sini.
Di dalam ruangan, meja dan kursi kayu belajar ternyata masih digunakan. Langit ruangan tak lagi memiliki rupa. Kipas angin dengan kabel yang menjuntai ke bawah, menghiasi tempat hari-hari siswa menimba ilmu di tempat ini.
Riwayat sekolah ini sejatinya cukup panjang. Konon kabarnya, sekolah ini dibangun sejak 1978 silam. Berbagai upaya diklaim telah dilakukan sejumlah kepala sekolah yang pernah memimpin sekolah ini agar bangunan itu bisa dipugar. Sayang, setelah 26 tahun berlalu, usaha itu kerap menemui jalan buntu. Janji-janji yang disampaikan dari waktu ke waktu, ternyata tak kunjung terwujud.
Upaya terakhir yang dilakukan terjadi pada 2013 lalu. Kepala sekolah saat ini, Sultan, kabarnya pernah datang langsung ke gedung DPRD Bontang untuk menyampaikan aspirasinya. Usahanya berbuah hasil. Sejumlah anggota dewan sempat menyambangi sekolah ini untuk melihat kondisi riil. Sayang, lagi-lagi Sultan harus menelan pil pahit kala kunjungan itu hanya sebatas lawatan yang tidak menimbulkan perubahan. “Mereka bilang, ‘DPRD kan cuma bisa mengusulkan. Sementara untuk dikabulkan, harus ada persetujuan pihak-pihak lain’. Begitu katanya,” kenang Sultan.  (*/in)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar