Kamis, 12 Juni 2014

Masuk Siang, Nilai Siswa Anjlok




BERDAMPAK: Keterbatasan ruang dan penerapan dua shift jam belajar di SDN 012 Bontang Selatan ternyata berdampak pada kualitas belajar siswa

BONTANG – Penerapan dua shift jam belajar mempengaruhi kualitas belajar siswa. Ini terjadi di SDN 012 Bontang Selatan. Perolehan nilai rata-rata ujian akhir sekolah pelat merah ini bahkan hanya 5,5.
Sekolah yang terletak di Jalan KS Tubun Gang Koi RT 29 Tanjung Laut Indah itu sebenarnya dibangun bertingkat dua dan dilengkapi 13 ruangan untuk melangsungkan proses belajar mengajar.
Jumlah siswa sekira 450 anak terbagi 13 rombongan belajar. Rata-rata untuk kelas 2 hingga 6 diisi 35 siswa. Masing-masing kelas terbagi dua, yakni kelas A dan B. Sementara untuk kelas 1, terbagi menjadi 3 (a,b,c , Red.) lalu dibagi dua shift. Untuk kelas 4 (A dan B), 5 (A dan B), dan 6 (A dan B), dijadwalkan masuk pagi dari pukul 07.30 Wita. Sementara, untuk masuk siang dari pukul 13.00 Wita hingga 16.30 Wita, giliran kelas 1 (A, B, C), 2 (A dan B), serta kelas 3 (A dan B).
“Untuk kelas 2, antara kelas A dengan B biasanya digilir per bulan. Kadang yang A masuk pagi, begitu juga sebaliknya. Karena terbatas ruang itu tadi,” jelas Kurikulum SDN 012 Bontang Selatan Jumbadi, Jumat (10/1) kemarin.
Dia menuturkan, penerapan jam belajar dua shift itu telah berlangsung sejak 2005. Sampai saat ini, dia mengaku belum mendengar ada pembahasan penambahan ruang baru maupun relokasi ke lahan baru.
Padahal, kata dia, penerapan dua shift itu amat berpengaruh dengan kualitas belajar siswa. Sebab, dia mengaku, antara pukul 13.00 Wita hingga 16.30 Wita merupakan waktu istirahat yang dapat mempengaruhi daya tangkap siswa atas materi diberikan.
 “Dari pengamatan kami, nilai akhir anak-anak kami rata-rata 5 atau paling tinggi 8. Itu pun satu dua orang,” ujar dia.
Dia menjelaskan, akibat penerapan dua shift itu, waktu para pengajar memberikan materi lebih ke siswa juga berkurang. Sebab, jika masuk siang, mereka tidak akan punya waktu member penegasan atas materi yang diberikan kepada muridnya. Atau bentuk remedial bagi siswa yang tidak lulus dalam ulangan harian. Sebab, tidak mungkin mereka terus mengajar hingga malam hari.
“Gara-gara dua shift juga, sulit bagi kami mengadakan remedial. Karena, waktu pagi, biasanya hanya ada satu ruangan kosong. Yakni gudang. Sementara, masih ada kelas lain yang juga menunggu remedi,” tukasnya.
Dengan kendala seperti itu, tegasnya, jelas akan berpengaruh atas daya ingat siswa. Sebab, pelajaran yang sebelumnya sudah diberikan, akibat tertunda bisa saja lupa atau tidak sesegar pada pada saat pembahasan.
Dia tidak tahu pasti, apakah pihak Tata Usaha (TU) sekolah atau Kepala Sekolah telah membicarakan perihal keterbasan ruangan ini Dinas Pendidikan (Disdik) Bontang. Namun, dia mengaku pernah mendengar isu, bahwa Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMP) 7 dalam lingkungan yang sama, akan dipindah ke salah satu tempat. Sehingga, anak didiknya bisa pindah dan menggunakan ruang belajar di sekolah itu.
“Saya enggak tahu benar apa tidaknya. Yang jelas, di sana 8 ruang plus gudang. Sementara, sekolah kai kurang 7 ruang. Makanya, kalau benar akan dipindah, kami akan sangat senang. Karena, bisa menerapkan jadwal belajar 1 shift saja,” akunya.
Oleh sebab itu, dia tetap berharap, pemerintah melalui Disdik Bontang lebih jeli memperhatikan kondisi sekolah yang berada di bawah naungan mereka. Sehingga, tuntutan melahirkan Sumber Daya Manusia Berprestasi (SDM) berkualitas dapat terwujud.
“Kalau disuruh milih, kami dari sekolah, baik pendidik terlebih siswa, maunya masuk pagi semua. Karena kami tahu, itu lebih efektif dan lebih menguntungkan. Tapi, semua itu kembali ke pemerintah. Apapun kebijakan mereka, kami yakin, itu ada alas an dan pertimbangan khusus,” tutupnya. (*/in)




 DASUKI: PEMBANGUNAN GEDUNG BARU TERKENDALA LAHAN


DINAS Pendidikan (Disdik) Bontang mengklaim keterbatasan ruang kelas di sekolah negeri Bontang dalam perhatian. Bahkan, dengan tegas berjanji menyelesaikan masalah itu dengan pembangunan gedung baru, ketika masalah lahan yang jadi kendala utama terselesaikan.
“Masalah sekolah yang ruangannya terbatas itu sudah ada solusi. Rencananya, mau dibangunkan gedung baru. Tapi itu baru bisa terlaksana kalau ada lahan,” jelas  Kepala Dinasdik Bontang, Dasuki saat ditemui Bontang Post di halaman Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 2 Bontang, Sabtu (11/1) kemarin.
Dia menuturkan, sejumlah sekolah yang jadi fokus utama, adalah yang berada dalam satu halaman namun dua gedung sekolah ‘pelat merah’. Karena menurutnya, kondisi tesebut tidak ideal untuk ukuran sekolah negeri yang mestinya memiliki gedung sendiri.
Di sisi lain, juga harus masuk dalam kategori prioritas. Salah satunya, jika kondisi fisik bangunan yang masih berupa kayu, atau ruang belajar terbatas sehingga dituntut membagi jam belajarnya atas dua shift.
“Nanti tetap dipilah, dilihat dari sisi urgen-sinya. Karena, jika mau sekaligus, selain terbatas anggaran penyediaan sarana dan prasarana belajar, juga anggaran pembebasan lahan, ” bebernya.
Misalnya saja, SDN 005 dan SDN 010 Kelurahan Lhoktuan. Mulanya,  kedua sekolah itu berada dalam satu lahan. Namun, karena dinilai urgen berdasarkan kategori yang ada, maka dimasukan dalam prioritas. Lalu warga SD kelas 1 di SDN 010 pun dipindah ke gedung baru di Kelurahan Gunung Elai. Yang masih menggunakan nama kelurahan. Sementara, sisanya mulai dari kelas 2 hingga kelas 6 tetap di SDN 010 Lhoktuan.
Bahkan, kata dia, meskipun gedung SDN Gunung Elai belum rampung, namun, dia menyebut sekolah tersebut akan jauh lebih baik dari bangunan sejumlah sekolah negeri di Bontang. “SDN  Gunung Elai, memang belum selesai semua. Masih ada infrastruktur yang belum dilengkapi. Tapi, itu dilakukan bertahap. Dan prediksi kami, akan jadi salah satu sekolah unggulan di Bontang,” beber Dasuki lebih jauh.
Senada, kata dia, SDN 001 dan 013 pun Tanjung Laut pun termasuk dalam sorotan Disdik Bontang. Sebab, kondisi fisik gedung serta keterbatasan ruang kelas. Namun, kembali ke pengadaan lahan, dia pun belum bisa berbuat apa-apa.
Memang benar, kata dia, selain lahan untuk relokasi sekolah di Kelurahan Gunung Elai, ada pula rencana pengadaan lahan relokasi di Kelurahan Belimbing, Bontang Utara. Tujuannya ditempati sekolah yang dinilai prioritas. Namun, dia belum tahu pasti, apakah proses pembebasan lahannya sudah rampung atau belum. “Yang pasti, kondisi keterbatasan ruang kelas itu, tidak akan berpengaruh dengan program tuntas berkualitas,” semuanya tetap jalan tapi bertahap,” imbuhnya. (*/in)
     



    

   


            

  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar