BERDAMPAK: Keterbatasan ruang dan penerapan dua shift jam belajar di SDN 012 Bontang Selatan ternyata berdampak pada kualitas belajar siswa |
BONTANG – Penerapan dua shift jam
belajar mempengaruhi kualitas belajar siswa. Ini terjadi di SDN 012 Bontang
Selatan. Perolehan nilai rata-rata ujian akhir sekolah pelat merah ini bahkan
hanya 5,5.
Sekolah yang terletak di Jalan KS
Tubun Gang Koi RT 29 Tanjung Laut Indah itu sebenarnya dibangun bertingkat dua
dan dilengkapi 13 ruangan untuk melangsungkan proses belajar mengajar.
Jumlah siswa sekira 450 anak
terbagi 13 rombongan belajar. Rata-rata untuk kelas 2 hingga 6 diisi 35 siswa. Masing-masing kelas terbagi
dua, yakni kelas A dan B. Sementara untuk kelas 1, terbagi menjadi 3 (a,b,c , Red.) lalu dibagi dua shift. Untuk kelas 4 (A dan B), 5 (A dan
B), dan 6 (A dan B), dijadwalkan masuk pagi dari pukul 07.30 Wita. Sementara, untuk
masuk siang dari pukul 13.00 Wita hingga 16.30 Wita, giliran kelas 1 (A, B, C),
2 (A dan B), serta kelas 3 (A dan B).
“Untuk kelas 2, antara kelas A dengan B biasanya digilir per bulan.
Kadang yang A masuk pagi, begitu juga sebaliknya. Karena terbatas ruang itu
tadi,” jelas Kurikulum SDN 012 Bontang Selatan Jumbadi, Jumat (10/1) kemarin.
Dia menuturkan, penerapan jam belajar dua shift itu telah berlangsung sejak 2005. Sampai saat ini, dia
mengaku belum mendengar ada pembahasan penambahan ruang baru maupun relokasi ke
lahan baru.
Padahal, kata dia, penerapan dua shift
itu amat berpengaruh dengan kualitas belajar siswa. Sebab, dia mengaku, antara
pukul 13.00 Wita hingga 16.30 Wita merupakan waktu istirahat yang dapat
mempengaruhi daya tangkap siswa atas materi diberikan.
“Dari pengamatan kami, nilai
akhir anak-anak kami rata-rata 5 atau paling tinggi 8. Itu pun satu dua orang,”
ujar dia.
Dia menjelaskan, akibat penerapan dua shift itu, waktu para pengajar memberikan materi lebih ke siswa
juga berkurang. Sebab, jika masuk siang, mereka tidak akan punya waktu member
penegasan atas materi yang diberikan kepada muridnya. Atau
bentuk remedial bagi siswa yang tidak lulus dalam ulangan harian. Sebab, tidak
mungkin mereka terus mengajar hingga malam hari.
“Gara-gara dua shift juga, sulit
bagi kami mengadakan remedial. Karena, waktu pagi, biasanya hanya ada satu
ruangan kosong. Yakni gudang. Sementara, masih ada kelas lain yang juga
menunggu remedi,” tukasnya.
Dengan kendala seperti itu,
tegasnya, jelas akan berpengaruh atas daya ingat siswa. Sebab, pelajaran yang
sebelumnya sudah diberikan, akibat tertunda bisa saja lupa atau tidak sesegar
pada pada saat pembahasan.
Dia tidak tahu pasti, apakah
pihak Tata Usaha (TU) sekolah atau Kepala Sekolah telah membicarakan perihal
keterbasan ruangan ini Dinas Pendidikan (Disdik) Bontang. Namun, dia mengaku
pernah mendengar isu, bahwa Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMP) 7 dalam
lingkungan yang sama, akan dipindah ke salah satu tempat. Sehingga, anak
didiknya bisa pindah dan menggunakan ruang belajar di sekolah itu.
“Saya enggak tahu benar apa tidaknya.
Yang jelas, di sana 8 ruang plus gudang. Sementara, sekolah kai kurang 7 ruang. Makanya, kalau
benar akan dipindah, kami akan sangat senang. Karena, bisa menerapkan jadwal
belajar 1 shift saja,” akunya.
Oleh sebab itu, dia tetap berharap, pemerintah melalui Disdik Bontang
lebih jeli memperhatikan kondisi sekolah yang berada di bawah naungan mereka.
Sehingga, tuntutan melahirkan Sumber Daya Manusia Berprestasi (SDM) berkualitas
dapat terwujud.
“Kalau disuruh milih, kami dari sekolah, baik pendidik terlebih siswa,
maunya masuk pagi semua. Karena kami tahu, itu lebih efektif dan lebih
menguntungkan. Tapi, semua itu kembali ke pemerintah. Apapun kebijakan mereka,
kami yakin, itu ada alas an dan pertimbangan khusus,” tutupnya. (*/in)
DASUKI: PEMBANGUNAN GEDUNG BARU TERKENDALA LAHAN
DINAS Pendidikan (Disdik) Bontang mengklaim
keterbatasan ruang kelas di sekolah negeri Bontang dalam perhatian. Bahkan,
dengan tegas berjanji menyelesaikan masalah itu dengan pembangunan gedung baru,
ketika masalah lahan yang jadi kendala utama terselesaikan.
“Masalah sekolah yang ruangannya terbatas itu sudah
ada solusi. Rencananya, mau dibangunkan gedung baru. Tapi itu baru bisa
terlaksana kalau ada lahan,” jelas
Kepala Dinasdik Bontang, Dasuki saat ditemui Bontang Post di halaman Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 2 Bontang,
Sabtu (11/1) kemarin.
Dia menuturkan, sejumlah sekolah yang jadi fokus
utama, adalah yang berada dalam satu halaman namun dua gedung sekolah ‘pelat
merah’. Karena menurutnya, kondisi tesebut tidak ideal untuk ukuran sekolah
negeri yang mestinya memiliki gedung sendiri.
Di sisi lain, juga harus masuk dalam kategori
prioritas. Salah satunya, jika kondisi fisik bangunan yang masih berupa kayu,
atau ruang belajar terbatas sehingga dituntut membagi jam belajarnya atas dua shift.
“Nanti tetap dipilah, dilihat dari sisi urgen-sinya. Karena, jika mau sekaligus,
selain terbatas anggaran penyediaan sarana dan prasarana belajar, juga anggaran
pembebasan lahan, ” bebernya.
Misalnya saja, SDN 005 dan SDN 010 Kelurahan Lhoktuan.
Mulanya, kedua sekolah itu berada dalam
satu lahan. Namun, karena dinilai urgen
berdasarkan kategori yang ada, maka dimasukan dalam prioritas. Lalu warga SD
kelas 1 di SDN 010 pun dipindah ke gedung baru di Kelurahan Gunung Elai. Yang
masih menggunakan nama kelurahan. Sementara, sisanya mulai dari kelas 2 hingga
kelas 6 tetap di SDN 010 Lhoktuan.
Bahkan, kata dia, meskipun gedung SDN Gunung Elai
belum rampung, namun, dia menyebut sekolah tersebut akan jauh lebih baik dari
bangunan sejumlah sekolah negeri di Bontang. “SDN Gunung
Elai, memang belum selesai semua. Masih ada infrastruktur yang belum
dilengkapi. Tapi, itu dilakukan bertahap. Dan prediksi kami, akan jadi salah
satu sekolah unggulan di Bontang,” beber Dasuki lebih jauh.
Senada, kata dia, SDN 001 dan 013 pun Tanjung Laut pun
termasuk dalam sorotan Disdik Bontang. Sebab, kondisi fisik gedung serta
keterbatasan ruang kelas. Namun, kembali ke pengadaan lahan, dia pun belum bisa
berbuat apa-apa.
Memang benar, kata dia, selain lahan untuk relokasi
sekolah di Kelurahan Gunung Elai, ada pula rencana pengadaan lahan relokasi di
Kelurahan Belimbing, Bontang Utara. Tujuannya ditempati sekolah yang dinilai
prioritas. Namun, dia belum tahu pasti, apakah proses pembebasan lahannya sudah
rampung atau belum. “Yang pasti, kondisi keterbatasan ruang kelas itu, tidak
akan berpengaruh dengan program tuntas
berkualitas,” semuanya tetap jalan tapi bertahap,” imbuhnya. (*/in)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar