Menelusuri
Jejak Kenakalan Oknum Pelajar--SUB
Aktivitas
menghisap lem alias ngelem rupa-rupanya menjadi ‘trend’ di kalangan oknum
remaja Bontang. Penelusuran media ini menyimpulkan, tidak sulit mencari
keberadaan para penghisap uap solven tersebut di sejumlah tempat.
IMRAN
IBNU, Bontang
Kabar
teranyar dari pesan singkat yang diterima Redaksi Bontang Post pada Kamis (9/1)
lalu dari warga, aksi negatif ini disinyalir kerap berlangsung di sekitar
sebuah warnet yang berada di Jalan Juanda.
Belum
bertemu apa yang dicari, media ini sudah menemukan hal yang mencurigakan.
Tumpukan sampah yang diduga kuat menjadi bahan minuman keras (miras) oplosan
berserakan. Letaknya, di salah satu sisi jalan, tak jauh dari lokasi warnet
yang dimaksud. Disana, tampak puluhan bungkus obat batuk sachet bersama botol
minuman penambah stamina merek Krantingdaeng. Dari semua benda-benda yang
berserakan itu, salah satu yang mencurigakan adalah sampah dari botol air
mineral. Kondisinya, bagian atas botol ini telah terpotong. Belakangan diketahui,
hal ini dilakukan oknum remaja sebagai wadah meracik minuman. Di tempat itu
pula, ditemukan kaleng lem kayu merek Rajawali yang tertutup plastik
transparan. Kondisinya, seperti telah digunakan alias sudah dihirup.
Media
ini yang mencoba mencari tahu tentang asal muasal benda-benda tersebut, bertemu
salah seorang remaja bernama Dani (nama samara, Red.) di sekitar lokasi warnet.
Disini, Bontang Post mendapat petunjuk. Salah satunya, pengakuan Dani yang
menunjukkan lokasi pesta miras yang dilakukannya bersama rekan sejawatnya.
“Kami kan enggak berani bawa
cerek atau termos dari rumah untuk minum-minum ini. Makanya kami pakai botol
Aqua besar yang dipotong atasnya,” ujar remaja yang mengaku duduk di kelas 6 SD
ini.
Dani sempat menjelaskan
ihwal perkenalannya dengan bahan-bahan campuran miras oplosan ini. Itu terjadi
ketika ia duduk dibangku kelas 2 SD.
Namun begitu, aktivitas yang
digemarinya adalah ketika menghisap lem. Sebab kata dia, ngelem tidak begitu
berbahaya. Terutama untuk kantong remaja yang belum memiliki penghasilan
sendiri.
Menurutnya, tidak ada efek
ketagihan yang ditimbulkan dari menghisap lem kayu merek Rajawali yang kerap ia
konsumsi bersama kawannya. “Kalau lem itu enggak bikin candu. Beda dengan Lele
(dobel L, Red.) atau kecubung. Itu memang bikin bangkrut. Karena bikin
ketagihan,” beber dia.
Meski demikian, aktivitas
itu diakui telah ia tinggalkan. Gara-garanya, Dani pernah ketangkap basah
sedang pesta lem di belakang gedung sekolah. Lantara itu pula, dia mengaku
diancam akan dikeluarkan jika ketahuan mengulangi perbuatannya. “Setelah itu
saya kapok. Makanya saya pelan-pelan berhenti. Dan akhirnya bisa,” kata dia.
Meski begitu, rasa kapok ini
tidak berlaku untuk miras. Hingga kini, Doni masih akrab dengan miras oplosan.
Salah satunya adalah miras oplosan yang akrab disebut Aldo, singkatan dari
‘Alkohol Doang’. Komposisi campurannya, aku Dani, terdiri dari alkohol 70
hingga 75 persen yang dicampur dengan Krantingdaeng.
Kata dia, efek yang
ditimbulkan dari minuman oplosan itu tidak jauh berbeda dengan miras bermerek
sejenis anggur, bir atau lainnya yang pernah ia rasakan. Keuntungannya, kata
dia, reaksi dari minuman Aldo ini tidak bertahan lama. Sebab, ketika diminum
malam hari, pada esok paginya tidak meninggalkan bekas. Seperti mata memerah.
“Untuk Aldo, bahannya pakai
Kratindaeng ditambah alkohol 70. Bisa juga 75 persen untuk ukuran setengah
botol Aqua besar. Beda kalau Koteng (Komik campur Kratindaeng, Red.),
takarannya 1 kotak Komix isi 12 bungkus ditambah Kratindaeng 1 botol,” bebernya.
Dari ketiga benda haram itu,
Dani mengaku awalnya sebatas coba-coba. “Biasanya, malam Sabtu atau Minggu kami
pesta di teras warnet itu. Itu enggak masalah. Asal enggak di dalam. Bahkan,
sampai pagi. Sama mama, kami bilang saja tidur di rumah teman, jadi enggak
dimarahi. Tapi kami takut juga kalau ada polisi, biasanya kami langsung lari,”
tukasnya. (***)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar