Kamis, 12 Juni 2014

Kotak Amal ‘Mejeng’ di Proyek PU

AKSI PROTES: Penempatan kotak sumbangan bersama pelang proyek di RT 19 Bontang Baru ini sebagai wujud protes warga atas buruknya kinerja kontraktor
BONTANG – Proyek fisik garapan Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Bontang kembali dikeluhkan. Kali ini, terjadi di RT 19 Kelurahan Bontang Baru, yakni proyek pembuatan box culvert senilai Rp 78,4 juta dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Bontang 2013.
Warga pun geram, bahkan mereka menutup total akses jalan bagi kendaraan roda empat. Sebagai bentuk protes, warga memasang papan proyek di tengah jalan dan tepat di sampingnya tersedia pula kotak amal berbahan dos mi instan bertuliskan, “Mohon bantuan para dermawan untuk perbaikan jalan ini”.
Keluhan itu muncul, lantaran pengerjaan jalan berbahan cor dengan panjang sekira 12 meter dan lebar 5 meter itu, malah menyebabkan tidak bisa dilalui kendaraan roda empat.
Karena, sekira sekira 2x11 meter di tengah objek pengerjaan, tidak tersentuh semenisasi. Melainkan sebatas ditumbun tanah uruk, jika hujan, timbunan itu berubah menjadi lumpur membuat kendaraan roda 4 terjebak di tengah lumpur buatan CV Arista Mandiri sebagai kontraktor pelaksana. Tak hanya itu, sekira 14 buah besi yang tertanam di kedua sisi jalan itu pun ikut dikeluhkan. Sebab, keberadaannya membahayakan pengendara, khususnya roda dua.
Mansyur, salah seorang warga RT 12 tak jauh dari lokasi proyek menuturkan, pengerjaan jalan itu, berbanding terbalik dengan realisasi. Sebab, kata dia, tujuan usulan pengerjaan itu mengurangi potensi banjir kerap melanda warga RT 12 Kelurahan Bontang Baru yang berbatasan langsung dengan RT 19 Bontang Baru. Khusus sepanjang jalan yang dikerjakan. Sebab, jalan itu selalu terendam air ketika hujan deras. Sehingga menyulitkan mobilisasi kendaraan.
Namun, ketika pengerjaan itu rampung sekira Desember 2013 lalu, hasil pengerjaan makin parah. Sebab, sekira 2x11 meter di tengah jalan itu tak tersentuh semenisasi. “Kami tidak tahu, kok bisa ada pengerjaan seperti ini. Masa di tengahnya bolong. Makanya, saya sama warga setempat protes. Karena, saya hampir tiap hari lewat di jalan ini,” keluh dia Minggu (12/1) kemarin.
Kondisi itu jelas mengundang amarah warga. Sebab, jalan yang semula dengan bebas dilalui kendaraan roda empat, kini tidak bisa. Sehingga, mesti mencari jalan memutar ke jalan utama lebih jauh dua kali lipat dari jarak jika melalui jalan tersebut.
Bukan hanya itu, dia bersama warga juga mengeluhkan keberadaan besi yang terpancang sepanjang sekira 12 meter di kedua sisi jalan itu. Yang jelas berpotensi menyebabkan pengendara sepeda motor celaka. Ketika ban depannya menginjak permukaan besi itu dan tergelincir.
“Apalagi kalau malam, jalan ini agak gelap. Besi itu pasti tidak terlihat jelas,” ujarnya.
Di tempat sama, Lurah Bontang Baru Nikolaus Apridza Eko Waldian membenarkan penolakan warganya atas proyek garapan PU Bontang melalui kontraktor CV Arista Mandiri. Kabar itu dia peroleh atas laporan warga ke kelurahan sejak rampung sekira Desember 2013. Menuntut pihaknya turun ke lapangan dan menyaksikan sendiri kondisi di lapangan. Berujung pada pemanggilan pihak-pihak terkait seperti DPU, CV Arista Mandiri, dan CV Hasta Karya Konsultan.
Dari pemanggilan itu, dia pun meminta kontraktor pelaksana menimbun sisi tengah jalan itu dengan tanah. Agar bisa dilalui pengendara roda empat.
Awalnya, kata Niko, kontraktor tidak mau. Karena, menurut mereka apa yang telah dikerjakan sudah sesuai kontrak dan gambar yang dibuat antara PU dengan konsultan proyek. Sehingga, jika harus menimbun lagi, artinya harus mengeluarkan dana di luar kontrak.
Namun, karena desakan warga, mereka pun memutuskan menimbun agar tidak ada masalah.
“Kontraktor sudah bekerja sesuai gambar.  Makanya, kontraktor sempat menolak menimbun. Tapi, mau gimana lagi, itu sudah desakan warga. Makanya mereka mengalah,” kisahnya.
Dia menilai, hasil kerja DPU bersama pihak terkait terhadap jalan di RT 19 itu amat buruk. Sebab, konstruksinya tidak sesuai kebutuhan masyarakat. Bahkan, dia sempat heran alasan bagian tengah jalan itu tidak dicor. “Kami juga tidak tahu, apa pertimbangan konsultan sama PU tidak ngecor bagian tengah jalan itu. Sementara, jalan ini bisa dikatakan ramai dilewati mobil,” ujarnya.
Oleh sebab itu, dia pun berharap segera ada solusi atas kondisi yang terjadi saat ini. Sebab, kata dia, apapun yang terjadi di wilayah Bontang Baru, maka dia sebagai Lurah-lah yang jadi tempat bertanya.
“Kami harap PU segera menyelesaikan apa yang sudah jadi Tupoksinya. Jangan sampai dinilai bekerja setengah-setengah,” tandasnya. (*/in)
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar