BONTANG – Warga
Bontang terbukti mengaku miskin namun meleceng dari 14 Indikator yang
ditetapkan, terancam pidana. Bukan hanya warga, petugas pun tak luput dari
kemungkinan itu. Sebab, ketika disepakati memasukan dalam Gakin, berarti terjadi
pembohongan dokumen. Hal itu ditegaskan Camat Bontang Barat, Abdu Safa Muha.
“Pemasangan
pelang miskin itu, punya aturan yang menuntut pertanggungjawaban. Nah, kalau petugas di lapangan terbukti
setuju memasukan dalam daftar Gakin sementara melenceng dari 14 indikator, itu
sudah pembohongan dokumen, dan bisa dipidana,” jelasnya pada Bontang Post, Selasa (14/1) kemarin.
Oleh sebab itu,
kata dia, ketika ada warga menolak dicoret dari daftar, sementara telah
melenceng dari aturan, kebijakan akhir yang dia terapkan berupa pembuatan surat
pernyataan. Bahwa, warga bersangkutan tetap ngotot
jadi Gakin sekalipun melenceng dari aturan baik Perwali ataupun Nasional.
Sehingga, ketika suatu saat dilakukan audit dari pihak bersangkutan, dan warga
tersebut ditemukan melanggar, maka peemrintah telah lepas tanggungjawab.
Dia menjelaskan,
jika di satu daerah masih terdapat objek pemasangan salah sasaran, artinya,
belum final. Sebab, masih bisa dilakukan verifikasi data melalui Musyawarah di
tingkat kelurahan (Muskel). Namun, jika di lapangan ada yang keukeuh mengaku
Gakin namun jelas bertentangan dengan 14 indikator warga miskin khususnya yang
disempurnakan Pemkot Bontang melalui Peraturan Wali Kota (Perwali). Merujuk
pada 14 indikator Gakin Nasional. Adalah tugas pemerintah bertindak tegas.
“Kalau saya yang
menemukan seperti itu, pasti dicoret dari daftar Gakin. Karena sudah jelas
tidak sesuai dengan 14 indikator Gakin yang ada,” jelasnya pada Bontang Post, Selasa (14/1) kemarin.
Meski begitu,
dia meluruskan, jika yang jadi permasalahan saat ini adalah data Gakin tidak
sesuai 14 indikator Nasional, kata dia sebaiknya dicermati lagi. Sebab,
pemasangan pelang Gakin saat ini, mengacu pada Pendataan Program Perlindungan
Sosial (PPLS) tahun 2010 dilakukan Badan Pusat Statistik (BPS).
Sehingga, dia
menegaskan, tidak menutup kemungkinan, bisa terjadi perbedaan kesejahteraan 2
kali lipat dari kehidupan saat ini. “Karena, saya
yakin, setiap orang pasti berupaya memperbaiki kualitas hidup. Jadi, tidak
heran, kalau ada peningkatan kesejahteraan yang signifikan,” akunya.
Lagi pula, kata dia, miskinnya warga Bontang dengan
daerah lain, tidak bisa disamakan. Dan itu patut disyukuri. Sebab, secara tidak
langsung, membuktikan keberhasilan pemerintah dalam upaya pengentasan
kemiskinan, gambaran besarnya peran aktif pihak swasta serta kreatifitas
masyarakatnya dalam upaya peningkatkan kapasitas diri.
“Miskinnya orang Bontang itu, tidak sama dengan
warga di Pulau Jawa, Sumatera misalnya. Karena, bisa saja mereka punya motor
bagus. Sementara, di luar daerah, benar-benar kesulitan makan dalam sehari,”
ulasnya lebih jauh.
Dan dia menilai, itulah tujuan penerapan indikator
kemiskinan baru di Bontang. Merujuk pada 14 indikaor miskin Nasional. Setelah
disesuaikan dengan kondisi real warga
Bontang yang telah dipahami Pemkot. Sehingga dibentuklah sebuah Perwali. Yang
kelak akan menjadi acuan pendataan oleh BPS Bontang. Selanjutnya jadi rujukan
PPLS dalam pendistribusian Bantuan Sosial (Bansos) dalam bentuk apapun.
Meski begitu, dia meminta kepada warga Bontang, agar
tidak hanya bisa menyalahkan pemerintah atas adanya dugaan salah sasaran
pemasangan pelang Gakin. Tapi, juga harus bersedia memberi penerangan sesuai
aturan.
“Masyarakat tidak boleh sebatas mengkritisi
pemerintah. Tapi juga harus siap membantu mengawasi dan menasehati pihak
terkait itu. Agar bersedia melepaskan diri dari status Gakin,” katanya.
“Sebab, pemeritah tidak bisa bekerja sendiri tanpa
bantuan masyarakat. Itu baru namanya cerdas dan bertanggung jawab,” tandasnya. (*/in)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar