Pengirim Pesan Protes SDN 003 Dituding Pengecut
BUKAN UNTUK UMUM: Pemagaran jalan oleh SDN 003 Bontang Utara agar siswa lebih tenang belajar |
SEKOLAH Dasar Negeri (SDN) 003 Bontang Utara angkat bicara terkait keluhan warga
melalui kolom ‘suara warga’ Bontang Post
edisi Jumat (28/2) kemarin. SMS itu dikirim oleh nomor +6285391301045 berbunyi:
‘Pak Wali Kota. Tolong dong ditegasin guru Bontang Baru
Parikesit sekolah SDN 003. Jalan umum kok ditutup? Padahal kan itu jalan umum
bukan jalan sekolahan? Jangan seenaknya pagarin jalan umum. Kalau Bapak Wali
Kota tidak bisa bertindak, kami warga-warga yang akan bertindak!
Nama baiknya
tercemar, sekolah lantas penghubungi balik nomor itu untuk meluruskan masalah
yang dinilai sebatas salahpaham. Hanya saja dia menyayangkan, ketika
dikonfirmasi balik oleh sekolah, sang empunya nomor memilih diam. Melainkan langsung
memutus saluran teleponnya.
Hal tersebut diungkapkan
Suparyoko, guru Pendidikan Jasmani dan Kesehatan (Penjaskes) SDN 003. Dia
menilai, pengirim pesan di kolom ‘suara warga’ media ini tak lain adalah
seorang pengecut yang hanya berani melempar ‘bola panas’ namun tak berani
bertanggungjawab.
“Saat sayaa baca Bontang Post tadi pagi (kemarin, Red.), saya kaget lihat ada pesan seperti itu. Karena itu
saya ngobrol sama guru lain dan
langsung diminta menghubungi nomor itu. Sempat tersambung beberapa detik.
Bahkan dia sempat mengaku sebagai warga Berbas. Tapi setelah tahu dari sekolah,
HP-nya langsung dimatikan. Itu kan
namanya pengecut. Lagi pula, kalau memang bukan warga sini (Bontang Baru, Red.) kenapa ngurus sekolah ini?” tegasnya saat ditemui, Jumat (28/2) kemarin.
Padahal Suparyoko
mengaku hendak meluruskan masalah yang dia anggap salahpaham itu. Karena kata dia,
jika tidak diluruskan, nama sekolah menjadi buruk di mata warga Bontang.
Sebab hal sebenarnya
terjadi lanjut dia, jalanan yang akhirnya ditutup tersebut adalah milik
sekolah. Sehingga tak salah jika harus ditutup pagar.
Dia menjelaskan, penutupan
pagar sekolah itu dilakukan saat jam belajar. Seperti hari Senin hingga Kamis,
pagar sekolah akan ditutup pukul 11.30 Wita. Sedangkan Jumat dan Sabtu, pintu
pagar ditutup pukul 11.00 Wita.
Namun tambah dia, sejak
sekira tahun 2000-an lalu, akses jalan itu memang bukan untuk dilalui
pengendara dari kalangan umum. Lagi pula, seharusnya pintu pagar hanya dibuka
satu sisi. Sementara lainnya tetap tertutup. Karena akan digunakan sebagai
akses keluar-masuk penghuni rumah yang bermukim di lingkungan sekolah itu.
“Jalan cor ini,
memang dibuat sebagai akses warga di perumahan guru. Kebetulan letaknya di
lingkungan sekolah. Jadi ini bukan jalan umum. Tapi selama seminggu terakhir
ini, baru ditegaskan lagi. Karena memang itu sesuai instruksi Disdik Bontang,”
tegasnya.
Dia juga menegaskan,
sampai saat ini tidak pernah ada keluhan atau protes dari warga setempat.
Karena dia yakin, warga setempat paham status jalan tersebut.
Senada Zul Fahmi,
penjaga sekolah tersebut menambahkan, pertimbangan sekolah menutup akses bagi
pengguna umum saat jam belajar, yakni demi keamanan dan kenyamanan ketika
proses belajar mengajar (PBM) berlangsung. Apalagi, jika yang melintas itu
menggunakan knalpot dengan suara memekakan telinga. Sontak saja, akan menarik
perhatian siswa di sekolah yang jumlah siswanya capai 800 orang dengan 19
rombongan belajar (rombel) itu.
Apalagi dia
menuturkan, lingkungan sekolah itu ternyata dikelilingi akses jalan. Bahkan, di
ujung jalan yang dipermasalahkan itu, terhubung jalanan yang kerap dilalui
kendaraan roda empat hingga truk pengangkut material.
“Anak kami totalnya
800-an siswa. Luas lahan sekolah hanya sekira 300x80 meter per segi. Makanya
mereka sering main sampai jalanan karena tidak cukup kalau main di lapangan
saja. Karena itulah sekolah meminta supaya ditutup jalannya. Kalau tidak, bisa
saja mereka main sampai ke jalan dan ditabrak kendaraan,” bebernya.
“Tidak ada masalah
sebenarnya. Karena ini lahan sekolah. Justru yang bermasalah itu, pengirim sms
yang tidak mau dikonfirmasi. Itu namanya cuma melempar masalah tapi bukan cari
solusi,” tandasnya. (in)
Kepsek Kecewa, Wali Murid Lapor
Ke Publik
KEPALA Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK) Negeri 2 Bontang, Kasman Purba kecewa atas tindakan oknum wali murid yang
mengadukan masalah penerapan biaya Praktik Kerja Lapangan (PKL) sekolah
tersebut ke publik. Karena tanpa sekalipun konsultasi ke sekolah. Sebab baginya
itu bisa memunculkan banyak persepsi negative di kalangan masyarakat Bontang.
Salah satunya, sekolah dianggap melakukan pungutan liar (Pungli) di lembaga
milik pemerintah itu.
Menurut Kasman, tindakan seperti
itu bukan cerminan orang bertanggungjawab. Karena hanya melempar masalah ke publik
tapi tidak mau mencari solusi. Padahal
masalah tersebut dapat dibicarakan di lingkup internal sekolah. Apalagi dia
mengaku tidak mengambil kebijakan sepihak dalam hal tersebut. Sebab, sebelum kebijakan
itu ditetapkan, dia telah mengadakan rembuk dengan wali murid di pada Jumat
(10/1) bulan lalu di gedung SMK Negeri 3 Bontang. Bahkan dia mengaku saat pertemuan
tersebut, sekira 80 persen wali murid hadir.
“Kebijakan ini bukan keputusan
sepihak. Sebelumnya sudah dibicarakan dan disepakati bersama. Dan saat itu,
tidak ada yang keberatan. Bahkan sampai akhir pertemuan, tidak ada pertanyaan
lebih lanjut diajukan ke kami. Lalu kenapa tiba-tiba ada yang protes? ,”
keluhnya.
Dalam pertemuan tersebut, dia juga
sempat menawarkan solusi terhadap para wali murid untuk mengelola biaya
keberangkatan peserta PKL yang totalnya sekira 196 itu. Tujuannya, menghindari
kecurigaan bahwa pihak sekolah melakukan penyimpangan dana. Hal itu sangat
disambut olehnya. Sebab, dapat meringankan beban moril dan pikiran pihak
sekolah.
Hanya saja saat itu, tak seorang
pun yang bersedia. Dengan kata lain menyerahkan semua prosesnya di tangan
sekolah. Karenanya, dia merasa sedikit kecewa dengan tindakan dilakukan oknum
wali murid itu.
Apalagi jelas Kasman, sejak
sekolah tersebut berdiri sekira 2007 silam, biaya PKL memang selalu ditanggung
siswa. Lalu, 2 tahun terakhir yakni 2002 hingga 2003 lalu, baru ada bantuan
dari pemerintah khusus biaya PKL. Tapi sejauh itu, dia mengaku baru pelaksanaan
PKL 2014 ini ada oknum wali murid yang menyuarakan aksi protes. Parahnya,
bukannya mengeluh ke sekolah, tapi langsung ke media.
“Bantuan dari pemerintah itu baru dua tahun
terakhir ini. Sebelumnya selalu ditanggung siswa. Dan selama itu pula, tidak
ada wali murid yang mengeluhkan masalah biaya PKL. Karena mereka sadar, ketika
masuk di SMKN 2, harus menjalani PKL. Tentunya harus menebus biaya yang
tidak sedikit,” ujarnya.
Lagi pula dia menegaskan, masalah
biaya PKL ini tak perlu diributkan lebih jauh. Karena hal seperti itu baginya bukan tindakan pungli
yang dia ketahui tidak boleh dilakukan di lingkup sekolah ‘pelat merah’.
Melainkan, PKL di sekolah kejuruan itu, merupakan
sebuah kewajiban yang harusnya mereka pahami sejak memutuskan bergabung menjadi
siswa.
“Sekolah
kejuruan seperti di sini, pasti ada PKL. Dan
untuk kelautan, itu pasti harus ke luar kota. Karena di Bontang tidak ada
perusahaan besar di bidang pelayaran. Makanya kami selalu tegaskan mengenai
biaya yang kelak harus dibayar. Nah, kalau mereka tetap mau masuk, artinya
protes seperti ini tidak perlu ada,” tegasnya.
Meski
begitu, dia juga enggan lebih jauh berkomentar. Karena masalah keluhan atau
aksi protes sejenisnya, adalah bagian dari dinamika masyarakat Bontang. Tidak
bisa ditebak karakter dan kepribadiannya. Yang pasti, dia tetap menyarankan,
ketika ada masalah yang dinilai ganjil diputuskan pihak sekolah, hendaknya
dikonsultasikan ke sekolah lebih dahulu. Namun
bila tetap tidak mencapai jalan tengah, baru bisa bertidak hal lain.
“Saya
kira ini bagian dari dinamika masyarakat Bontang. Yang pasti bagi kami, tidak
ada yang salah dalam kebijakan kami. Itu sudah sesuai kebutuhan dan tidak menyimpang dari
aturan,” tandasnya (in)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar