Kamis, 12 Juni 2014

Diserang Bau Tinja, SD Minta Reloksi

Add capMEMBANTAH: Dua rumah di Bontang Lestari ini dengan tegas membantah dianggap sebar bau tak sedap lewat septic tank dibangun 5 bulan lalutio
BONTANG – SDN 004 Bontang Selatan ‘diserang’ bau tak sedap bersumber dari safety tank milik warga berjarak sekira 3 meter dari halaman sekolah ‘pelat merah’ itu. Akibatnya, proses belajar mengajar di sekolah itu tergangggu.
Kepala SDN 004 Bontang Selatan Sabina menyatakan, bau tak sedap bersumber dari pembuangan tinja rumah tangga itu mulai muncul 2013 lalu. Tepatnya, saat dua buah rumah dibangun warga tepat berada tepat di sisi kiri jalan masuk sekolah pelat merah itu.
“Sejak rumah itu dibangun, guru dan siswa kami mengeluh. Karena aroma dari safety tank warga itu begitu terasa sampai ke kelas bahkan ke kantor,” jelasnya pada media ini, Selasa (7/1) kemarin.
Bahkan, selain aroma tak sedap, tiap kali hujan mengguyur, akan ada air mengalir ke halaman sekolah itu. Yang bersumber dari kolong rumah di mana safety tank itu berada. Sebab, kini, lahan yang ditempati rumah warga itu tidak lagi ditumbuhi rerumputan. Sehingga bisa menahan laju air mengalir ke halaman sekolah.
“Kalau sebelumnya ada rumput di daerah itu. Sekarang, setelah dibangun rumah, tidak ada lagi,” ujarnya.
Di sisi lain, dia mengaku belum membicarakan hal itu ke pemilik rumah. Demi menghormati Ketua RT setempat yang sebelumnya telah diberitahu. “Kami sudah bicarakan hal ini ke Ketua RT. Katanya, dia yang akan ngobrol ke pemilik rumah,” imbuhnya.
Hanya saja, jika dalam minggu ini belum ada penyelesaian berupa upaya agar aroma tak sedap itu tak lagi menganggu PBM warga SDN 004 Bontang Selatan, maka dia akan datang langsung ke pemilik rumah, dan membicarakan solusi yang tentunya tidak akan merugikan salah satu pihak.
“Kami juga belum tahu solusi seperti apa yang akan diterapkan. Yang jelas, kami tidak minta banyak. Cuma bau safety tank itu saja diusahakan tidak sampai ke sekolah,” akunya.
Namun, ketika perbincangan dengan pemilik rumah tak kunjung berbuah hasil, maka pihaknya akan mengusulkan agar Disdik Bontang mencari jalan keluar. Sebab, permasalahan ini bukan lagi sebatas antara pemilik rumah dengan warga SDN 004 Bontang Selatan. Namun, sudah jadi tanggungjawab pemerintah dalam menyediakan saran dan prasarana belajar. Sehingga, program Bontang Cerdas serta tuntas berkualitas.
“Kalau memang pemiliknya tidak bisa diajak kompromi, jalan terakhir, kami minta direlokasi ke lahan lain. Karena, kami juga tidak bisa meminta orang lain pindah. Sementara, itu lahan pribadi bukan milik pemerintah,” tandasnya (*/in)

WARGA TUDING SEKOLAH ASAL JEPLAK

TAK terima dituduh sebagai penyebab SDN 004 Bontang Selatan berbau tinja akibat septic tank miliknya, pemilik rumah menganggap pihak sekolah asal menuduh alias mengada-ada.
Insiah, salah seorang dari dua pemilik rumah yang dikeluhkan pihak sekolah menegaskan, apa yang dituduhkan Kepala Sekolah Dasar Negeri (SDN) 004 Bontang Selatan itu adalah mengada-ada. Sebab, septic tank yang dibangun sejak 5 bulan lalu dan digunakan bersama kerabatnya itu melalui pertimbangan matang.
Bahkan, kepada tukang yang mengerjakan, dia meminta agar ukuran septic tank itu diperbesar. Yakni sedalam 4 meter, luas 3x3 meter per segi berbahan beton berlapis besi dan kayu. Pipa saluran udara pun dibuat sekira 5 meter menjulang. Sementara, parit buangan langsung dialirkan ke parit utama jalan raya. Melalui pipa yang dibuat tertutup rapat sehingga tidak merusak pemandangan apalagi menebar bau tak sedap seperti yang dituduhkan.
“Saya rasa itu berhasil. Karena, beberapa kali saya ke belakang (halaman sekolah, Red.) tidak ada aroma seperti yang dituduhkan,” tegasnya pada media ini, (8/1) kemarin.
Dia menilai, apa yang diutarakan pihak sekolah melalui pemberitaan sebelumnya di media ini, adalah hal dicari-cari dan tidak diketahui alasannya. Sebab, menurutnya, semua yang diutarakan bertolak belakang dengan realita.
Bahkan, dia mengkritisi tindakan pihak sekolah yang ‘berkoar’ di media setelah sebelumnya berbicara dengan Ketua RT, namun tidak melibatkan pihak yang dibahas. Sehingga, terkesan menyudutkan namun enggan mencari penyelesaian.
“Kalau memang mau cari solusi, coba bicara langsung ke kami. Sementara, saat ini, ketua RT sekalipun belum pernah dating ke rumah kami untuk membahas mengenai hal itu. Yang justru saya peroleh dari koran Bontang Post “ keluhnya lebih jauh.
Sementara, genangan air yang kini lebih bebas turun ke halaman sekolah disebabkan keberadaan rumah itu pun dibantah tegas. Sebab, menurutnya, dengan kontur tanah menukik, di mana, letak rumahnya lebih tinggi dari halaman sekolah itu, hendaknya bisa dipahami berdasarkan logika. Tentunya, menyebabkan air akan tetap turun  kearah sekolah itu. Meskipun dia tidak tinggal di areal tersebut.
“Lagi pula, kami tinggal di lahan pribadi. Bukan lahan milik pemerintah. Dan ini sudah atas persetujuan pemilik sah tanah. Yang juga keluarga saya,” tegasnya.
Raodah, kerabat yang memberi izin tinggal bagi kedua pihak yang dikeluhkan itu menambahkan, bahwa pihak sekolah tak semestinya mengeluhkan keberadaan kerabatnya. Sebab, keduanya telah mendapat izin dari pemilik sah tanah yang juga kerabatnya itu. Sementara, ketika dasar keluhan itu adalah keberadaan septic tank dibangun kerabatnya, jelas tidak bisa dijadikan alasan. Karena, selain fakta yang telah diterangkan di atas, pihaknya juga telah diberi izin oleh pihak sekolah.
Sebab, beberapa hari sebelum pembangunan dilakukan, dia telah meminta izin ke pihak sekolah. Untuk membangun rumah lengkap dengan septic tank. Namun, entah kenapa, tiba-tiba ada keluhan seperti ini.
 “Sebelum rumah ini dibangun, saya sama pemilik rumah sudah datang ke sekolah. Dan diberi izin. Asal, septic tank-nya tidak sampai menganggu. Dan syarat itu telah dipenuhi,” jelasnya mencontohkan pernyataan kepala SDN 004 Bontang Selatan saat hendak membangun rumah itu.
Dia menjelaskan, sejatinya, permasalahan sejenis yang ditujukan ke pihaknya telah berlangsung lama. Tepatnya ketika Kepala SDN 004 Bontang Selatan itu menjabat. Bahkan, kandang ayam dan bebek yang sempat berada di belakang rumah berseberangan dengan halaman sekolah itu pun kena dipermasalahkan. Sehingga, dengan berat hati mesti dia jual ke para tetangga bahkan sebagian dia berikan secara Cuma-Cuma ke kerabat dan tetangganya. Sebab, kata dia, tidak ada lahan lagi untuk memelihara unggas miliknya.
“Apalagi, saat itu anak gadis saya masih belajar di sekolah itu kelas 6 SD. Dan anak saya juga sering dihukum cuci kotoran ayam atau bebek yang masuk ke sekolah itu dan tidak belajar bersama lainnya,” kenangnya.
Sebab itu, dia memilih mengalah dan merelakan tidak beternak lagi. Demi kelangsungan pendidikan sang buah hati. Namun, ketika masalah serupa kembali diutarakan pihak sekolah, dia mengaku tak bisa tinggal diam. Karena, seolah hendak menggusur keluarganya yang merasa tidak salah.
“Masa iya, keluarga saya tidak boleh buang hajat ?. Apalagi tanah ini bukan punya pemerintah. Jadi silahkan kalau mau terus mempermasalahkan kami. Intinya, kami dalam posisi benar,” tandasnya.
Terpisah, Dinas Pendidikan (Disdik) Bontang, melalui Kepala Seksi (Kasi) Kurikulum Bidang Pendidikan Dasar (Dikdas), Sunarya membenarkan adanya keluhan pihak sekolah atas keberadaan kedua rumah warga itu. Namun, dia mengaku belum bisa menjelaskan banyak tentang masalah itu. Sebab, pihak yang turun ke lapangan belum kembali ke kantor.
Hanya saja, dia menegaskan, apapun penyelesaian yang akan diambil menyikapi masalah itu, harus diputuskan secara bijak. Di mana, tidak ada pihak yang dirugikan. Baik sekolah terlebih warga yang dikeluhkan.
“Masalah itu, sudah ada teman yang turun ke sekolah. Jadi tunggu hasilnya saja,” tutupnya. (*/in)

 
    

                             
  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar