Add capMEMBANTAH: Dua rumah di Bontang Lestari ini dengan tegas membantah dianggap sebar bau tak sedap lewat septic tank dibangun 5 bulan lalutio |
BONTANG – SDN 004 Bontang Selatan ‘diserang’ bau tak sedap bersumber dari safety tank milik warga berjarak sekira
3 meter dari halaman sekolah ‘pelat merah’ itu. Akibatnya, proses belajar
mengajar di sekolah itu tergangggu.
Kepala SDN 004 Bontang Selatan Sabina menyatakan, bau tak sedap bersumber
dari pembuangan tinja rumah tangga itu mulai muncul 2013 lalu. Tepatnya, saat
dua buah rumah dibangun warga tepat berada tepat di sisi kiri jalan masuk
sekolah pelat merah itu.
“Sejak rumah itu dibangun, guru dan siswa kami mengeluh. Karena aroma dari safety tank warga itu begitu terasa
sampai ke kelas bahkan ke kantor,” jelasnya pada media ini, Selasa (7/1)
kemarin.
Bahkan, selain aroma tak sedap, tiap kali hujan mengguyur, akan ada air
mengalir ke halaman sekolah itu. Yang bersumber dari kolong rumah di mana safety tank itu berada. Sebab, kini,
lahan yang ditempati rumah warga itu tidak lagi ditumbuhi rerumputan. Sehingga
bisa menahan laju air mengalir ke halaman sekolah.
“Kalau sebelumnya ada rumput di daerah itu. Sekarang, setelah dibangun
rumah, tidak ada lagi,” ujarnya.
Di sisi lain, dia mengaku belum membicarakan hal itu ke pemilik rumah. Demi
menghormati Ketua RT setempat yang sebelumnya telah diberitahu. “Kami sudah
bicarakan hal ini ke Ketua RT. Katanya, dia yang akan ngobrol ke pemilik rumah,” imbuhnya.
Hanya saja, jika dalam minggu ini belum ada penyelesaian berupa upaya agar
aroma tak sedap itu tak lagi menganggu PBM warga SDN 004 Bontang Selatan, maka
dia akan datang langsung ke pemilik rumah, dan membicarakan solusi yang
tentunya tidak akan merugikan salah satu pihak.
“Kami juga belum tahu solusi seperti apa yang akan diterapkan. Yang jelas,
kami tidak minta banyak. Cuma bau safety
tank itu saja diusahakan tidak sampai ke sekolah,” akunya.
Namun, ketika perbincangan dengan pemilik rumah tak kunjung berbuah hasil,
maka pihaknya akan mengusulkan agar Disdik Bontang mencari jalan keluar. Sebab,
permasalahan ini bukan lagi sebatas antara pemilik rumah dengan warga SDN 004
Bontang Selatan. Namun, sudah jadi tanggungjawab pemerintah dalam menyediakan
saran dan prasarana belajar. Sehingga, program Bontang Cerdas serta tuntas
berkualitas.
“Kalau memang pemiliknya tidak bisa diajak kompromi, jalan terakhir, kami
minta direlokasi ke lahan lain. Karena, kami juga tidak bisa meminta orang lain
pindah. Sementara, itu lahan pribadi bukan milik pemerintah,” tandasnya (*/in)
WARGA TUDING SEKOLAH ASAL JEPLAK
TAK terima dituduh sebagai penyebab SDN
004 Bontang Selatan berbau tinja akibat septic tank miliknya, pemilik rumah
menganggap pihak sekolah asal menuduh alias mengada-ada.
Insiah, salah seorang dari dua pemilik rumah yang dikeluhkan
pihak sekolah menegaskan, apa yang dituduhkan Kepala Sekolah Dasar Negeri (SDN)
004 Bontang Selatan itu adalah mengada-ada. Sebab, septic tank yang dibangun sejak 5 bulan lalu dan digunakan bersama
kerabatnya itu melalui pertimbangan matang.
Bahkan, kepada tukang yang mengerjakan, dia meminta
agar ukuran septic tank itu
diperbesar. Yakni sedalam
4 meter, luas 3x3 meter per segi berbahan beton berlapis besi dan kayu. Pipa
saluran udara pun dibuat sekira 5 meter menjulang. Sementara, parit buangan langsung
dialirkan ke parit utama jalan raya. Melalui pipa yang dibuat tertutup rapat sehingga
tidak merusak pemandangan apalagi menebar bau tak sedap seperti yang dituduhkan.
“Saya rasa itu
berhasil. Karena, beberapa kali saya ke belakang (halaman sekolah, Red.) tidak ada aroma seperti yang
dituduhkan,” tegasnya pada media ini, (8/1) kemarin.
Dia menilai, apa
yang diutarakan pihak sekolah melalui pemberitaan sebelumnya di media ini,
adalah hal dicari-cari dan tidak diketahui alasannya. Sebab, menurutnya, semua
yang diutarakan bertolak belakang dengan realita.
Bahkan, dia
mengkritisi tindakan pihak sekolah yang ‘berkoar’ di media setelah sebelumnya
berbicara dengan Ketua RT, namun tidak melibatkan pihak yang dibahas. Sehingga,
terkesan menyudutkan namun enggan mencari penyelesaian.
“Kalau memang
mau cari solusi, coba bicara langsung ke kami. Sementara, saat ini, ketua RT
sekalipun belum pernah dating ke rumah kami untuk membahas mengenai hal itu.
Yang justru saya peroleh dari koran Bontang
Post “ keluhnya lebih jauh.
Sementara,
genangan air yang kini lebih bebas turun ke halaman sekolah disebabkan
keberadaan rumah itu pun dibantah tegas. Sebab, menurutnya, dengan kontur tanah
menukik, di mana, letak rumahnya lebih tinggi dari halaman sekolah itu,
hendaknya bisa dipahami berdasarkan logika. Tentunya, menyebabkan air akan
tetap turun kearah sekolah itu. Meskipun
dia tidak tinggal di areal tersebut.
“Lagi pula, kami
tinggal di lahan pribadi. Bukan lahan milik pemerintah. Dan ini sudah atas
persetujuan pemilik sah tanah. Yang juga keluarga saya,” tegasnya.
Raodah, kerabat
yang memberi izin tinggal bagi kedua pihak yang dikeluhkan itu menambahkan,
bahwa pihak sekolah tak semestinya mengeluhkan keberadaan kerabatnya. Sebab,
keduanya telah mendapat izin dari pemilik sah tanah yang juga kerabatnya itu.
Sementara, ketika dasar keluhan itu adalah keberadaan septic tank dibangun kerabatnya, jelas tidak bisa dijadikan alasan.
Karena, selain fakta yang telah diterangkan di atas, pihaknya juga telah diberi
izin oleh pihak sekolah.
Sebab, beberapa
hari sebelum pembangunan dilakukan, dia telah meminta izin ke pihak sekolah.
Untuk membangun rumah lengkap dengan septic
tank. Namun, entah kenapa, tiba-tiba ada keluhan seperti ini.
“Sebelum rumah ini dibangun, saya sama pemilik
rumah sudah datang ke sekolah. Dan diberi izin. Asal, septic tank-nya tidak sampai menganggu. Dan syarat itu telah
dipenuhi,” jelasnya mencontohkan pernyataan kepala SDN 004 Bontang Selatan saat
hendak membangun rumah itu.
Dia menjelaskan,
sejatinya, permasalahan sejenis yang ditujukan ke pihaknya telah berlangsung
lama. Tepatnya ketika Kepala SDN 004 Bontang Selatan itu menjabat. Bahkan, kandang
ayam dan bebek yang sempat berada di belakang rumah berseberangan dengan
halaman sekolah itu pun kena dipermasalahkan. Sehingga, dengan berat hati mesti
dia jual ke para tetangga bahkan sebagian dia berikan secara Cuma-Cuma ke
kerabat dan tetangganya. Sebab, kata dia, tidak ada lahan lagi untuk memelihara
unggas miliknya.
“Apalagi, saat
itu anak gadis saya masih belajar di sekolah itu kelas 6 SD. Dan anak saya juga
sering dihukum cuci kotoran ayam atau bebek yang masuk ke sekolah itu dan tidak
belajar bersama lainnya,” kenangnya.
Sebab itu, dia
memilih mengalah dan merelakan tidak beternak lagi. Demi kelangsungan pendidikan
sang buah hati. Namun, ketika masalah serupa kembali diutarakan pihak sekolah,
dia mengaku tak bisa tinggal diam. Karena, seolah hendak menggusur keluarganya
yang merasa tidak salah.
“Masa iya,
keluarga saya tidak boleh buang hajat ?. Apalagi tanah ini bukan punya
pemerintah. Jadi silahkan kalau mau terus mempermasalahkan kami. Intinya, kami
dalam posisi benar,” tandasnya.
Terpisah, Dinas
Pendidikan (Disdik) Bontang, melalui Kepala Seksi (Kasi) Kurikulum Bidang
Pendidikan Dasar (Dikdas), Sunarya membenarkan adanya keluhan pihak sekolah
atas keberadaan kedua rumah warga itu. Namun, dia mengaku belum bisa
menjelaskan banyak tentang masalah itu. Sebab, pihak yang turun ke lapangan
belum kembali ke kantor.
Hanya saja, dia
menegaskan, apapun penyelesaian yang akan diambil menyikapi masalah itu, harus
diputuskan secara bijak. Di mana, tidak ada pihak yang dirugikan. Baik sekolah
terlebih warga yang dikeluhkan.
“Masalah itu,
sudah ada teman yang turun ke sekolah. Jadi tunggu hasilnya saja,” tutupnya. (*/in)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar