Kamis, 12 Juni 2014

Dibom, Ikan Mulai Punah


Nelayan Miris, Minta Pemkot Bertindak Tegas


TRAGIS: Pengamanan laut oleh instansi teknis ternyata masih lemah. Terbukti masih marak aksi penangkapan ikan menggunakan bom ikan.
BONTANG –  Ketegasan Pemkot Bontang memberantas pengeboman ikan di perairan Bontang dipertanyakan Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Bontang. Sebab, hingga kini, populasi ikan laut di Bontang khususnya jenis Bawis kian terancam. Bukan hanya dari pengeboman, namun penangkapan ikan menggunakan belat, hingga jaba troll.
Ketua KTNA Bontang Jafar menuturkan, hingga kini, habitat ikan di perairan Bontang kian terancam. Sebab, penangkapan ikan oleh nelayan Bontang tidak dilakukan dengan benar. Yakni tanpa mempertimbangkan dampak lingkungan atau kehidupan hewan laut di sekitarnya. Melainkan mengutamakan kepentingan pribadi atau kelompok.
“Dulu sekitar tahun 1970-an, ikan bawis di Bontang masih besar-besar. Bahkan bisa ditemukan ikan bawis hampir dua kali telapak tangan orang Dewasa. Karena dulu, perkembangbiakan mereka tidak terganggu. Masih banyak hutan bakau, terumbu karang, hingga padang lamun yang memang jadi makanan utama bawis,” jelasnya belum lama ini.
Namun, sayangnya, kekayaan alam laut tersebut telah terenggut akibat ulah nelayan tak bertanggung jawab. Ditambah lagi, kurang tegas dan ketatnya pengawasan aparat pemerintah atas keamanan laut Bontang. Terbukti, pengeboman ikan dan penangkapan ikan menggunakan alat tangkap mengancam  populasi ikan, tetap berlanjut. Bahkan terkesan tak tersentuh.
Padahal, kata Jafar, jika pemerintah serius ingin memberantas para pengebom, bisa dengan pengerahkan petugas kepolisian melalui inteligen. Caranya, dengan menguntit para pelaku tersebut hingga ke tempat penimbangan. Hingga, bukan hanya pelaku pengebom saja ditangkap. Namun, para penadah pun ikut diseret menjalani proses hukum.
“Di kapalnya, bisa dipasangi kamera. Nah, begitu kapalnya sudah jalan, tinggal dibuntuti. Begitu sampai di tempat penimbangan ikan. Bisa sekalian diciduk. Dapat pelakunya, dapat juga penadahnya,” bebernya.
Dia membeber, seiring pergantian waktu dan tahun, para pengebom ikan di Bontang semakin pandai. Dulu, mereka melaut dan beroperasi di laut menggunakan kapal domping. Namun, mungkin karena pernah tertangkap petugas, kini beralih menggunakan kapal ketinting. Sehingga, mereka dapat terbebas dari kejaran petugas. Sebab, dengan ketinting, mereka bisa melaju di atas padang lamun, yang tidak bisa dilalui kapal jenis Domping. 
“Saya enggak tahu berapa kedalaman di padang lamun itu. Yang jelas, di atasnya tidak bisa dilalui kapal Domping. Nah, sekarang mereka (pengebom, Red.) itu pakai ketinting kalau operasi,” bebernya.
Praktis, jika kecerdikan petugas tersebut tidak diimbangi kecerdasan petugas penegak hukum dan dinas terkait, maka proses ini akan terus berlanjut. Sehingga, ikan, tumbuhan laut sumber hidup sebagian warga Bontang akan terancam.
Kata Jafar, bahaya bom rakitan yang kerap digunakan para oknum nelayan itu, tak bisa dianggap main-main. Sebab, dari dua jenis bom rakitan yang pernah dia temui, keduanya mampu menghancurkan terumbu karang, ikan dan hewan laut lain. Bahkan, jika ada manusia dalam radius tertentu, maka akan turut hancur.
Dicontohkannya, bom rakitan berwadah botol Kratindaeng berisi bahan bakar tertentu. Dengan sumbu menjulur pada sisi atasnya. Saat dibakar, maka bom rakitan tersebut dapat menghancurkan mahluk hidup maupun benda mati yang berada pada radius 2 meter di sekelilingnya.
“Kalau botol kecap ukuran besar, biasanya berdampak sampai radius 5 meter. Kalau sudah begitu, selain ikan yang mati, karang dan tumbuhan laut lain ikut mati,” terangnya.
Apalagi, lanjut dia, jika yang terkena ledakan itu adalah ikan Bawis bertelur.
Otomatis, regenerasi tidak berlanjut. Sementara, menurutnya ikan jenis tersebut memiliki batasan usia paling lama setahun. Nah, jika anak dan Bawis bertelur yang kena ledakan, bisa dipastikan populasi saat ini dan akan datang musnah.
“Padahal, kita kan tahu kalau Bawis itu ikan khas Bontang. Kalau upaya pemerintah membasmi oknum tersebut tidak digencarkan, maka tinggal tunggu habisnya saja,” tegasnya.
Oleh sebab itu, dia berharap perhatian pemerintah. Khususnya yang membidangi hal itu. Namun, terpenting bagi penegak hukum di perairan laut Bontang. Agar lebih tegas dan giat mengamati pergerakan para oknum nelayan tak bertanggungjawab itu. (*/in)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar