Nelayan Miris, Minta Pemkot Bertindak Tegas
TRAGIS: Pengamanan laut oleh instansi teknis ternyata masih lemah. Terbukti masih marak aksi penangkapan ikan menggunakan bom ikan. |
BONTANG
– Ketegasan Pemkot Bontang memberantas
pengeboman ikan di perairan Bontang dipertanyakan Kontak Tani Nelayan Andalan
(KTNA) Bontang. Sebab, hingga kini, populasi ikan laut di Bontang khususnya
jenis Bawis kian terancam. Bukan hanya dari pengeboman, namun penangkapan ikan
menggunakan belat, hingga jaba troll.
Ketua
KTNA Bontang Jafar menuturkan, hingga kini, habitat ikan di perairan Bontang
kian terancam. Sebab, penangkapan ikan oleh nelayan Bontang tidak dilakukan
dengan benar. Yakni tanpa mempertimbangkan dampak lingkungan atau kehidupan
hewan laut di sekitarnya. Melainkan mengutamakan kepentingan pribadi atau
kelompok.
“Dulu
sekitar tahun 1970-an, ikan bawis di Bontang masih besar-besar. Bahkan bisa
ditemukan ikan bawis hampir dua kali telapak tangan orang Dewasa. Karena dulu,
perkembangbiakan mereka tidak terganggu. Masih banyak hutan bakau, terumbu
karang, hingga padang lamun yang memang jadi makanan utama bawis,” jelasnya
belum lama ini.
Namun,
sayangnya, kekayaan alam laut tersebut telah terenggut akibat ulah nelayan tak
bertanggung jawab. Ditambah lagi, kurang tegas dan ketatnya pengawasan aparat
pemerintah atas keamanan laut Bontang. Terbukti, pengeboman ikan dan
penangkapan ikan menggunakan alat tangkap mengancam populasi ikan, tetap berlanjut. Bahkan terkesan
tak tersentuh.
Padahal,
kata Jafar, jika pemerintah serius ingin memberantas para pengebom, bisa dengan
pengerahkan petugas kepolisian melalui inteligen. Caranya, dengan menguntit
para pelaku tersebut hingga ke tempat penimbangan. Hingga, bukan hanya pelaku
pengebom saja ditangkap. Namun, para penadah pun ikut diseret menjalani proses
hukum.
“Di kapalnya, bisa dipasangi kamera. Nah, begitu kapalnya sudah jalan,
tinggal dibuntuti. Begitu sampai di tempat penimbangan ikan. Bisa sekalian
diciduk. Dapat pelakunya, dapat juga penadahnya,” bebernya.
Dia membeber, seiring pergantian waktu dan tahun, para pengebom ikan di
Bontang semakin pandai. Dulu, mereka melaut dan beroperasi di laut menggunakan
kapal domping. Namun, mungkin karena
pernah tertangkap petugas, kini beralih menggunakan kapal ketinting. Sehingga,
mereka dapat terbebas dari kejaran petugas. Sebab, dengan ketinting, mereka bisa
melaju di atas padang lamun, yang tidak bisa dilalui kapal jenis Domping.
“Saya enggak tahu berapa kedalaman di padang lamun itu. Yang jelas, di
atasnya tidak bisa dilalui kapal Domping.
Nah, sekarang mereka (pengebom, Red.)
itu pakai ketinting kalau operasi,” bebernya.
Praktis, jika kecerdikan petugas tersebut tidak diimbangi kecerdasan
petugas penegak hukum dan dinas terkait, maka proses ini akan terus berlanjut.
Sehingga, ikan, tumbuhan laut sumber hidup sebagian warga Bontang akan
terancam.
Kata Jafar, bahaya bom rakitan yang kerap digunakan para oknum nelayan
itu, tak bisa dianggap main-main. Sebab, dari dua jenis bom rakitan yang pernah
dia temui, keduanya mampu menghancurkan terumbu karang, ikan dan hewan laut
lain. Bahkan, jika ada manusia dalam radius tertentu, maka akan turut hancur.
Dicontohkannya, bom rakitan berwadah botol Kratindaeng berisi bahan
bakar tertentu. Dengan sumbu menjulur pada sisi atasnya. Saat dibakar, maka bom
rakitan tersebut dapat menghancurkan mahluk hidup maupun benda mati yang berada
pada radius 2 meter di sekelilingnya.
“Kalau botol kecap ukuran besar, biasanya berdampak sampai radius 5
meter. Kalau sudah begitu, selain ikan yang mati, karang dan tumbuhan laut lain
ikut mati,” terangnya.
Apalagi, lanjut dia, jika yang terkena ledakan itu adalah ikan Bawis
bertelur.
Otomatis, regenerasi tidak berlanjut. Sementara, menurutnya ikan jenis
tersebut memiliki batasan usia paling lama setahun. Nah, jika anak dan Bawis
bertelur yang kena ledakan, bisa dipastikan populasi saat ini dan akan datang
musnah.
“Padahal, kita kan tahu kalau
Bawis itu ikan khas Bontang. Kalau upaya pemerintah membasmi oknum tersebut
tidak digencarkan, maka tinggal tunggu habisnya saja,” tegasnya.
Oleh
sebab itu, dia berharap perhatian pemerintah. Khususnya yang membidangi hal
itu. Namun, terpenting bagi penegak hukum di perairan laut Bontang. Agar lebih
tegas dan giat mengamati pergerakan para oknum nelayan tak bertanggungjawab
itu. (*/in)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar