Kamis, 12 Juni 2014

Pedagang Bontang ‘Cekal’ Pasar Semi-Modern





BONTANG – Sekira 2.300 pedagang di tiga pasar tradisional Bontang meliputi Rawa Indah, Telihan, dan Citra Mas Lhoktuan secara tegas menolak keberadaan pasar semi-modern sejenis minimarket skala nasional. Bahkan, mereka mengancam melakukan aksi protes skala besar jika kelak mendapat dukungan pemerintah Kota (Pemkot). Pasalnya, kemungkinan besar dapat mematikan aktivitas perekonomian pedagang tradisional.
Ketua Asosiasi Pedagang Pasar Indonesia (APPSI), Fahruddini Ismail menyatakan, upaya penolakan itu tengah menjadi pembahasan secara continue di kalangan pedagang. Bukan hanya Bontang, Balikpapan hingga Sangatta pun satu persepsi menolak keberadaan pasar semi modern.
“Beberapa waktu lalu. Kami sering melakukan rapat melibatkan pedagang tradisional. Bahkan, Desember lalu, kami (asosiasi) berkumpul di Sangatta. Dan menyatukan persepsi menolak masuknya pasar semi-tradisional,” bebernya, Kamis (2/1) kemarin.
Penolakan itu, menurutnya logis. Mengingat, penyedia jasa dan kebutuhan pokok tercukupi. Bahkan, dia mengaku belum pernah mendengar ada keluhan warga yang kesulitan mendapat bahan pokok atau kebutuhan lain di pasar tradisional maupun toko-toko besar di Bontang. Yang kerap menjual barang dagangan laiknya di pasar semi modern.
Misalnya saja, lanjut dia, kebutuhan warga Bontang sudah bisa dipenuhi melalui pasar atau toko yang tersebar pada tiga kecamatan di Bontang. Seperti di Bontang Selatan. Di sana, teradapat Pasar Rawa Indah, Andhika Palaza dan pertokoan lain. Di Bontang Utara, pun dapat ditemui Plaza Gunung Mas, Suria Mas. Sementara di Bontang Barat, telah tersedia Pasar Taman Telihan dan Bontang Plaza.
“Pasar dan pertokoan itu kami (pedagang) rasa lebih dari cukup memenuhi kebutuhan konsumtif warga Bontang. Sehingga, dapat tetap hidup meskipun tanpa pasar semi modern,” terangnya.
Menurut Fahruddin, besarnya potensi pasar semi modern mematikan pasar tradisional, terlihat dari persaingan harga dan pelayanan antar keduanya. Ketika pedagang pasar semi modern mampu menjual barang dengan harga Rp 18 ribu, maka pasar tradisional mesti berjuang dengan harga terkecil Rp 20 ribu. Hal itu disebabkan perbedaan kuantitas modal yang sangat berbeda.
“Kami akui, pelayanan di pasar semi modern lebih teratur, dan terstruktur. Karena mereka berdiri dalam managemen khusus. Bahkan, mengenai harga, pedagang tradisional tak mampu bersaing. Karena, kecilnya yang dimiliki. Jadi, kalau Pemkot mau mengizinkan mereka (pasar semi modern) masuk, pasti mematikan pedagang Bontang,” tegasnya.
Mengenai hal itu, lanjut dia, telah sampai ke Pemkot dan telah mendapat pernyataan kesiapan walikota dan pihak terkait lain. Bahwa, mereka akan menindaklanjuti tuntutan pedagang. Meskipun belum bisa ditebak apa yang akan terjadi selanjutnya.
“Yang pasti, kalau meleset dari harapan kami, seluruh pedagang di Bontang meliputi pasar Rawa Indah (sekira 1300 pedagang), Taman Telihan (sekira 600 orang) dan Citra Mas Lhoktuan (ssekira 400 orang) siap berjuang menuntut hak hidup kami,” tandasnya (*/in)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar