BONTANG – Sekira 2.300 pedagang
di tiga pasar tradisional Bontang meliputi Rawa Indah, Telihan, dan Citra Mas Lhoktuan
secara tegas menolak keberadaan pasar semi-modern sejenis minimarket skala
nasional. Bahkan, mereka mengancam melakukan aksi protes skala besar jika kelak
mendapat dukungan pemerintah Kota (Pemkot). Pasalnya, kemungkinan besar dapat
mematikan aktivitas perekonomian pedagang tradisional.
Ketua Asosiasi Pedagang Pasar Indonesia
(APPSI), Fahruddini Ismail menyatakan, upaya penolakan itu tengah menjadi
pembahasan secara continue di
kalangan pedagang. Bukan hanya Bontang, Balikpapan hingga Sangatta pun satu
persepsi menolak keberadaan pasar semi modern.
“Beberapa waktu lalu. Kami sering
melakukan rapat melibatkan pedagang tradisional. Bahkan, Desember lalu, kami
(asosiasi) berkumpul di Sangatta. Dan menyatukan persepsi menolak masuknya
pasar semi-tradisional,” bebernya, Kamis (2/1) kemarin.
Penolakan itu, menurutnya logis.
Mengingat, penyedia jasa dan kebutuhan pokok tercukupi. Bahkan, dia mengaku
belum pernah mendengar ada keluhan warga yang kesulitan mendapat bahan pokok
atau kebutuhan lain di pasar tradisional maupun toko-toko besar di Bontang. Yang kerap menjual barang dagangan laiknya di pasar
semi modern.
Misalnya saja, lanjut dia, kebutuhan warga Bontang sudah bisa dipenuhi
melalui pasar atau toko yang tersebar pada tiga kecamatan di Bontang. Seperti di Bontang Selatan. Di sana, teradapat Pasar
Rawa Indah, Andhika Palaza dan pertokoan lain. Di Bontang Utara, pun dapat
ditemui Plaza Gunung Mas, Suria Mas. Sementara di Bontang Barat, telah tersedia
Pasar Taman Telihan dan Bontang Plaza.
“Pasar dan pertokoan itu kami (pedagang) rasa lebih dari cukup memenuhi
kebutuhan konsumtif warga Bontang. Sehingga, dapat tetap hidup meskipun tanpa
pasar semi modern,” terangnya.
Menurut Fahruddin, besarnya potensi pasar semi modern mematikan pasar
tradisional, terlihat dari persaingan harga dan pelayanan antar keduanya.
Ketika pedagang pasar semi modern mampu menjual barang dengan harga Rp 18 ribu,
maka pasar tradisional mesti berjuang dengan harga terkecil Rp 20 ribu. Hal itu
disebabkan perbedaan kuantitas modal yang sangat berbeda.
“Kami akui, pelayanan di pasar semi modern lebih teratur, dan
terstruktur. Karena mereka berdiri dalam managemen khusus. Bahkan, mengenai
harga, pedagang tradisional tak mampu bersaing. Karena, kecilnya yang dimiliki.
Jadi, kalau Pemkot mau mengizinkan mereka (pasar semi modern) masuk, pasti
mematikan pedagang Bontang,” tegasnya.
Mengenai hal itu, lanjut dia, telah sampai ke Pemkot dan telah mendapat
pernyataan kesiapan walikota dan pihak terkait lain. Bahwa, mereka akan
menindaklanjuti tuntutan pedagang. Meskipun belum bisa ditebak apa yang akan
terjadi selanjutnya.
“Yang pasti, kalau meleset dari
harapan kami, seluruh pedagang di Bontang meliputi pasar Rawa Indah (sekira
1300 pedagang), Taman Telihan (sekira 600 orang) dan Citra Mas Lhoktuan (ssekira
400 orang) siap berjuang menuntut hak hidup kami,” tandasnya (*/in)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar