Minggu, 27 Oktober 2013

catatan



Belajar Ala Indopos, Kritik Pedas Jadi Sarapan--judul

Bagaimana rasanya menjadi orang terbodoh di atara para ahli?, bagaimana rasanya menjadi orang terculun di tengah para profesional ?, dan bagaimana menjadi orang termiskin di atara para miliarder?. Sekilas, itulah gambaran yang bisa kupaparkan dalam tulisanku kali ini.
------------------------------------------------
Proses belajar yang harus kutempuh di Jakarta sebagai jurnalis termuda dengan usia 21 tahun dengan masa kerja 8 bulan. Namun dikelilingi para jurnalis senior dengan usia termuda 25 tahun dan usia karir minimal 4 tahun di bidang jurnalistik. Tak ayal, rasa minder, malu serta canggung pun nyaris selalu menyelimuti diri ketika berada di antara mereka. Bahkan, ketika proses evaluasi tulisan di kantor Indopos, saat itulah proses pembantaian yang tidak akan pernah terlupa dalam hidup saya. Saat di mana tiap peserta diminta menyerahkan hasil liputan kemudian diprint pada sebuah kertas A4. Lalu dibagikan pada tiap peserta yang berjumlah 6 orang dari media koran berbeda. Saat itu pula, pembantaian dimulai. Kritik pedas pun mulai dilontarkan para pakar jurnalistik. Sontak saja, rasa geram, malu serta ragam perasaan lain menyelimuti. Tapi di sisi lain, saya merasa menemukan cara belajar sangat efektifk. Karena, moment itu tidak akan pernah bisa terlupa. Sehingga, kritik dan masukan yang diarahkan pada tulisannku, akan tersimpan rapat di memori otakku. Sehingga, setiap saat akan mudah mengingat kembali pelajaran mengenai apa yang telah dikaji di Indopos. Lantaran dipermudah oleh visualiasi momen ketika saya dihujani kritik pedas oleh para jurnalis senior. Tapi, kemungkinan cara itulah yang paling cocok untukku. Karena, selama di Bontang, beragam cara telah dilakukan para senior, tapi pelajaran yang diberikan ternyata tidak juga melekat di otak saya. Entah itu cara mereka yang menyampaikan yang salah atau kapasitas otak saya yang memang kecil. Sehingga, tidak bisa menangka pelajaran dan ilmu dengan baik. Tapi itulah, memang tidak mudah menjadi jurnalis. Tapi bagi saya, lebih sulit lagi menjalani profesi yang tidak saya suka. (in)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar