Jumat, 08 November 2013

Catatan



Evaluasi Berita Peserta Magang Wartawan Kaltim Post Group di Indopos—Sub
‘Diserbu’ Pengamen, Digoda SPG Cantik

Seperti biasa, di akhir pekan peserta magang terdiri atas 6 media koran berbeda namun tergabung dalam Kaltim Post Group berkumpul untuk melakukan evaluasi berita selama 6 hari meliput di Ibu Kota. Namun kali ini, tempat yang dipilih Redaktur Indopos, Arianto, adalah tempat angkringan di daerah Senayan. Tujuannya, agar proses belajar tidak tegang. Sehingga ilmu jurnalistik yang diberikan bisa terserap mulus dan terekam rapat di memori otak peserta.

IMRAN IBNU, Jakarta

Selama kurang lebih 2 jam berada di tempat itu, sembari menikmati hidangan yang sebelumnya dipesan masing-masing peserta, mampu berjalan sesuai harapan. Proses belajar pun berlangsung santai, bahkan sesekali diselingi canda-tawa karena satu hal. Pertama, ketika di tengah-tengah proses belajar, rombongan dihampiri seorang wanita cantik yang belakangan diketahui sebagai Sales Promotion Girl (SPG) produk rokok. Wanita yang berpenampilan anggun itu membawa beberapa kotak rokok jenis baru. Lalu menawarkan barang itu untuk dibeli salah satu dari kami (peserta). Sontak saja, peserta yang keseluruhan pria itu dibuat dag dig dug. Meski begitu, mengingat saya yang mewakili media lokal konten Bontang Post bukan perokok, saya tidak terlibat dalam transaksi tersebut. Berbeda dengan Gunawan, wartawan asal Radar Sampit itu menjadi tokoh dalam pembahasan kali ini. Pria itu tampak lucu, ketika terlihat gugup saat disambangi sang SPG cantik. Kebetulan dia perokok berat. Sehingga, dari 6 peserta magang, yang juga perokok, sementara saya dan Arianto sang Redaktur bukan perokok, hanya pria asal Sampit itu yang membeli dagangan sang SPG. Melihat tingkah Gunawan yang gugup, bahkan rona merah di wajahnya menampakkan rasa malu, seluruh peserta pun kompak menyoraki dan menertawakan tingkah lugu yang mengocok perut itu.
Tak sampai di situ, sejurus kemudian, peserta kembali disambangi pengamen banci dengan dandanan menor super girly, berpotongan ala korea, ber-make up tebal terlukis cerah di wajah yang jelas menggambarkan pria jantan, namun keukeuh menjadi wanita. Kali ini, kedatangan mereka bukan untuk berdagang rokok seperti sebelumnya, tapi menawarkan jasa hiburan lewat lantunan lagu dangdut yang bukan dari bibir berhias lipstik tebal berwarna merah cerah. Melainkan dari tape tecorder yang tergantung bebas di bahu kanan sang pengamen ‘cantik’. Uniknya, meski tidak menjajakan suara dari bibirnya, namun goyangan tubuh khusunya pinggul dan dada berbalut busana seksi yang mestinya mengundang birahi kaum adam (jika wanita) yang mereka tampilkan, tak kalah dari pedangdut top yang biasa tampil di pentas dan acara musik di beberapa stasiun TV tanah air. Namun, karena suara tape recorder yang disuarakan lebih mirip suara elektone yang kerap terdengar ketika ada acara pernikahan, dengan suara nyaring dan memekakan telinga. Salah seorang peserta pun memberi uang receh pada sang pengamen agar lantas berlalu.
Hingga penghujung kegiatan, jumlah pengamen yang menjajakan jasa hiburan namun berbekal alat musik berbeda dan dibawakan orang berbeda ada 4 kelompok. Namun, diketahui hanya 2 pengamen yang mendapatkan uang receh dari peserta yang ada. Maklum, jika setiap pengamen yang datang terus mendapat tanggapan, bisa dipastikan, jumlah pengamen yang datang tidak akan habis. Momen tersebut, jelas menjadi momen berharga yang kelak menjadi bahan obrolan menarik setiba di kota asal. Bagitupula proses belajar yang sejatinya menjadi pokok bahasan, akan semakin melekat di memori peserta. Mengingat, ada momen pendukung yang akan membuat setiap pelajaran malam itu melekat erat. (***)   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar