Evaluasi
Berita Peserta Magang Wartawan Kaltim Post Group di Indopos—Sub
‘Diserbu’ Pengamen,
Digoda SPG Cantik
Seperti
biasa, di akhir pekan peserta magang terdiri atas 6 media koran berbeda namun
tergabung dalam Kaltim Post Group berkumpul untuk melakukan evaluasi berita
selama 6 hari meliput di Ibu Kota. Namun kali ini, tempat yang dipilih Redaktur
Indopos, Arianto, adalah tempat angkringan di daerah Senayan. Tujuannya, agar
proses belajar tidak tegang. Sehingga ilmu jurnalistik yang diberikan bisa
terserap mulus dan terekam rapat di memori otak peserta.
IMRAN IBNU, Jakarta
Selama
kurang lebih 2 jam berada di tempat itu, sembari menikmati hidangan yang
sebelumnya dipesan masing-masing peserta, mampu berjalan sesuai harapan. Proses
belajar pun berlangsung santai, bahkan sesekali diselingi canda-tawa karena
satu hal. Pertama, ketika di tengah-tengah proses belajar, rombongan dihampiri
seorang wanita cantik yang belakangan diketahui sebagai Sales Promotion Girl (SPG) produk rokok. Wanita yang berpenampilan
anggun itu membawa beberapa kotak rokok jenis baru. Lalu menawarkan barang itu
untuk dibeli salah satu dari kami (peserta). Sontak saja, peserta yang
keseluruhan pria itu dibuat dag dig dug.
Meski begitu, mengingat saya yang mewakili media lokal konten Bontang Post bukan
perokok, saya tidak terlibat dalam transaksi tersebut. Berbeda dengan Gunawan,
wartawan asal Radar Sampit itu menjadi tokoh dalam pembahasan kali ini. Pria
itu tampak lucu, ketika terlihat gugup saat disambangi sang SPG cantik.
Kebetulan dia perokok berat. Sehingga, dari 6 peserta magang, yang juga
perokok, sementara saya dan Arianto sang Redaktur bukan perokok, hanya pria
asal Sampit itu yang membeli dagangan sang SPG. Melihat tingkah Gunawan yang
gugup, bahkan rona merah di wajahnya menampakkan rasa malu, seluruh peserta pun
kompak menyoraki dan menertawakan tingkah lugu yang mengocok perut itu.
Tak sampai
di situ, sejurus kemudian, peserta kembali disambangi pengamen banci dengan
dandanan menor super girly, berpotongan
ala korea, ber-make up tebal terlukis
cerah di wajah yang jelas menggambarkan pria jantan, namun keukeuh menjadi
wanita. Kali ini, kedatangan mereka bukan untuk berdagang rokok seperti
sebelumnya, tapi menawarkan jasa hiburan lewat lantunan lagu dangdut yang bukan
dari bibir berhias lipstik tebal berwarna merah cerah. Melainkan dari tape tecorder yang tergantung bebas di
bahu kanan sang pengamen ‘cantik’. Uniknya, meski tidak menjajakan suara dari bibirnya,
namun goyangan tubuh khusunya pinggul dan dada berbalut busana seksi yang
mestinya mengundang birahi kaum adam (jika wanita) yang mereka tampilkan, tak kalah
dari pedangdut top yang biasa tampil di pentas dan acara musik di beberapa
stasiun TV tanah air. Namun, karena suara tape
recorder yang disuarakan lebih mirip suara elektone yang kerap terdengar
ketika ada acara pernikahan, dengan suara nyaring dan memekakan telinga. Salah
seorang peserta pun memberi uang receh pada sang pengamen agar lantas berlalu.
Hingga
penghujung kegiatan, jumlah pengamen yang menjajakan jasa hiburan namun berbekal
alat musik berbeda dan dibawakan orang berbeda ada 4 kelompok. Namun, diketahui
hanya 2 pengamen yang mendapatkan uang receh dari peserta yang ada. Maklum,
jika setiap pengamen yang datang terus mendapat tanggapan, bisa dipastikan,
jumlah pengamen yang datang tidak akan habis. Momen tersebut, jelas menjadi
momen berharga yang kelak menjadi bahan obrolan menarik setiba di kota asal.
Bagitupula proses belajar yang sejatinya menjadi pokok bahasan, akan semakin
melekat di memori peserta. Mengingat, ada momen pendukung yang akan membuat
setiap pelajaran malam itu melekat erat. (***)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar