Rasa Takut, Jadi PR Utama
JAKARTA - Rasa takut kerap menghantui saya ketika menghadapi satu hal
baru. Misalnya saja mengenai kasus yang sebelumnya tidak saya ikuti. Tiba-tiba
diminta redaktur mengusutnya. Jelas saja, tidak punya keberanian menanganinya. Ketimbang
saya dipermalukan narasumber saya. Tidak bisa dimungkiri, kelemahan itu adalah
Pekerjaan Rumah (PR) yang harus segera saya selesaikan. Karena, saya sadar,
ketakutan itu yang kelak menghambat peningkatan kapasitas diri saya sebagai
profesional jurnalis.
Ya, pernyataan di atas beralasan untuk saya
ungkapkan. Karena, menurut pengalaman selama ini. Rasa canggung dan minder
ketika menghadapi kasus baru yang sebelumnya tidak pernah disentuh. Ditambah
lagi, harus mewawancarai narasumber dari golongan elite politik. Jelas saja,
dengan mudah mereka mempermainkan jalan pikiran serta mengobok-obok pemikiran
wartawan jika tidak menguasai masalah.
Saat itu terjadi, hasil wawancara yang diperoleh pun menjadi tidak
fokus. Bahkan tidak menutup kemungkinan melenceng dari target penulisan berita yang
telah direncanangan matang di meja redaksi. Ketika hal itu terjadi, artinya
saya telah gagal melakukan wawancara.
Oleh sebab itu, dengan menginkuti program magang di Kantor JPNN dan
Indopos Jakarta Pusat sejak Jumat (27/9) lalu. Setidaknya bisa mengurangi kadar
ketakutan pada diri saya. Tentu setelah menempuh medan liputan dinamis di ibu
kota itu. Sehingga, ketika saya kembali ke Bontang, tidak ada lagi rasa takut
bertemu dan bertatap muka dengan para elite politik. (in)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar