Jumat, 04 Oktober 2013

Catatac



Akhir dari Asmaraku

Imran Ibnu, Jakarta
Ketika hubungan tidak lagi kondusif seperti sebelumnya, tiba-tiba saja muncul keinginan untuk mengakhiri apa yang telah dirajut. Kenapa begitu, karena menurut saya, saat itu hubungan yang mestinya membawa kebahagiaan malah menjadi beban moril. Saya sadar, jika anggapan seperti itu adalah salah besar bagi sebagian orang. Tapi, entah kenapa, bagi diri saya, kebijakan itu cara terbaik.
Terkadang saya berpikir dan instrospeksi diri. Bagaimana bisa, sepasang kekasih mampu menjalani hubungan hingga bertahun-tahun. Sementara, ketika dibandingkan dengan apa yang pernah saya capai, jauh dari fakta tersebut. Usut punya usut, mereka mampu bertahan lantaran ketahanan mental dan kesabaran yang dimiliki telah teruji. Bahkan, ketika dilanda masalah, mereka sanggup bertahan dan menyelesaikannya.
Lalu bagaimana dengan saya?. Jujur, kelemahan yang ada pada diri saya dan tertanam di segala aspek kehidupan. Baik dalam dunia kerja, ataupun dalam hal asmara. Adalah tidak bisa bermasalah dan dipermasalahkan. Artinya, ketika sebuah masalah timbul. Saya akan gencar mencari solusi agar masalah itu rampung. Tapi, ketika penyelesaian masalah yang ada di depan mata tidak diberikan hingga berlarut-larut. Saya pasti minta ketegasan, penyelesaian seperti apa yang diinginkan. Ketika jawaban tidak juga diberikan. Artinya diem adalah jawaban akhir.
Nah, saat diam itulah, timbul keinginan kuat, agar segera mengakhiri apa yang telah dijalani. Karena, dalam kondisi itu, tidak ada bedanya, dengan tanpa status. Bahkan, hanya memperkeruh suasana yang sebelumnya fine-fine aja tapi malah berubah drastis. Dari pemaparan di atas, ternyata memang itulah yang selama ini menjadi pemicu berakhirnya hubungan saya. Dan saya berharap hal itu tidak lagi terjadi. Karena, jelas menganggu stabitas hidup saya. Hingga beberapa minggu kedepan. (in)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar