Akhir dari Asmaraku
Imran
Ibnu, Jakarta
Ketika hubungan tidak
lagi kondusif seperti sebelumnya, tiba-tiba saja muncul keinginan untuk
mengakhiri apa yang telah dirajut. Kenapa begitu, karena menurut saya, saat itu
hubungan yang mestinya membawa kebahagiaan malah menjadi beban moril. Saya
sadar, jika anggapan seperti itu adalah salah besar bagi sebagian orang. Tapi,
entah kenapa, bagi diri saya, kebijakan itu cara terbaik.
Terkadang saya berpikir
dan instrospeksi diri. Bagaimana bisa, sepasang kekasih mampu menjalani
hubungan hingga bertahun-tahun. Sementara, ketika dibandingkan dengan apa yang
pernah saya capai, jauh dari fakta tersebut. Usut punya usut, mereka mampu
bertahan lantaran ketahanan mental dan kesabaran yang dimiliki telah teruji.
Bahkan, ketika dilanda masalah, mereka sanggup bertahan dan menyelesaikannya.
Lalu bagaimana dengan
saya?. Jujur, kelemahan yang ada pada diri saya dan tertanam di segala aspek
kehidupan. Baik dalam dunia kerja, ataupun dalam hal asmara. Adalah tidak bisa
bermasalah dan dipermasalahkan. Artinya, ketika sebuah masalah timbul. Saya akan
gencar mencari solusi agar masalah itu rampung. Tapi, ketika penyelesaian
masalah yang ada di depan mata tidak diberikan hingga berlarut-larut. Saya
pasti minta ketegasan, penyelesaian seperti apa yang diinginkan. Ketika jawaban
tidak juga diberikan. Artinya diem adalah jawaban akhir.
Nah, saat diam itulah,
timbul keinginan kuat, agar segera mengakhiri apa yang telah dijalani. Karena,
dalam kondisi itu, tidak ada bedanya, dengan tanpa status. Bahkan, hanya
memperkeruh suasana yang sebelumnya fine-fine
aja tapi malah berubah drastis. Dari pemaparan di atas, ternyata memang itulah
yang selama ini menjadi pemicu berakhirnya hubungan saya. Dan saya berharap hal
itu tidak lagi terjadi. Karena, jelas menganggu stabitas hidup saya. Hingga beberapa
minggu kedepan. (in)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar