‘Kalau Sayang Enggak Mungkin Putus’
Menginjak
usia 21 tahun, saya
baru tahu rasanya dinantikan dan dicintai seorang wanita dengan tulus. Entah
kenapa, hal itu baru saya rasakan selama beberapa hari terakhir. Tepatnya,
ketika Lidya Fransiska menjadi pacar saya. Memang benar, di balik rasa sayang
yang benar-benar saya rasakan dari dia, masalah cemburu buta pun harus saya
terima. Karena, dia yang begitu mencintai saya, menyimpan kekhawatiran berlebih
jika saya bermain hati dengan wanita lain di kejauhan dari tempat dia berada.
Meski demikian, sejauh ini, tidak
sampai menyebabkan keretakan hubungan saya. Karena, saya percaya, selama masih
ada rasa sayang di hati keduanya, tidak akan ada kata berpisah. Kecuali rasa
sayang itu telah hilang dari salah satu pelakunya, maka dengan mudah akan
berpisah. “Ketika ada pernyataan akan berpisah. Saya pasti meyakinkan, apakah keputusan
itu yang terbaik?. Apa sudah tidak ada rasa sayang lagi?. Jika masih ada. Jangan
sampai menyesal di kemudian hari. Intinya, saya selalu memberi pilihan sebelum
ada rencana berpisah itu,”.
Tak dipungkiri, beberapa minggu
setelah menjalin hubungan dengan dia, sudah dua kali terlontar rencana
berpisah. Penyebab pertama, dia tampak kewalahan mengikuti sikap saya yang
jelas jauh berbeda dengan sikap mantan-mantan pacarnya selama ini. Yang selalu
memberikan kasih sayang cukup. Serta kebutuhan perhatian yang selalu dia
dapatkan. Kondisi itu malah tidak dia dapatkan dari saya. Perbedaan itu
kemungkinan sangat sulit dia terima.
Nah, lontar kata berpisah kedua sempat
dia ucapkan. Rabu (16/10) kemarin. Penyebabnya, dia terlalu banyak mendengar kabar
miring tentang pribadi saya. Tapi, yang dia dengar itu jelas berbeda dengan apa
yang ada pada diri saya sebenarnya. Akibatnya, karena besarnya rasa sayang itu,
dia dilanda cemburu buta. Tak ayal, dia kembali melontarkan kata putus dengan
saya. Tapi, karena rasa sayang begitu besar di dalam hati kami berdua, cinta
yang kami rajut tidak jadi runtuh berkeping-keping di usianya yang begitu
belia.
Jujur, sempat ada keraguan pada diri
saya untuk merajuk hubungan cinta dengan dia. Karena begitu banyaknya perbedaan
di antara kami. Mulai dari perbedaan karakter yang nyaris bertolak belakang.
Hingga, rasa minder yang kerapkali menyerbu batin saya. Mengingat, begitu
banyak kekurangan pada diri saya. Yang tidak sampai hati harus dinikmati wanita
yang telah begitu tulus mencintai saya. Tapi, perlahan, keraguan itu mulai
luntur. Karena, saya yakin, ruang dan waktu kelak menjadi saksi perjalanan
cinta kami, akan memperhalus perjalanan kami. Sehingga, kekhawatiran itu tidak
lagi beralasan. Meski demikian, saya akan berupaya sekeras mungkin, untuk
belajar menjadi yang terbaik bagi dia. Karena, sejatinya, saya tidak akan
pernah rela jika harus berpisah dengan dia di kemudian hari. Kecuali takdir
telah menetapkan hal itu. Harapan sementara, semoga dia bisa bertahan dan sabar.
Menghadapi sikap saya yang ke depan akan sulit dia terima. Hingga, saya mampu
menjadi apa yang dia harapkan. Tapi itu akan butuh perjuangan keras. (in)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar