Rabu, 16 Oktober 2013

Catatan

                                   ‘Kalau Sayang Enggak Mungkin Putus’



Menginjak usia 21 tahun, saya baru tahu rasanya dinantikan dan dicintai seorang wanita dengan tulus. Entah kenapa, hal itu baru saya rasakan selama beberapa hari terakhir. Tepatnya, ketika Lidya Fransiska menjadi pacar saya. Memang benar, di balik rasa sayang yang benar-benar saya rasakan dari dia, masalah cemburu buta pun harus saya terima. Karena, dia yang begitu mencintai saya, menyimpan kekhawatiran berlebih jika saya bermain hati dengan wanita lain di kejauhan dari tempat dia berada.
Meski demikian, sejauh ini, tidak sampai menyebabkan keretakan hubungan saya. Karena, saya percaya, selama masih ada rasa sayang di hati keduanya, tidak akan ada kata berpisah. Kecuali rasa sayang itu telah hilang dari salah satu pelakunya, maka dengan mudah akan berpisah. “Ketika ada pernyataan akan berpisah. Saya pasti meyakinkan, apakah keputusan itu yang terbaik?. Apa sudah tidak ada rasa sayang lagi?. Jika masih ada. Jangan sampai menyesal di kemudian hari. Intinya, saya selalu memberi pilihan sebelum ada rencana berpisah itu,”.
Tak dipungkiri, beberapa minggu setelah menjalin hubungan dengan dia, sudah dua kali terlontar rencana berpisah. Penyebab pertama, dia tampak kewalahan mengikuti sikap saya yang jelas jauh berbeda dengan sikap mantan-mantan pacarnya selama ini. Yang selalu memberikan kasih sayang cukup. Serta kebutuhan perhatian yang selalu dia dapatkan. Kondisi itu malah tidak dia dapatkan dari saya. Perbedaan itu kemungkinan sangat sulit dia terima.
Nah, lontar kata berpisah kedua sempat dia ucapkan. Rabu (16/10) kemarin. Penyebabnya, dia terlalu banyak mendengar kabar miring tentang pribadi saya. Tapi, yang dia dengar itu jelas berbeda dengan apa yang ada pada diri saya sebenarnya. Akibatnya, karena besarnya rasa sayang itu, dia dilanda cemburu buta. Tak ayal, dia kembali melontarkan kata putus dengan saya. Tapi, karena rasa sayang begitu besar di dalam hati kami berdua, cinta yang kami rajut tidak jadi runtuh berkeping-keping di usianya yang begitu belia.
Jujur, sempat ada keraguan pada diri saya untuk merajuk hubungan cinta dengan dia. Karena begitu banyaknya perbedaan di antara kami. Mulai dari perbedaan karakter yang nyaris bertolak belakang. Hingga, rasa minder yang kerapkali menyerbu batin saya. Mengingat, begitu banyak kekurangan pada diri saya. Yang tidak sampai hati harus dinikmati wanita yang telah begitu tulus mencintai saya. Tapi, perlahan, keraguan itu mulai luntur. Karena, saya yakin, ruang dan waktu kelak menjadi saksi perjalanan cinta kami, akan memperhalus perjalanan kami. Sehingga, kekhawatiran itu tidak lagi beralasan. Meski demikian, saya akan berupaya sekeras mungkin, untuk belajar menjadi yang terbaik bagi dia. Karena, sejatinya, saya tidak akan pernah rela jika harus berpisah dengan dia di kemudian hari. Kecuali takdir telah menetapkan hal itu. Harapan sementara, semoga dia bisa bertahan dan sabar. Menghadapi sikap saya yang ke depan akan sulit dia terima. Hingga, saya mampu menjadi apa yang dia harapkan. Tapi itu akan butuh perjuangan keras. (in)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar