Menginjak hari
ke-8, para peserta magang di Indopos Jakarta Pusat. Kembali disibukan pengenalan
medan liputan. Meski demikian, kali ini sedikit berbeda. Pasalnya, para peserta
sepakat menelusuri beberapa lokasi sebagai refrensi liputan beberapa hari ke
depan. Pelaksanaannya, peserta akan mengunjungi sejumlah pasar tradisional,
terminal, hingga pusat perbelanjaan. Tujuannya, menguji mental peserta ketika
berhadapan dengan penduduk Jakarta. Tak terhindar lagi, beragam pengalaman
menarik pun dirasakan peserta.
IMRAN IBNU, Jakarta
Sembari menunggu
instruksi dari redaksi Indopos mengenai beban liputan tiap peserta . Kamis (3/10)
malam lalu, 6 media koran masing-masing dari Radar Sampit, Kalteng Post,
Kaltara Post, Berau Post, Kaltim Post, serta Bontang Post terdaftar sebagai
peserta, sepakat terus melakukan mengenalan medan liputan. Bedanya, kali ini peserta
punya target kunjungan lengkap dengan alasan pemilihan lahan masing-masing.
Meski demikian, secara garis besar, tujuan ingin dicapai peserta, selain
mengenal medan liputan, juga mengenali katarakter penduduk kota metropolis itu.
Dalam obrolan
ringan diadakan tadi malam sekira pukul 20.30 WIB di ruang tamu kediaman
peserta magang selama 3 bulan ke depan. Mereka
(peserta) sepakat menjajaki sejumlah pusat keramaian di Jakarta. Di mana, di
dalamnya bisa ditemui beragam jenis manusia. Tidak hanya warga asli Indonesia,
tapi warga asing pun bisa tidak sulit ditemui. Maka semakin banyak pula objek
wawancara ditemui peserta.
Dari obrolan
tersebut, akhirnya ditemukan sejumlah tempat pusat keramaian yang jadi objek
penelusuran peserta. Di antaranya, pasar tradisional, mall, serta terminal bus.
Sementara, media ini sendiri memilih objek liputan di pasar tradisional. Tepatnya
di Pasar Slipi Jalan Anggrek Garuda, Kelurahan Kemanggisan, Palmerah Jakarta
Barat.
Jumat (4/10) pagi sekira
pukul 09.25 WIB, media ini pun beranjak dari kediaman menelusuri sudut-sudut
kota Jakarta menuju Pasar Slipi yang menjadi target liputan. Tiba di lokasi,
pemandangan menarik berupa aktivitas khas pasar pun tampak. Mulai dari
transaksi jual beli antara pedagang dengan pembeli, aktivitas bongkar muat
barang dari mobil pick up ke kios pedagang
hingga aktivitas menarik lain ditemui.
Ketika media ini
memulai komunikasi dengan sejumlah pedagang. Salah satu yang ditanyakan perihal
harga sembako di Pasar hingga setuasi pasar dan perrhatian pemerintah terhadap
keberadaan pasar itu, ternyata disambut baik. Bahkan, bisa dikatakan, pedagang
di Jakarta lebih terbuka dengan keberadaan media dibanding kota asal.
Kemungkinan mereka (pedagang) telah terbiasa dengan kunjungan sejumlah media di
kota metropolis tersebut.
Setelah menjalani
komunikasi dengan sejumlah penghuni, baik pedagang ataupun tukang angkot yang
memarkir kendaraannya di sekitar pasar. Umumnya mendapat respon positif. Meskipun
dengan bahasa lebih lugas bahkan kerap terdengar kasar. Namun, itulah kodisi
dan gaya bahasa penghuni pasar di Jakarta.
Penuturan serupa disampaikan
peserta magang lain asal Radar Sampit yang akrab disapa Edi, sepulang dari
liputan di Terminal Grogol di Jalan Kyai Tapa, Kelurahan Grogol, kecamatan
Grogol Petamburan, Jakarta Barat. Dari penelusuran itu, dia pun mengaku tidak
banyak mendapat kendala saat berusaha mengorek informasi dari para abang angkot
ataupun Bus di terminal itu. Pasalnya, dari pengakuan mereka. Keberadaan
jurnalis di Jakarta bukan hal baru. Bahkan, mereka (para supir), menilai, Jakarta
bisa besar pun atas peran para jurnalis melalui pemberitaan dibuat para
jurnalis.
“Waktu saya ke
terminal. Sempat saya tanyakan. Bagaimana pendapat mereka tentang peran
wartawan atas kemajuan Kota Jakarta?. Nah, kata mereka, wartawan, sedikit
banyak punya peran atas kemajuan kota itu. Karena, melalui media, suara
masyarakat bisa disalurkan. Makanya, mereka sangat open kalau ada wartawan
datang buat wawancara,” kata Edi.
Meski demikian, dia
mengakui, dalam penelusuran itu, tidak semua respek dengan keberadaan wartawan.
Pasalnya, ada saja supir angkot atau calon penumpang ditemui namun menolak
diajak berbicara setelah mengetahui tujuannya adalah wawancara.
Berdasarkan hasil
penelusuran itu. Setidaknya para peserta telah memilki gambaran, seperti apa
medan liputan yang akan dijajaki selama 3 bulan ke depan. Meskipun nantinya
mereka (peserta) diprediksi banyak bergelut dengan instansi pemerintahan. Tapi,
bagi peserta, suara rakyat adalah gambaran kondisi kota saat itu dan memudahkan
proses liputan di kemudian hari. (***)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar