Tujuan
pengiriman saya ke Jakarta, untuk menuntut ilmu. Harapan dibebankan kantor
kepadaku pun amat berat. Pasalnya, pulang dari Jakarta, saya harus mampu
menjadi leader dan mengelola halaman utama bahkan sempat
ada wacana disampaikan Faisal Rahman Wakil Redaktur Pelaksana (Waredpel) Bontang Post. Bahwa
saya akan diangkat menjadi asisten redaktur. Kondisi itu jelas merupakan beban
berat bagiku. Mengingat, kondisi yang kualami di Jakarta. Jelas jauh berbeda
dengan apa yang kualami di Bontang. Di mana, saya mampu mencari berita 2 bahkan
3 berita tiap harinya. Sementara di Jakarta. Jangankan 3 berita, mendapatkan
satu berita saja sangat sulit. Lantaran narasumber berita amat sukar ditemui.
Melihat
kondisi tersebut, saya khawatir apa yang menjadi harapan dari para redaktur
saya yang telah mengusung saya agar berangkat menempuh pendidikan ini, tidak
tercapai. Karena, bukannya makin pintar, saya bahkan khawatir lupa bagaimana
menulis dengan baik dan benar. Meski demikian, saya merasa berat jika harus
menyerah di tengah perjalanan. Apalagi, dalam berita yang saya tulis beberapa
hari setelah tiba di Jakarta. Menyatakan jika saya akan bertugas dan menempuh proses
belajar selama 3 bulan. Praktis, ketika saya tiba di Bontang sebelum waktu yang
saya wacanakan, akan muncul berbagai pertanyaan dari mereka.
Namun,
beban terberat yang akan kutanggung jika saya menyerah di tengah jalan. Adalah
sambutan teman-teman kantor. Bahkan, bagi mereka yang selama ini merasa tidak
menyukai saya akan semakin bebas mencemooh bahkan makin leluasa menjatuhkan
saya. Dengan dalih, saya tidak bisa memegang amanah diberikan kantor membawa
nama Bontang Post di tengah-tengah media lain. Tapi, mau bagaimana lagi,
keberangkatan ini telah menjadi pilihan saya. Dan mau tidak mau harus saya
jalani. Betapapun pahitnya perjalanan selama itu, akan menjadi bekal bagi
perjalanan karir saya di dunia jurnalis. (in)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar