Jumat, 11 Oktober 2013

Catatan

"Telan Pil Pahit di Jakarta"

Tujuan pengiriman saya ke Jakarta, untuk menuntut ilmu. Harapan dibebankan kantor kepadaku pun amat berat. Pasalnya, pulang dari Jakarta, saya harus mampu menjadi leader  dan mengelola halaman utama bahkan sempat ada wacana disampaikan Faisal Rahman Wakil Redaktur Pelaksana (Waredpel) Bontang Post. Bahwa saya akan diangkat menjadi asisten redaktur. Kondisi itu jelas merupakan beban berat bagiku. Mengingat, kondisi yang kualami di Jakarta. Jelas jauh berbeda dengan apa yang kualami di Bontang. Di mana, saya mampu mencari berita 2 bahkan 3 berita tiap harinya. Sementara di Jakarta. Jangankan 3 berita, mendapatkan satu berita saja sangat sulit. Lantaran narasumber berita amat sukar ditemui.
Melihat kondisi tersebut, saya khawatir apa yang menjadi harapan dari para redaktur saya yang telah mengusung saya agar berangkat menempuh pendidikan ini, tidak tercapai. Karena, bukannya makin pintar, saya bahkan khawatir lupa bagaimana menulis dengan baik dan benar. Meski demikian, saya merasa berat jika harus menyerah di tengah perjalanan. Apalagi, dalam berita yang saya tulis beberapa hari setelah tiba di Jakarta. Menyatakan jika saya akan bertugas dan menempuh proses belajar selama 3 bulan. Praktis, ketika saya tiba di Bontang sebelum waktu yang saya wacanakan, akan muncul berbagai pertanyaan dari mereka.
Namun, beban terberat yang akan kutanggung jika saya menyerah di tengah jalan. Adalah sambutan teman-teman kantor. Bahkan, bagi mereka yang selama ini merasa tidak menyukai saya akan semakin bebas mencemooh bahkan makin leluasa menjatuhkan saya. Dengan dalih, saya tidak bisa memegang amanah diberikan kantor membawa nama Bontang Post di tengah-tengah media lain. Tapi, mau bagaimana lagi, keberangkatan ini telah menjadi pilihan saya. Dan mau tidak mau harus saya jalani. Betapapun pahitnya perjalanan selama itu, akan menjadi bekal bagi perjalanan karir saya di dunia jurnalis. (in)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar