Jelang Pembagian Pos, Peserta Bebenah--
Menginjak hari ke-9 di Jakarta. Peserta magang belum juga
menerima instruksi dari Indopos mengenai pembagian pos liputan masing-masing.
Kabar terakhir yang diterima dari redaktur Indopos Arianto, pembagian desk akan
dilakukan dalam minggu ini. Menanggapi informasi itu, para peserta pun memilih
mempersiapkan fisik serta peralatan liputan sebelum tiba tahap eksekusi.
IMRAN IBNU, Jakarta
Sabtu (5/10) kemarin, suasana rumah kontrakan ditempati peserta
magang dari 6 media berbeda namun masuk dalam jajaran Kaltim Post group
terlihat lebih ramai dari beberapa hari sebelumnya. Rumah berbalut cat orange berisi sekira 10 kamar berukuran
rata-rata sekira 3x4 meter dan dihuni berbagai kalangan dan usia itu sedikit
lebih ramai. Maklum, hari Sabtu adalah hari libur bagi sejumlah perusahaan.
Tempat sekira 3 penghuni kamar kontrakan yang terletak di wilayah Kebon Jeruk,
Jakarta Barat itu bekerja menggantungkan nasib mencari pundi-pundi rupiah.
Begitupula dengan para peserta magang yang tinggal di
rumah kontrakan selama 3 bulan ke depan itu. Hari itu, mereka tidak memiliki
agenda khusus terkait pengenalan medan liputan seperti dilakukan beberapa hari
terakhir. Hal itu dilakukan, mengingat tidak lama lagi proses liputan yang
sesungguhnya dilakukan. Praktis, dibutuhkan kondisi fit baik otak ataupun fisik peserta. Agar tidak mengalami droup saat bekerja mencari berita untuk
diterbitkan di Koran Indopos.
Dari pantauan media ini, beragam aktivitas dilakukan
peserta di bawah rumah beratap seng berwarna merah tua itu. Tepatnya sejak
bangun tidur di pagi hari hingga menjelang petang. Ada yang asik dengan laptop masing-masing,
ada yang sibuk membersihkan sepeda motor mereka yang selama beberapa hari setia
menemani menelusuri sudut-sudut Kota Jakarta. Ada pula peserta yang sibuk
mencuci pakaian hingga sepatu mereka di kamar mandi. Maklum, hari itu tukang laundry langganan penghuni rumah itu
tengah berhalangan datang lantaran satu sebab. Sehingga mereka harus bersedia
mencuci pakaian masing-masing.
Meski demikian, di balik suasana santai berlangsung di
rumah itu. Sejatinya para peserta tengah dilanda kecemasan sekaligus
kegembiraan. Dilanda kegembiraan misalnya, lantaran tujuan mereka datang ke
kota metropolis tersebut untuk belajar dengan menjalani proses liputan akhirnya
tercapai. Otomatis, pengalaman dalam berhubungan dengan manusia pun bertambah. Terkait
kekhawatiran yang dimaksud. Lantaran, tidak lama lagi mereka akan menemukan
karakter manusia beragam.
Tidak menutup kemungkinan, akan menemukan beragam
pengalaman pahit ketika berada di lapangan. Begitupula ketika mereka berada di
ruang redaksi Indopos. Mereka akan dihadapkan dengan ritme kerja dan suasana
kerja baru. Baik dalam hal disiplin waktu (deadline) ataupun mengenai koreksi
atas kualitas berita dihimpun peserta. Karena, para peserta merasa yakin, jelas
ada perbedaan dari media masing-masing dengan sistem kerja diterapkan di Kantor
Indopos itu.
Sebagaimana diungkapkan Rhamdani peserta magang asal
Kaltim Post Samarinda. Dia menyebut, meskipun dia telah malang-melintang selama
beberapa tahun sebagai wartawan di beberapa media sampai akhirnya dia
ditugaskan di Kaltim Post Samarinda. Dia tidak menampik jika kekhawatiran akan
perbedaan ritme kerja itu tetap ada. Pasalnya, deadline yang masih bisa dipenuhi di media asalnya, belum tentu
bisa dia capai ketika bekerja di Indopos dengan tantangan macet Kota Jakarta.
“Kalau di Samarinda, tidak semacet di Jakarta. Kalau
liputannya sejak pagi, sekitar jam 5-an
biasanya sudah bisa selesai 2 sampai 3 berita. Tapi belum tahu kalau di sini
nanti. Apakah masih bisa seperti itu,” kata Dhani sapaan akrabnya.
Meski begitu, dia menilai, dari perbedaan itulah yang
akan membentuk kedisiplinan baru bagi para peserta. Nantinya, akan dia terapkan
di tempat dia bekerja selama ini.
Pernyataan Ramdhani, diayakini media ini telah mewakili
perasaan peserta lain. Pasalnya, dari obrolan ringan selama ini kerap
berlangsung. Di samping kegembiraan dirasakan peserta ketika telah memulai
liputan. Rasa khawatir juga menyelimuti. Namun, media ini merasa hal itu wajar
terjadi dalam setiap proses pembelajaran. Mengingat, medan yang dilalui adalah
medan baru dan narasumber berbeda dengan kapasitas berbeda pula. (***)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar