Sabtu, 05 Oktober 2013

Catatan

Jelang Pembagian Pos, Peserta Bebenah--

Menginjak hari ke-9 di Jakarta. Peserta magang belum juga menerima instruksi dari Indopos mengenai pembagian pos liputan masing-masing. Kabar terakhir yang diterima dari redaktur Indopos Arianto, pembagian desk akan dilakukan dalam minggu ini. Menanggapi informasi itu, para peserta pun memilih mempersiapkan fisik serta peralatan liputan sebelum tiba tahap eksekusi.

IMRAN IBNU, Jakarta

Sabtu (5/10) kemarin, suasana rumah kontrakan ditempati peserta magang dari 6 media berbeda namun masuk dalam jajaran Kaltim Post group terlihat lebih ramai dari beberapa hari sebelumnya. Rumah berbalut cat orange berisi sekira 10 kamar berukuran rata-rata sekira 3x4 meter dan dihuni berbagai kalangan dan usia itu sedikit lebih ramai. Maklum, hari Sabtu adalah hari libur bagi sejumlah perusahaan. Tempat sekira 3 penghuni kamar kontrakan yang terletak di wilayah Kebon Jeruk, Jakarta Barat itu bekerja menggantungkan nasib mencari pundi-pundi rupiah.
Begitupula dengan para peserta magang yang tinggal di rumah kontrakan selama 3 bulan ke depan itu. Hari itu, mereka tidak memiliki agenda khusus terkait pengenalan medan liputan seperti dilakukan beberapa hari terakhir. Hal itu dilakukan, mengingat tidak lama lagi proses liputan yang sesungguhnya dilakukan. Praktis, dibutuhkan kondisi fit baik otak ataupun fisik peserta. Agar tidak mengalami droup saat bekerja mencari berita untuk diterbitkan di Koran Indopos.
Dari pantauan media ini, beragam aktivitas dilakukan peserta di bawah rumah beratap seng berwarna merah tua itu. Tepatnya sejak bangun tidur di pagi hari hingga menjelang petang. Ada yang asik dengan laptop masing-masing, ada yang sibuk membersihkan sepeda motor mereka yang selama beberapa hari setia menemani menelusuri sudut-sudut Kota Jakarta. Ada pula peserta yang sibuk mencuci pakaian hingga sepatu mereka di kamar mandi. Maklum, hari itu tukang laundry langganan penghuni rumah itu tengah berhalangan datang lantaran satu sebab. Sehingga mereka harus bersedia mencuci pakaian masing-masing.
Meski demikian, di balik suasana santai berlangsung di rumah itu. Sejatinya para peserta tengah dilanda kecemasan sekaligus kegembiraan. Dilanda kegembiraan misalnya, lantaran tujuan mereka datang ke kota metropolis tersebut untuk belajar dengan menjalani proses liputan akhirnya tercapai. Otomatis, pengalaman dalam berhubungan dengan manusia pun bertambah. Terkait kekhawatiran yang dimaksud. Lantaran, tidak lama lagi mereka akan menemukan karakter manusia beragam.
Tidak menutup kemungkinan, akan menemukan beragam pengalaman pahit ketika berada di lapangan. Begitupula ketika mereka berada di ruang redaksi Indopos. Mereka akan dihadapkan dengan ritme kerja dan suasana kerja baru. Baik dalam hal disiplin waktu (deadline) ataupun mengenai koreksi atas kualitas berita dihimpun peserta. Karena, para peserta merasa yakin, jelas ada perbedaan dari media masing-masing dengan sistem kerja diterapkan di Kantor Indopos itu.
Sebagaimana diungkapkan Rhamdani peserta magang asal Kaltim Post Samarinda. Dia menyebut, meskipun dia telah malang-melintang selama beberapa tahun sebagai wartawan di beberapa media sampai akhirnya dia ditugaskan di Kaltim Post Samarinda. Dia tidak menampik jika kekhawatiran akan perbedaan ritme kerja itu tetap ada. Pasalnya, deadline yang masih bisa dipenuhi di media asalnya, belum tentu bisa dia capai ketika bekerja di Indopos dengan tantangan macet Kota Jakarta.
“Kalau di Samarinda, tidak semacet di Jakarta. Kalau liputannya sejak pagi, sekitar  jam 5-an biasanya sudah bisa selesai 2 sampai 3 berita. Tapi belum tahu kalau di sini nanti. Apakah masih bisa seperti itu,” kata Dhani sapaan akrabnya.
Meski begitu, dia menilai, dari perbedaan itulah yang akan membentuk kedisiplinan baru bagi para peserta. Nantinya, akan dia terapkan di tempat dia bekerja selama ini.
Pernyataan Ramdhani, diayakini media ini telah mewakili perasaan peserta lain. Pasalnya, dari obrolan ringan selama ini kerap berlangsung. Di samping kegembiraan dirasakan peserta ketika telah memulai liputan. Rasa khawatir juga menyelimuti. Namun, media ini merasa hal itu wajar terjadi dalam setiap proses pembelajaran. Mengingat, medan yang dilalui adalah medan baru dan narasumber berbeda dengan kapasitas berbeda pula. (***)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar