Kamis, 03 Oktober 2013

Catatan sang pemberontak




Pelajaran Pertama Peserta, Keliling Kota Jakarta

Mengenal medan liputan, adalah pelajaran pertama peserta magang dari 6 media koran berbeda group Kaltim Post. Hal itu dilakukan lantaran medan di Jakarta dengan daerah masing-masing berbeda. Bukan hanya mengenai lahan liputan. Tapi, koordinasi dan komunikasi antar peserta pun dilatih. Sembari menunggu instruksi selanjutnya dari redaksi Indopos terkait tugas liputan masing-masing. Tak ayal, beragam kisah menarik pun dialami peserta selama pengenalan medan.

IMRAN IBNU Jakarta

Genap seminggu tepatnya 7 hari terhitung sejak Jumat (27/9) lalu peserta magang terdiri atas 6 media koran berbeda juga masuk dalam group Kaltim Post tiba di Jakarta. Meski demikian, sampai saat ini belum ada agenda liputan dibebankan ke peserta nantinya di terbitkan di Koran Indopos. Informasi yang diperoleh dari Thomas Ketua Panitia Magang Kaltim Post. Hal itu sengaja dilakukan, memang merupakan bagian dari proses magang ini. Karena, medan liputan peserta dari media berbeda, jelas tidak sama dengan kondisi liputan di Jakarta.
“Biasanya, peserta magang diberikan waktu seminggu sejak tiba di Jakarta. Untuk mengenal medan liputan. Karena, lokasinya beda dengan tempat asal. Makanya, diharapkan peserta memanfaatkan waktu sebaik mungkin. Sampai pihak Indopos membentuk desk masing-masing,” kata Thomas belum lama ini.
Kebijakan itu disambut positif para peserta. Pasalnya, mereka (peserta) umumnya tidak mengenal medan liputan. Oleh sebab itu, kesempatan emas itu dimanfaatkan dengan maksimal. Beragam aktivitas pun dilakukan peserta. Mulai dari berkeliling menelusuri sudut-sudut kota Jakarta, demi mengetahui letak kantor pemerintahan, pusat perbelajaan baik modern ataupun tradisional, terminal bus hingga komunikasi antar peserta di dalam rumah yang telah disediakan Kaltim Post hingga 3 bulan ke depan.
Dalam proses pengenalan medan liputan itu. Suka dan duka jelas ditemui peserta. Hal itu dihimpun media ini ketika peserta berkumpul di ruang tamu ataupun di warung tegal (warteg) ketika makan malam yang sesekali dilakukan bersama. Dalam kesempatan itu, uneg-uneg peserta pun dilontarkan. Tidak hanya keluhan, tapi juga kegembiraan.
Kegembiraan yang dimaksud peserta. Ketika dalam perjalanan menelusuri sudut Kota Jakarta, menemukan hal-hal menarik dan tidak ditemui di kota asal. Contohnya saja, gedung-gedung pencakar langit hingga kantor kementrian berhasil mereka masuki. Yang jelas tidak ditemui di tempat asal.
Sementara, mengenai duka yang biasa dikeluhkan peserta. Yakni, ketika peserta “tertelan” oleh luasnya lokasi Jakarta dan disesatkan keberadaan puluhan hingga ratusan jalan penghubung yang asing di mata peserta. Tak ayal, butuh waktu berjam-jam untuk kembali di jalan utama. Tentunya setelah bertanya kepada sejumlah warga yang mengenal medan dan seluk beluk Kota Jakarta.
Salah satu peserta yang sempat mengalami kemalangan tersesat ketika menjelajah yakni Ramdani peserta magang asal Kaltim Post Samarinda. Dia mengisahkan, Minggu (29/9) lalu ketika dia menelusuri kota Jakarta. Tujuannya, untuk mengenal medan liputan yang nantinya dilalui mengaku sempat tersesat. Kejadiannya, sekira pukul 9.30 WIB. Pagi itu, dia mengaku hendak mengunjungi kantor kementrian. Meskipun dia belum tahu bentuk dan letaknya. Namun, beberapa menit menempuh perjalanan menggunakan sepeda motor jenis Honda Vario, dia lantas kehilangan arah. Tepatnya ketika dia memasuki lokasi jembatan layang. Di mana terdapat sejumlah persimpangan yang menghubungkan lokasi tertentu.
Namun, karena kondisi saat itu tidak memungkinan untuk bertanya. Dia lantas mengikuti sejumlah kendaraan menanjaki jembatan layang menghubungkan arah yang tidak diketahuinya. Meski demikian, dia tetap meneruskan perjalanan bahkan tidak terasa menghabiskan waktu beberapa menit. Saat itu pula dia menyadari jika jalur yang dilaluinya sudah terlampau jauh dan kemungkinan salah arah. Oleh sebab itu, dia lantas bertanya ke salah satu pemilik toko material bangunan jalan menuju ke arah Kebon Jeruk Jakarta Barat tempat kontrakan peserta berada. Maklum, hanya lokasi itulah yang menjadi pegangan dalam perjalanan itu.
Setelah mendapat arahan dari pemilik toko, dia pun diminta mengikuti arah angkot M-11 yang akan menuju wilayah dituju. Alhasil, selama menempuh perjalanan berkelok-kelok lantaran harus mengikuti angkot itu menaik-turunkan penumpang. Tibalah dia di wilayah tujuan.
“Jadi, selama perjalanan, saya ikut angkot M-11 saja. Karena, kata pedagang tempat saya bertanya. Angkot itu arahnya ke Kebon Jeruk. Dan Alhamdulillah saya bisa pulang,” kata Ramdhani sembari tersenyum.
Pengalaman diungkapkan Ramdhani adalah sebagian kecil pengalaman di tahap pengenalan medan itu. Karena, media ini meyakini, tiap kepala pasti memiliki kisah dan pengalaman menarik masing-masing. Meski demikian, satu hal yang pasti. Pengalaman tersebut dalah tahap awal pembentukan mental wartawan yang ikut program pemagangan garapan Kaltim Post. Sebelum memasuki tahap liputan yang sesungguhnya. (bersambung). 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar