Mengenal medan liputan, adalah pelajaran pertama peserta magang dari
6 media koran berbeda group Kaltim Post. Hal itu dilakukan lantaran medan di
Jakarta dengan daerah masing-masing berbeda. Bukan hanya mengenai lahan
liputan. Tapi, koordinasi dan komunikasi antar peserta pun dilatih. Sembari
menunggu instruksi selanjutnya dari redaksi Indopos terkait tugas liputan masing-masing.
Tak ayal, beragam kisah menarik pun dialami peserta selama pengenalan medan.
IMRAN IBNU Jakarta
Genap seminggu tepatnya 7 hari terhitung sejak Jumat (27/9) lalu
peserta magang terdiri atas 6 media koran berbeda juga masuk dalam group Kaltim
Post tiba di Jakarta. Meski demikian, sampai saat ini belum ada agenda liputan
dibebankan ke peserta nantinya di terbitkan di Koran Indopos. Informasi yang
diperoleh dari Thomas Ketua Panitia Magang Kaltim Post. Hal itu sengaja
dilakukan, memang merupakan bagian dari proses magang ini. Karena, medan
liputan peserta dari media berbeda, jelas tidak sama dengan kondisi liputan di
Jakarta.
“Biasanya, peserta magang diberikan waktu seminggu sejak tiba di
Jakarta. Untuk mengenal medan liputan. Karena, lokasinya beda dengan tempat
asal. Makanya, diharapkan peserta memanfaatkan waktu sebaik mungkin. Sampai
pihak Indopos membentuk desk masing-masing,”
kata Thomas belum lama ini.
Kebijakan itu disambut positif para peserta. Pasalnya, mereka
(peserta) umumnya tidak mengenal medan liputan. Oleh sebab itu, kesempatan emas
itu dimanfaatkan dengan maksimal. Beragam aktivitas pun dilakukan peserta.
Mulai dari berkeliling menelusuri sudut-sudut kota Jakarta, demi mengetahui
letak kantor pemerintahan, pusat perbelajaan baik modern ataupun tradisional,
terminal bus hingga komunikasi antar peserta di dalam rumah yang telah
disediakan Kaltim Post hingga 3 bulan ke depan.
Dalam proses pengenalan medan liputan itu. Suka dan duka jelas
ditemui peserta. Hal itu dihimpun media ini ketika peserta berkumpul di ruang
tamu ataupun di warung tegal (warteg) ketika makan malam yang sesekali
dilakukan bersama. Dalam kesempatan itu, uneg-uneg peserta pun dilontarkan.
Tidak hanya keluhan, tapi juga kegembiraan.
Kegembiraan yang dimaksud peserta. Ketika dalam perjalanan menelusuri
sudut Kota Jakarta, menemukan hal-hal menarik dan tidak ditemui di kota asal.
Contohnya saja, gedung-gedung pencakar langit hingga kantor kementrian berhasil
mereka masuki. Yang jelas tidak ditemui di tempat asal.
Sementara, mengenai duka yang biasa dikeluhkan peserta. Yakni, ketika
peserta “tertelan” oleh luasnya lokasi Jakarta dan disesatkan keberadaan
puluhan hingga ratusan jalan penghubung yang asing di mata peserta. Tak ayal,
butuh waktu berjam-jam untuk kembali di jalan utama. Tentunya setelah bertanya
kepada sejumlah warga yang mengenal medan dan seluk beluk Kota Jakarta.
Salah satu peserta yang sempat mengalami kemalangan tersesat ketika
menjelajah yakni Ramdani peserta magang asal Kaltim Post Samarinda. Dia mengisahkan,
Minggu (29/9) lalu ketika dia menelusuri kota Jakarta. Tujuannya, untuk
mengenal medan liputan yang nantinya dilalui mengaku sempat tersesat.
Kejadiannya, sekira pukul 9.30 WIB. Pagi itu, dia mengaku hendak mengunjungi
kantor kementrian. Meskipun dia belum tahu bentuk dan letaknya. Namun, beberapa
menit menempuh perjalanan menggunakan sepeda motor jenis Honda Vario, dia
lantas kehilangan arah. Tepatnya ketika dia memasuki lokasi jembatan layang. Di
mana terdapat sejumlah persimpangan yang menghubungkan lokasi tertentu.
Namun, karena kondisi saat itu tidak memungkinan untuk bertanya. Dia
lantas mengikuti sejumlah kendaraan menanjaki jembatan layang menghubungkan
arah yang tidak diketahuinya. Meski demikian, dia tetap meneruskan perjalanan bahkan
tidak terasa menghabiskan waktu beberapa menit. Saat itu pula dia menyadari
jika jalur yang dilaluinya sudah terlampau jauh dan kemungkinan salah arah.
Oleh sebab itu, dia lantas bertanya ke salah satu pemilik toko material
bangunan jalan menuju ke arah Kebon Jeruk Jakarta Barat tempat kontrakan
peserta berada. Maklum, hanya lokasi itulah yang menjadi pegangan dalam
perjalanan itu.
Setelah mendapat arahan dari pemilik toko, dia pun diminta mengikuti
arah angkot M-11 yang akan menuju wilayah dituju. Alhasil, selama menempuh
perjalanan berkelok-kelok lantaran harus mengikuti angkot itu menaik-turunkan
penumpang. Tibalah dia di wilayah tujuan.
“Jadi, selama perjalanan, saya ikut angkot M-11 saja. Karena, kata
pedagang tempat saya bertanya. Angkot itu arahnya ke Kebon Jeruk. Dan
Alhamdulillah saya bisa pulang,” kata Ramdhani sembari tersenyum.
Pengalaman diungkapkan Ramdhani adalah sebagian kecil pengalaman di
tahap pengenalan medan itu. Karena, media ini meyakini, tiap kepala pasti
memiliki kisah dan pengalaman menarik masing-masing. Meski demikian, satu hal
yang pasti. Pengalaman tersebut dalah tahap awal pembentukan mental wartawan
yang ikut program pemagangan garapan Kaltim Post. Sebelum memasuki tahap
liputan yang sesungguhnya. (bersambung).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar