Sepucuk Surat Dari Jakarta
Selamat Ultah, Lidya Fransiska
Rabu (9/10) tepat hari jadi Ridya Faransiska.
Sosok wanita periang, lincah, manja, baik hati dan sukses mencuri hatiku.
Beberapa waktu lalu, dia sangat menyesalkan waktu. Pasalnya, di hari ultah-nya.
Saya justru tidak bisa hadir untuk sekadar memberi ucapan selamat atas
bertambahnya umur sang pujaan hati. Namun, waktu tidak bisa ditawar. Begitupula
dengan tugas yang diembankan kantor tempatku bekerja. Menuntutku terbang ke
belahan dunia lain di Kota Jakarta. Sehingga, tidak bisa ikut bersama meniup
lilin yang bertengger di atas tumpukan kue tart
disajikan dalam moment itu.
Meski demikian, ketidakhadirannku dalam momen
bahagia itu. Bukan berarti tidak turut bahagia atas momen istimewa bagi
kekasihku. Bahkan, sejujurnya, rasa sedih juga menyelimuti batinku beberapa
hari terakhir sebelum dan setelah meninggalkan sang kekasih. Ketika saya tahu
jika dalam 3 bulan ke depan saya tinggal di Jakarta. Dia justru merayakan hari
jadinya.
Jujur, perasaan ini, baru pertama kali
kurasakan selama menjalin hubungan asmara dengan wanita. Pasalnya, beberapa
kali sebelumnya. Saya tidak pernah perduli dengan apa yang disebut ultah.
Meskipun dialami kekasihku. Karena, aku berpikir, tidak ada hal lebih berharga
dari bertambahnya umur manusia. Kecuali doa dan ikhtiar. Agar kehidupan di hari
esok lebih baik dan jauh lebih baik dari hari ini. Begitu pula dengan
kedewasaan. Dalam moment seperti itu, saya hanya berupaya memberikan semangat
serta dukungan. Agar lebih tegar menjalani hidup. Serta, mulai berpikir lebih
dewasa. Agar apa yang menjadi cita-cita di kemudian hari, tidak rusak lantaran
terhalangi sikap kekanak-kanakan yang masih dimiliki.
Nasehat itu jelas tetap aku berikan kepada
Lidya Fransiska --sang kekasih, tepatnya melalui jejaring sosial ini. Namun,
ada satu hal ingin kutambahkan. Dan tidak kusampaikan pada wanita sebelum
dirinya. Bahwa “Mohon maaf. Karena, saya tidak bisa berada di dekatmu saat ini.
Tidak bisa memberikan kado special berupa untaian cincin serta permata. Ditambah
untaian kata romantis, kemungkinan selalu kau dapat dari beberapa pria pernah
dekat denganmu. Tapi percayalah. Apa yang kuberikan saat ini bersumber dari ketulusan.
Letaknya di dasar hati ter-dalam. Di dalamnya, tumbuh sejuta cinta dan sayang. Yang
akan kuberikan kepada Lidya ter-sayang”.
Yah, memang hanya itu yang bisa kuberikan saat
ini. Lantaran tidak banyak dimiliki seorang jurnalis yang memilih jalur
idealis. Dia hanya bisa menulis bait per-bait kata. Namun isinya tentang
informasi yang menarik perhatian pembaca. Tak heran, sulit bagi saya merangkai
kata-kata indah yang bisa membuai seorang wanita, melayang hingga langit ke-7.
Seperti yang bisa dilakukan para pujangga. Atau para penulis feature dengan keterampilannya merangkai
kata. Tapi, sekali lagi, itu yang saya miliki. Bersumber dari hari terdalam.
Dengan harapan, bisa menjadi pelipurlara kekasih yang harus menjalani ultahnya
tanpa saya.
Happy brithday honey, panjang umur
dan makin ceria di setiap harimu. Pantang menyerah, jangan lupa, dari kejauhan ada yang
menyimpan segudang cinta dan sayang dengan ketulusan. Bermodal segudang
kekurangan. Dari pria dingin, tidak romantis plus cuek tapi mencintaimu. (***)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar