Selasa, 08 Oktober 2013

HAPPY BRITHDAY



Sepucuk Surat Dari Jakarta
Selamat Ultah, Lidya Fransiska

Rabu (9/10) tepat hari jadi Ridya Faransiska. Sosok wanita periang, lincah, manja, baik hati dan sukses mencuri hatiku. Beberapa waktu lalu, dia sangat menyesalkan waktu. Pasalnya, di hari ultah-nya. Saya justru tidak bisa hadir untuk sekadar memberi ucapan selamat atas bertambahnya umur sang pujaan hati. Namun, waktu tidak bisa ditawar. Begitupula dengan tugas yang diembankan kantor tempatku bekerja. Menuntutku terbang ke belahan dunia lain di Kota Jakarta. Sehingga, tidak bisa ikut bersama meniup lilin yang bertengger di atas tumpukan kue tart disajikan dalam moment itu.
Meski demikian, ketidakhadirannku dalam momen bahagia itu. Bukan berarti tidak turut bahagia atas momen istimewa bagi kekasihku. Bahkan, sejujurnya, rasa sedih juga menyelimuti batinku beberapa hari terakhir sebelum dan setelah meninggalkan sang kekasih. Ketika saya tahu jika dalam 3 bulan ke depan saya tinggal di Jakarta. Dia justru merayakan hari jadinya.
Jujur, perasaan ini, baru pertama kali kurasakan selama menjalin hubungan asmara dengan wanita. Pasalnya, beberapa kali sebelumnya. Saya tidak pernah perduli dengan apa yang disebut ultah. Meskipun dialami kekasihku. Karena, aku berpikir, tidak ada hal lebih berharga dari bertambahnya umur manusia. Kecuali doa dan ikhtiar. Agar kehidupan di hari esok lebih baik dan jauh lebih baik dari hari ini. Begitu pula dengan kedewasaan. Dalam moment seperti itu, saya hanya berupaya memberikan semangat serta dukungan. Agar lebih tegar menjalani hidup. Serta, mulai berpikir lebih dewasa. Agar apa yang menjadi cita-cita di kemudian hari, tidak rusak lantaran terhalangi sikap kekanak-kanakan yang masih dimiliki.
Nasehat itu jelas tetap aku berikan kepada Lidya Fransiska --sang kekasih, tepatnya melalui jejaring sosial ini. Namun, ada satu hal ingin kutambahkan. Dan tidak kusampaikan pada wanita sebelum dirinya. Bahwa “Mohon maaf. Karena, saya tidak bisa berada di dekatmu saat ini. Tidak bisa memberikan kado special berupa untaian cincin serta permata. Ditambah untaian kata romantis, kemungkinan selalu kau dapat dari beberapa pria pernah dekat denganmu. Tapi percayalah. Apa yang kuberikan saat ini bersumber dari ketulusan. Letaknya di dasar hati ter-dalam. Di dalamnya, tumbuh sejuta cinta dan sayang. Yang akan kuberikan kepada Lidya ter-sayang”.
Yah, memang hanya itu yang bisa kuberikan saat ini. Lantaran tidak banyak dimiliki seorang jurnalis yang memilih jalur idealis. Dia hanya bisa menulis bait per-bait kata. Namun isinya tentang informasi yang menarik perhatian pembaca. Tak heran, sulit bagi saya merangkai kata-kata indah yang bisa membuai seorang wanita, melayang hingga langit ke-7. Seperti yang bisa dilakukan para pujangga. Atau para penulis feature dengan keterampilannya merangkai kata. Tapi, sekali lagi, itu yang saya miliki. Bersumber dari hari terdalam. Dengan harapan, bisa menjadi pelipurlara kekasih yang harus menjalani ultahnya tanpa saya.
Happy brithday honey, panjang umur dan makin ceria di setiap harimu. Pantang  menyerah, jangan lupa, dari kejauhan ada yang menyimpan segudang cinta dan sayang dengan ketulusan. Bermodal segudang kekurangan. Dari pria dingin, tidak romantis plus cuek tapi mencintaimu. (***)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar