Jumat, 11 Oktober 2013

Catatan

"Warna-Warni Pejalanan Kami"

Dia adalah sosok unik dan istimewa yang telah sukses membuat aku jatuh cinta.  Kenapa unik?, dalam pandangan mata saya, dia memiliki kesamaan karakter khususnya terkait pandangan politik. Contohnya, saya dengan dia sama-sama anti pemerintahan. Bahkan cenderung ingin mengritik dan mengorek masalah yang telah dilakukan para pejabat di Bontang. Meskipun saat ini kami memiliki jalur dan bidang liputan berbeda. Saya pengelola halaman Bessai Berinta dan dia megelola halaman Ekspresi.
Kemampuannya bersosialisasinya juga patut diacungi dua jempol. Kondisi itu jelas jauh berbeda dengan yang saya miliki. Dia mampu menarik perhatian orang lain dan mengakrabkan diri sehingga membuat dirinya diterima sebagai bagian dalam sebuah lingkup kerja dalam hitungan hari. Sementara saya ?, butuh waktu berbulan-bulan untuk mengakrabkan diri saya di tengah lingkup dan ruang kerja baru. Bahkan tidak saya pungkiri sampai saat ini masih ada pihak-pihak tertentu pada tubuh Bontang Post yang belum siap menerima kehadiran saya. Akibatnya, prisip saya untuk tidak jatuh cinta terlalu jauh mulai goyah. Pasalnya,  saat ini saya merasa sangat menyanyangi anak ini. Meskipun saya sadar, tidak ada jaminan bisa sampai ke pelaminan. Sosok wanita ini selain unik dalam hal bersosialisasi, dia ternyata memilik kecerdasan dan keterampilan yang jelas tidak saya miliki. Hal paling menyolok adalah. Kemampuannya dalam menangkap pelajaran yang secara langsung ataupun tidak langsung diberikan para redaktur Bontang Post. Dia lantas mampu mengaplikasikan pelajaran itu dalam penulisan selanjutnya.
Kondisi itu jelas jauh berbeda dengan apa yang menimpa diri saya ketika seumuran dengan waktu kerja wanita tersebut di Bontang Post. Bahkan, jujur, masalah serupa masih kerap kualami sampai saat ini meskipun usia kerja saya sudah menginjak bulan ke-8. 
Pilihanku menjadi seorang wartawan memang terbilang beresiko. Karena, dengan profesi itu akan sulit menemukan pendamping hidup di kemudian hari. Hal itu kerap disampaikan beberapa senior bahkan narasumber yang menyempatkan diri mengobrolkan hal mengenai diri saya. Oleh karenanya, ketika ada "melati" yang merasa siap mencicipi hidup dengan saya. Maka akan kujaga sepenuh hati bermodalkan keterbatasan yang kumiliki. 
Wanita itu memang mulai mengusik ketenangan hati saya sejak  akhir September lalu. Dengan sikap ceria, langkah kaki ringan yang selalu menghiasi hari-harinya. Saat itu, dia baru saja bergabung sebagai bagian dari Bontang Post.  Namun, karakter dirinya sudah bisa dinikmati orang-orang sekitar. Bahkan, berhasil menarik perhatian saya yang dikenal cuek. Meski begitu, beberapa hari setelah dia masuk, belum ada hal isitimewa yang saya rasakan. Kecuali sekadar ingin mengenal lebih dekat tentang pribadi si energic. Seperti yang kerap saya lakukan terhadap teman-teman baru yang masuk di dapur redaksi Bontang Post.
Waktu terus bergulir saat detik berganti menit, menit berganti jam, dan jam berganti hari begitu seterusnya. Kedekatan saya dengan sang wanita pun semakin intim. Tepatnya, dia yang selalu berusaha ada di dekat penulis. Awalnya, tidak ada yang istimewa mengenai hal itu. Karena, dekat dengan wanita. Bukan hal tabu bagi seorang kuli tinta. Jangankan wanita, banci sekalipun menjadi teman dekat saya. Tapi, perlahan, saya merasakan ada hal lain yang coba ditawarkan sang wanita kepada saya.
Meski demikian, dalam hitungan hari, saya belum berani menanyakan apapun terkait kecurigaan itu. Tapi, seiring berjalannya waktu, kecurigaan itu makin beralasan. Lantaran sang wanita selalu mencoba berada di dekat saya. Kondisi itu pun perlahan melunakkan hati saya. Perlahan, saya semakin terbuka, dan mencoba memberikan ruang di hati beku saya. Lalu memberikan kesempatan mencoba menjalani hidup sebagai sepasang kekasih dengan wartawan idealis.
Tepatnya 29 September 2013 lalu. Saya akhirnya membuat keputusan menjadikan sang wanita energic sebagai kekasih yang belum diketahui sampai kapan. Tentunya, dia berharap yang terbaik bagi keduanya. Pasalnya, saya tidak berani menjanjikan apapun untuk masalah seperti ini. Apalagi, terbukti, selama ini hubungan terlama yang bisa dia rajut hanya 4 bulan saja. Penyebabnya sepeleh, lantaran ketidak sepahaman.
Memasuki babak percintaan selanjutnya. Saya  bertekat membuka dan memberikan hal terbaik yang bisa diberikan kepada sang kekasih. Dengan harapan, bisa bertahan lebih lama dari hubungan singkat yang pernah saya  rajut sebelumnya. Nah, beberapa hari bahkan minggu setelah resmi menjadi sepasang kekasih, mulailah perhatian demi perhatian saling dicurahkan. Begitupula upaya penjajakan untuk mengetahui lebih jauh tentang masa lalu dan kepribadian masing-masing. Tepatnya, kekasih saya. Dari tahap penjajakan itulah, mulai bermunculan masalah yang akhirnya mewarnai hubungan kami. 
Bahkan, beberapa kali peredebatan antara kami terjadi. Tapi, semua masih tetap terkendali. Saya sadar, jika hal itu lumrah terjadi. Sehingga, tidak ada masalah yang akan membesar karena perdebatan itu.  Hanya saja, saya juga merasa khawatir dengan kerap adanya perdebatan seperti ini. Sehingga menyebabkan hubungan tidak lagi kondusif. Karena, pada titik tersebut, kerap muncul anggapan untuk mengakhiri apa yang sudah dijalin. Karena pada hakekatnya, hubungan itu dijalin untuk menciptakan kebahagiaan dari dua hati pasangan itu. Tapi, karena tidak ingin jatuh terjerumus di lubang yang sama, saya akan berupaya menjaga agar apa yang kumiliki saat ini bisa bertahan lama. Karena, wanita yang satu ini memang sangat istimewa. Meskipun sampai saat ini belum ditemukan letak keistimewaan selain yang saya jabarkan di atas. Dan saya berharap, apa yang saya harapkan juga menjadi harapan dirinya. (in)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar