Selasa, 22 April 2014

INI CERITAKU

Foto ini diambil di wilayah Santan Ilir tempat kami dilahirkan puluhan tahun lalu. Tanah yang dulu menjadi tempat bermain dan menangis, kini sudah semakin berbeda lantaran perkembangan zaman. (yuli, k' one tampak berfoto dengan sapi)

Sabtu, 12 April 2014

Pedagang Teriak dan Menangis



CATATAN
Oleh: IMRAN IBNU
WARTAWAN BONTANG POST

Sudah Jatuh Tertimpa Tangga. Inilah potret nasib para pedagang di Rawa Indah, Bontang Selatan. Sudah rugi ratusan juta rupiah, mereka masih harus terbelit masalah yang disebabkan kebijakan pemerintah namun menyulitkan pedagang. Pendapat tersebut bukan asal jeplak, sebab berdasarkan hasil repotase terkait nasib pedagang Rawa Indah usai kebakaran tahun lalu, ditemukan sejumlah permasalahan. Mulai pembangunan pasar darurat , yang sempat berpolemik. Saat itu, pembangunan lapak oleh Dinas Pekerjaan Umum (PU) Bontang tidak dirasakan merata oleh korban kebakaran. Sebab sebagian pedagang berjualan pakaian, emas dan lainnya mendapat petak secara cuma-cuma, namun ratusan  pedagang sayur dan lainnya harus merogoh kocek guna membangun lapak. Permasalahan tersebut jelas mendapat tentangan pihak pedagang yang merasakan unsure diskriminatif  atas kebijakan tersebut. Walaupun seperti diketahui, setiap kebijakan tersebut ada penjelasan dan sebagian sudah disampaikan ke pedagang dan public pada umumnya.
Setelah permasalahan petak di pasar darurat mampu diredam dengan pemberian dana santunan dengan nilai nominal tertentu, tiba-tiba muncul lagi permasalahan baru yang tak kalah menyibukan kedua pihak. Baik pihak pedagang maupun pihak pemerintah yang bersentuhan langsung dengan pasar tradisional tersebut. Yakni pembangunan pasar sementara Rawa Indah. Di pasar tersebut, ada sejumlah permasalahan yang sampai saat ini masih jelas terbayang di ingatan pedagang korban kebakaran tersebut. Pertama, saat pembangunan pasar sementara Rawa Indah rampung, muncul aksi protes terkait struktur bangunan dinilai terlampau pendek. Dengan perkiraan ketinggian 2 meter. Berbeda dengan pasar sementara Rawa Indah, dan bangunan pasar sebelum kebakaran dengan ketinggian jauh di atas angka tersebut. Hingga ukuran lebar lapak dan kios yang sukses mencetak aksi protes pedagang.  Tak heran berbagai aksi penolakan pun disampaikan. Baik langsung ke Kantor Unit Pelaksana Teknis (UPTD) Pasar Bontang, Kantor Dinas Perindustrian, Pedagangan, Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil Menengah (Disperindagkop dan UMKM) Bontang, hingga kantor DPRD Bontang. 
Setelah melalui sejumlah proses, akhirnya para pedagang mampu ditenangkan pejabat teknis. Entah dengan cara apa, namun yang pasti kini tuntutan pedagang tidak lagi mempermasalahkan soal luas dan ketinggian tempat. Melainkan siapa yang memperoleh tempat dan tidak di pasar sementara. Permasalahan ini masih hangat di benak para pedagang dan pejabat teknis. Termasuk saya pribadi. Sebab statemen awal Disperindagkop dan UMKM Bontang yang akan memprioritaskan pedagang korban kebakaran dan berjualan saat kebakaran, ternyata tidak sejalan dan realisasi yang berlangsung saat ini. Sebab, nyatanya, banyak pedagang yang sebelumnya tidak berjualan melainkan sebatas menyewakan ke pedagang lain. Namun tiba-tiba menuntut hak jualan dengan menunjukan surat hak pakai dikeluarkan Disperindagkop Bontang. Lalu ke mana mereka selama ini ? Lalu bagaimana dengan Perwali Kota Bontang yang melarang keras adanya praktik jual-beli dan sewa-menyewa? Tapi perlahan, jawaban tersebut diperoleh. Melalui sebuah pernyataan tak terduga Kadisperindagkop Bontang.  Menyatakan bahwa, Dia sengaja menutup mata terkait praktik tersebut”.
Seiring berjalannya waktu, saya mulai melupakan perihal tersebut. Karena permasalahan lain terkait pedagang korban kebakaran itu kembali mencuat. Kali ini, terkait proses relokasi pedagang dari pasar darurat ke pasar sementara Rawa Indah. Pada titik tersebut, tampak jelas, ketidak kompakan antara pihak Disperindagkop dengan pihak PU Bontang sebagai penyedia infrastruktur.
Sebab belum lama ini, Disperindagkop telah membuat kebijakan agar lokasi pasar sementara Rawa Indah segera dikosongkan. Sementara pedagang pemilik lahan di pasar sementara, sudah harus pindah terhitung sejak 3 April 2014 dan mulai menempati paling lama 10 April 2014 kemarin. Namun di lain sisi,  PU Bontang belum mengalirkan listrik ke pasar tersebut. Padahal seperti diketahui, aktivitas jual beli pedagang hanya bisa berjalan jika ada listrik. Namun belakangan jawaban kembali ditemui. Menurut PU Bontang, pengadaan aliran listrik tidak termasuk dalam tanggungan PU. Melainkan tanggung jawab Disperindagkop. Sementara di hadapan media, pihak Disperindagkop melalui UPTD Pasar Bontang, listrik mutlak tanggungan PU. Pertanyaannya, bagaimana bisa kebijakan yang berada di bawah satu pucuk kepemimpinan Adi-Isro ini malah menerapkan kebijakan bertolak belakang dan saling lempar tanggung jawab ? Tapi, saya tidak mau tahu lebih banyak. Ini masalah internal mereka.
Tapi dari sudut pandang pedagang, selisih kebijakan tersebut berdampak begitu besar terhadap pedagang Rawa Indah. Sebab setelah petak di pasar darurat dibongkar demi mematuhi instruksi dinas, mereka (pedagang yang punya tempat di pasar sementara, Red.) malah harus menunggu lagi. Sementara tagihan dari lembaga keuangan yang meminjamkan modal usaha tidak kompromi. “Apapun masalahnya, yang penting utang adalah utang” Begitu kata sejumlah pedagang pada media ini.
Menilik permasalahan di atas, fakta nyata tentang penderitaan pedagang korban kebakaran tahun lalu tak bisa ditampik lagi. Namun di sisi pemerintah, saya yakin upaya demi upaya penyelesaian terus dilakukan. Meskipun terlanjur dikaburkan oleh kebijakan awal yang salah. Tapi pesan moral hendak penulis sampaikan dalam catatan ini, “ jangan mencoba meraup keuntungan di atas jeritan ratusan pedagang yang sudah menderita (***)     



Dana Rp 6,8 M Nelayan Nyasar ke Kukar?



foto: Ambo Sakka (atas)
        Amir Tosina (bawah)
 
 DPRD Minta Evaluasi Pengawasan, Dinas Janji Selidiki ==SUB

BONTANG -  Penggunaan dana sebesar Rp 6,8 miliar bersumber dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Bontang dan APBD Provinsi untuk membina sekira 300 nelayan Bontang diduga tak hanya dinikmati warga Bontang saja. Melainkan oleh warga Kutai Kartanegara (Kukar). Informasi tersebut diungkapkan Amir Tosina, Anggota Komisi I DPRD Bontang.
Dalam rapat Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPj) dengan Dinas, Perikanan, Kelautan, dan Peternakan (DPKP) Bontang kemarin, dia membeberkan adanya dugaan salah sasaran pemberian bantuan ke nelayan. Kata dia, informasi tersebut disampaikan kepadanya belum lama ini oleh beberapa warga berprofesi nelayan. Warga tersebut mengadukan bahwa alokasi anggaran berbentuk pembinaan terhadap nelayan tersebut berjalan di luar ketentuan. Hal ini karena dinikmati oleh warga di luar Bontang.
Meski tidak menunjukan bukti kuat, Amir Tosina mengaku bahwa ketika ada laporan berbentuk keluhan atas kinerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), tetap patut mendapat perhatian khusus. Caranya dengan evaluasi atas fungsi pengawasan di lapangan oleh instansi teknis terkait.
“Ada beberapa teman nelayan datang ke rumah beberapa waktu lalu. Mereka membeber, kalau penerima bantuan pembinaan bagi nelayan Bontang juga dinikmati nelayan luar daerah.  Makanya mereka bertanya, apakah itu dibenarkan? Toh masing-masing daerah sudah punya anggaran. Sementara masih banyak nelayan lain belum terakomodir. Makanya kami pertanyakan ini,” ungkapnya.
“Benar atau tidaknya laporan itu, setidaknya bisa menjadi masukan bagi dinas teknis. Apakah realisasi bantuan sudah tepat. Lalu, seberapa ketat bentuk pengawasan atas jalannya  kebijakan itu?,” tambahnya.
Menanggapi informasi tersebut, Kepala Bidang (Kabid) Perikanan Tangkap dan Budidaya DPKP Bontang, Ambo Saka mengaku belum bisa membantah atau membenarkan kabar itu. Karena sampai saat ini belum menerima laporan apapun terkait dugaan anggaran salah sasaran. Namun dia menegaskan, kebijakan sudah diterapkan DPKP Bontang, telah sesuai prosedur agar tak salah sasaran.
“Jumlah nelayan di Bontang ada sekira 300. Yang jadi binaan kami sekira 24 nelayan. Nah merekalah yang menerima bantuan kami. Bersumber dari dana sekira Rp 6,8 miliar  yang sumbernya dari APBD Bontang dan Kaltim. Dan kami jamin, sudah tepat sasaran. Karena penentunnya juga sudah melalui riset dan seleksi ketat berdasarkan ketentuan,” ujarnya.
Diungkapnya, bentuk bantuan bagi para kelompok nelayan binaan DPKP Bontang beragam. Mulai dari bantuan berupa tali, kapal, alat tangkap hingga bentuk lain. Sasarannya sejumlah wilayah pesisir dengan penduduk terbesar berprofesi nelayan. Seperti Pulau Gusung, Melahing, Tihi-tihi dan lainnya.
Terkait pengawasan teknis, katanya sudah diterapkan. Biasanya melibatkan tim teknis di bawah bidang yang dipimpinnya. Tugasnya mengawal progress penyaluran bantuan ke nelayan binaan. “Kami ada tim teknis mengawal setiap kegiatan atau bantuan disalurkan ke binaan kami. Jadi kami kira semua sudah dalam kontrol kami. Tapi kalau memang ada isu seperti ini, artinya ada yang perlu dievaluasi lagi. Kami janji turun ke lapangan mengecek kebenaran isu itu. Paling lambat, Senin nanti,” ungkapnya. (*/in) 


Selasa, 08 April 2014

Listrik Tak Bisa Cepat




PLN Tunggu STO Pasar, Relokasi Ditangguhkan ==SUB

BONTANG - Kebutuhan listrik di pasar sementara Rawa Indah nampaknya akan sulit terealisasi dalam waktu dekat. Alasan PLN belum bisa menyetrum ratusan lapak di Jalan KS Tubun itu, karena saat ini Dinas Pekerjaan Umum (PU) Bontang bidang Cipta Karya belum melakukan serah terima operasi (STO) ke pihak PLN Bontang Kota. Jika dipaksa akan menyalahi prosedur.
Dijelaskan Mujiono Manager Rayon PLN Area Bontang untuk STO terdapat beberapa unsur penting harus ada pada calon penerima setrum PLN. Satu di antaranya, instalasi listrik harus aman atau sesuai standar laik operasi. Caranya, dengan proses sertifikasi oleh lembaga independen yang membidangi hal itu.
“Instalasi listriknya juga harus aman. Jangan sampai meledak waktu listrik dialirkan. Makanya harus melalui proses sertifikasi lebih dulu,” ujarnya.
Tak hanya itu, ditambahkan dia, ketika dialirkan nanti, sistem pembayarannya pun harus jelas. Melalui sistem terpusat atau masing-masing orang. “Pada dasarnya kami siap mengalirkan listrik ke calon pelanggan. Asalkan setiap prosedur sudah dipenuhi,” lugasnya.
Terpisah, Kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Pasar Bontang, Rakhmat Budiman pun mengaku relokasi pedagang dari pasar darurat ke pasar sementara Rawa Indah tak bisa terlaksana sesuai dengan surat edaran yang mewajibkan pedagang pindah per 3 April lalu. Sebab, sejumlah infrastruktur pokok di pasar sementara belum terpenuhi pemerintah.  Di antaranya listrik dan Tempat Pembuangan Sampah (TPS) sementara.
“Melihat kondisi di lapangan, surat edaran yang kami keluarkan beberapa waktu lalu bersumber dari atas (Disperindagkop dan UMKM, Red.)  tidak bisa diterapkan. Ini juga sudah kami bicarakan dengan pihak terkait lain,” imbuh dia.
Apalagi lanjut Budiman, pemerintah hingga saat ini belum bisa menyediakan beberapa unsur penting harus ada dalam proses relokasi pedagang. Seperti ketersediaan infrastruktur. Baik aliran listrik, bangunan fisik layak sesuai kebutuhan, hingga perihal kebersihan dengan tersedianya TPS.
Dituturkan, belum lama ini pihaknya bertandang ke kantor Disperindagkop dan UMKM Bontang Bidang Perdagangan. Dari pembicaraan tersebut tercapai komitmen agar proses relokasi pedagang dari pasar darurat ke pasar sementara segera dilakukan. Bahkan pihaknya berharap sebelum 10 April atau setelah melaksanakan pemungutan suara, proses relokasi sudah dilakukan.
“Kami berharap sebelum 10 April nanti sudah bisa pindah. Dan dari obrolan kami dengan bidang Perdagangan, masalah listrik khususnya harus segera dipenuhi. Selain itu, besok juga ada pembahasan dengan dinas teknis lain. Nanti segala kekurangan yang jadi penghambat proses relokasi itu akan dibahas,” tandasnya. (*/in)  

Sabtu, 05 April 2014

Dahsyatnya Kedatangan Hari Kiamat



HANCUR LEBUR: Saat kiamat tiba, tak satupun luput dari kejaran maut.
 

SALAH satu peristiwa yang pasti akan terjadi di masa yang tidak akan lama lagi adalah datangnya waktu kehancuran dunia dan alam semesta seluruhnya. Peristiwa itu dikenal dengan nama hari kiamat. Pada hari itu, terjadi kehancuran dan kekacauan yang maha dahsyat. Tidak ada satu tempatpun yang bisa dijadikan sebagai tempat untuk menyelamatkan diri dan tidak ada satu orangpun yang menyelamatkan orang lain. Masing-masing orang hanya memikirkan keselamatan diri sendiri.

Pada kesempatan ini, kami mencoba mengumpulkan ayat-ayat dari Al Qur`an yang khusus menerangkan tentang peristiwa yang sangat menakutkan tersebut. Tujuannya adalah untuk mengingatkan kita agar lebih waspada dan menambah keimanan kita kepada kekuasaan Allah tabaraka wa ta’ala.

Di sini, kami hanya membahas tentang peristiwa kiamat hanya pada saat terjadinya kehancuran alam semesta, yaitu ketika tiupan pertama sangkakala. Adapun tentang peristiwa hari kiamat yang terjadi setelah tiupan sangkakala kedua di padang mahsyar, maka kami tidak membahasnya di sini.

KEADAAN ALAM SEMESTA PADA SAAT DATANGNYA KIAMAT

1. QS Al Haqqah ayat 13-16:

فَإِذَا نُفِخَ فِي الصُّورِ نَفْخَةٌ وَاحِدَةٌ (13) وَحُمِلَتِ الْأَرْضُ وَالْجِبَالُ فَدُكَّتَا دَكَّةً وَاحِدَةً (14) فَيَوْمَئِذٍ وَقَعَتِ الْوَاقِعَةُ (15) وَانْشَقَّتِ السَّمَاءُ فَهِيَ يَوْمَئِذٍ وَاهِيَةٌ

“Maka apabila sangkakala telah ditiup sekali, dan diangkatlah bumi dan gunung-gunung, lalu keduanya dibenturkan dengan sekali benturan, maka pada hari itu terjadilah hari kiamat dan terbelahlah langit, karena pada hari itu langit menjadi lemah.”

2. QS Al Qiyamah ayat 7-11:

يَسْأَلُ أَيَّانَ يَوْمُ الْقِيَامَةِ (6) فَإِذَا بَرِقَ الْبَصَرُ (7) وَخَسَفَ الْقَمَرُ (8) وَجُمِعَ الشَّمْسُ وَالْقَمَرُ (9) يَقُولُ الْإِنْسَانُ يَوْمَئِذٍ أَيْنَ الْمَفَرُّ (10) كَلَّا لَا وَزَرَ
“Manusia berkata: “Kapankah hari kiamat itu (terjadi)?” Maka apabila mata terbelalak (ketakutan), dan apabila bulan telah hilang cahayanya, dan matahari dan bulan dikumpulkan, pada hari itu manusia berkata: “Ke manakah tempat melarikan diri?” Sekali-kali tidak! Tidak ada tempat berlindung!”

3. QS At Takwir ayat 1-14:

إِذَا الشَّمْسُ كُوِّرَتْ (1) وَإِذَا النُّجُومُ انْكَدَرَتْ (2) وَإِذَا الْجِبَالُ سُيِّرَتْ (3) وَإِذَا الْعِشَارُ عُطِّلَتْ (4) وَإِذَا الْوُحُوشُ حُشِرَتْ (5) وَإِذَا الْبِحَارُ سُجِّرَتْ (6) وَإِذَا النُّفُوسُ زُوِّجَتْ (7) وَإِذَا الْمَوْءُودَةُ سُئِلَتْ (8) بِأَيِّ ذَنْبٍ قُتِلَتْ (9) وَإِذَا الصُّحُفُ نُشِرَتْ (10) وَإِذَا السَّمَاءُ كُشِطَتْ (11) وَإِذَا الْجَحِيمُ سُعِّرَتْ (12) وَإِذَا الْجَنَّةُ أُزْلِفَتْ (13) عَلِمَتْ نَفْسٌ مَا أَحْضَرَتْ
“Apabila matahari dihancurkan, apabila bintang-bintang berjatuhan, apabila gunung-gunung dihancurkan, apabila unta-unta yang bunting ditinggalkan (tidak diperdulikan), apabila binatang-binatang liar dikumpulkan, apabila lautan mendidih, apabila ruh-ruh dipertemukan, apabila bayi-bayi perempuan yang dikubur hidup-hidup ditanya karena dosa apakah dia dibunuh, apabila catatan-catatan (amal perbuatan manusia) dibuka, apabila langit dilenyapkan, apabila neraka Jahim dinyalakan, dan apabila surga didekatkan, maka tiap-tiap jiwa akan mengetahui apa yang telah dikerjakannya.”

4. QS Al Infithar ayat 1-5:

إِذَا السَّمَاءُ انْفَطَرَتْ (1) وَإِذَا الْكَوَاكِبُ انْتَثَرَتْ (2) وَإِذَا الْبِحَارُ فُجِّرَتْ (3) وَإِذَا الْقُبُورُ بُعْثِرَتْ (4) عَلِمَتْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ وَأَخَّرَتْ
“Apabila langit terbelah, apabila bintang-bintang jatuh berserakan, apabila lautan menjadikan meluap, dan apabila kuburan-kuburan dibongkar, maka tiap-tiap jiwa akan mengetahui apa yang telah dikerjakan dan yang dilalaikannya.”

5. QS Al Insyiqaq ayat 1-5:

إِذَا السَّمَاءُ انْشَقَّتْ (1) وَأَذِنَتْ لِرَبِّهَا وَحُقَّتْ (2) وَإِذَا الْأَرْضُ مُدَّتْ (3) وَأَلْقَتْ مَا فِيهَا وَتَخَلَّتْ (4) وَأَذِنَتْ لِرَبِّهَا وَحُقَّتْ
“Apabila langit terbelah, dan ia patuh kepada Rabbnya (untuk terbelah), dan sudah semestinya langit itu patuh; dan apabila bumi diratakan dan ia melemparkan apa yang ada di dalamnya dan menjadi kosong, dan ia patuh kepada Rabbnya (melemparkan apa yang ada di dalamnya), dan sudah semestinya bumi itu patuh.”

6. QS Al Zalzalah ayat 1-5:

إِذَا زُلْزِلَتِ الْأَرْضُ زِلْزَالَهَا (1) وَأَخْرَجَتِ الْأَرْضُ أَثْقَالَهَا (2) وَقَالَ الْإِنْسَانُ مَا لَهَا (3) يَوْمَئِذٍ تُحَدِّثُ أَخْبَارَهَا (4) بِأَنَّ رَبَّكَ أَوْحَى لَهَا

“Apabila bumi digoncangkan dengan goncangan (yang dahsyat) dan bumi telah mengeluarkan beban-beban berat (yang dikandung)nya, manusia bertanya: “Mengapa bumi (menjadi begini)?” Pada hari itu bumi menceritakan beritanya bahwasanya Rabbmu telah memerintahkan (yang demikian itu) kepadanya.”

Dalam sebuah hadits, Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:

من سره أن ينظر إلى يوم القيامة كأنه رأي عين فليقرأ {إذا الشمس كورت} و {إذا السماء انفطرت} و {إذا السماء انشقت}
“Barangsiapa yang ingin melihat kepada (kedahsyatan) hari kiamat seolah-olah dia melihat dengan mata kepala sendiri, hendaklah dia membaca surat “idzasy syamsu kuwwirat” (At Takwir), “idzas samaa`u infatharat” (Al Infithar), dan “idzas samaa`u insyaqqat” (Al Insyiqaq).” [HR At Tirmidzi (3333) dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu. Hadits shahih.]

KEADAAN MANUSIA PADA SAAT DATANGNYA KIAMAT

Ayat-ayat di atas menerangkan tentang keadaan alam pada saat datangnya kiamat. Lantas bagaimana halnya dengan manusia itu sendiri? Bagaimanakah keadaan mereka pada saat datangnya kiamat? Ayat-ayat berikut ini menggambarkannya.

7. QS Al Hajj ayat 1-2:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمْ إِنَّ زَلْزَلَةَ السَّاعَةِ شَيْءٌ عَظِيمٌ (1) يَوْمَ تَرَوْنَهَا تَذْهَلُ كُلُّ مُرْضِعَةٍ عَمَّا أَرْضَعَتْ وَتَضَعُ كُلُّ ذَاتِ حَمْلٍ حَمْلَهَا وَتَرَى النَّاسَ سُكَارَى وَمَا هُمْ بِسُكَارَى وَلَكِنَّ عَذَابَ اللَّهِ شَدِيدٌ
“Wahai manusia, bertakwalah kalian kepada Rabb kalian, sesungguhnya kegoncangan hari kiamat itu adalah suatu kejadian yang sangat besar (dahsyat). (Ingatlah) pada hari (ketika) kalian melihat kegoncangan itu, lalailah semua wanita yang menyusui dari anak yang disusuinya, gugurlah kandungan segala wanita yang hamil, dan kamu lihat manusia dalam keadaan mabuk, padahal sebenarnya mereka tidak mabuk, akan tetapi azab Allah itu sangatlah keras.”

8. QS ‘Abasa ayat 33-37:

فَإِذَا جَاءَتِ الصَّاخَّةُ (33) يَوْمَ يَفِرُّ الْمَرْءُ مِنْ أَخِيهِ (34) وَأُمِّهِ وَأَبِيهِ (35) وَصَاحِبَتِهِ وَبَنِيهِ (36) لِكُلِّ امْرِئٍ مِنْهُمْ يَوْمَئِذٍ شَأْنٌ يُغْنِيهِ
“Apabila datang suara yang memekakkan pada hari ketika manusia lari dari saudaranya, dari ibu dan bapaknya, dari istri dan anak-anaknya. Setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan yang menyibukkannya.”

9. QS Al Qari’ah ayat 1-5:

الْقَارِعَةُ (1) مَا الْقَارِعَةُ (2) وَمَا أَدْرَاكَ مَا الْقَارِعَةُ (3) يَوْمَ يَكُونُ النَّاسُ كَالْفَرَاشِ الْمَبْثُوثِ (4) وَتَكُونُ الْجِبَالُ كَالْعِهْنِ الْمَنْفُوشِ
“Hari kiamat. Apakah hari kiamat itu? Tahukah kamu apakah hari kiamat itu? Pada hari itu manusia adalah seperti anai-anai yang bertebaran dan gunung-gunung adalah seperti bulu yang dihambur-hamburkan.”

Demikianlah beberapa ayat yang menerangkan tentang keadaan alam semesta dan manusia ketika sangkakala pertama ditiupkan dan ketika itulah hari kiamat yang telah dijanjikan itu tiba. Kita memohon kepada Allah agar diberikan akhir kehidupan yang baik (husnul khatimah). Amin Ya Rabbal 'alamin.

PARADE FAMILI

TERTIPU:
"Ini teman sya di pasar Rawa Indah, beberapa waktu lalu menjadi korban penipuan uang palsu (upal) oleh oknum tak dikenal"
 SYUKURAN:
"Pedagang Rawa Indah ini tengah mengadakan syukuran kecil-kecilan sebelum menempati kiosnya di lokasi pasar sementar Rawa Indah Bontang Selatan"
 TUNGGU GILIRAN:
"Para pedagang ini adalah calon penerima kios di pasar sementara. Mereka tengah mengantri didata oleh perwakilan dari Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Pasar Bontang"
 NARSIS ABIS:
"Ketiag wanita cantik ini terbukti tak mampu menahan gejolak narsis ketika berhadapan dengan lensa kamera"
 DUA MACAN:
"Kedua wanita ini memang tak pernah habis akal untuk mengekplor bakat dalam seni ekspresi. Buktinya sekalipun sedang berbaring mereka tetap saja berpose layaknya model top masa lalu"
 TAK HABIS AKAL:
 "Sekalipun tak punya teman, wanita ini tetap keukeuh berpose dengan tampil secantik mungkin sekalpiun yang bersamanya saat itu hanya sebuah boneka tak berdosa"
 KESEPIAN:
"Inilah potret wanita masa kini, yang tengah merasakan kesepian teramat mendalam. Akibatnya boneka pun tak luput menjadi sasaran peluk"
TAMPIL BEDA:
"Terus berinovasi memang begitu identik dengan kedua wanita sejuloi ini. Tak kalah dengan para model profesional, saat berfoto berbagai gaya pun ditampilkan"
 MERATAP:
"Anak kecil (baju biru yang digendong) ini tampak tengah meratapi nasibnya. Sebab dia harus dihadapkan oleh dua sosok begitu dekat dengannya. Namun memiliki kebiasaan berpose. Akibatnya tak jarang perhatian tak diperolehnya"
COVER BOY:
"Tak kalah dengan para Anak Baru Gede (ABG) masa kini. Pria ini tetap eksis dari sisi mode dan style, juga tak kalah dari segi pengetahuan teknologi (smartphone)"
TUNGGU REZEKI:
"Nenek satu ini baru saja menempati kiosnya di pasar sementara Rawa Indah. Meski belum jelas peruntungannya, tapi dia tetap sabar menunggu datangnya rezeki"

Tanpa Bukti, UPTD Pasar Sanksi









foto:   Isro Umarghani (atas)
           Rakhmat Budiman (bawah)

UNIT Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Pasar Bontang membenarkan isu adanya oknum calo berkeliaran di tengah proses relokasi pedagang dari pasar darurat ke pasar sementara Rawa Indah. Namun belum berani mengamini kebenarannya, karena hingga saat ini pelapor tidak bisa menunjukan oknum pendata yang dimaksudkan kepada petugas.
“Kami sudah dengar soal isu itu. Tapi kami belum bisa pastikan kebenarannya. Karena tidak ada bukti apa-apa. Kecuali pernyataan dari pelapor saja,” ujarnya. 
Namun dia menegaskan kebijakan apapun yang berlangsung di pasar Bontang, pasti atas pengetahuan UPTD Pasar. Jika tidak, artinya pendataan tersebut dilakukan oknum dan diragukan keabsahannya.
“Kalau ada yang mendata tapi kami tidak tahu, artinya ilegal. Kami minta teman-teman pedagang selektif dan segera melapor jika ada kasus serupa di lapangan,” ungkapnya.
Dijelaskan Budiman, jumlah pedagang yang bisa diakomodir di pasar sementara Rawa Indah berjumlah sekira 800 orang. Sementara ratusan pedagang lain berstatus penyewa dan pengampar belum terkomodir. Namun saat ini, Pemkot masih melobi lahan di sekitar pasar sementara untuk disewa atau dibeli.
“Pemkot masih melobi lahan di sekitar pasar sementara. Di sana nanti akan digunakan menampung pedagang yang belum dapat tempat. Tapi kabar terakhir kami belum tahu. Kami masih menunggu,” ungkapnya.
Sementara itu, Wakil Walikota (Wawali) Bontang Isro Umarghani kemarin mengabarkan bahwa hasil lobi antara pemilik lahan dengan pemerintah sudah keluar. Katanya informasi yang dia terima, pemilik lahan bernama Pak Aseng sudah setuju jika lahannya disewa pemerintah. Nanti akan digunakan membangun pasar baru untuk mengakomodir sekira 157 pedagang berstatus penyewa dan pengampar sesuai data milik UPTD Pasar Bontang.
Karena diakuinya, pasar sementara tak bisa menampung keseluruhan pedagang korban saat kebakaran tahun lalu.
“Laporan terakhir saya terima, pemiliknya sudah deal dan mau menyewakan lahannya. Saya kurang pasti berapa nilai dan ukuran tanahnya. Tapi sudah ada kesepakatan,” ungkapnya.
Dia juga menambahkan, terkait Surat Keputusan (SK) Disperindagkop dan UMKM Bontang, menyebutkan larangan terjadi praktik sewa-menyewa di pasar sementara agar diterapkan.
Dengan begitu, jika di lapangan terbukti ada praktik sewa-menyewa yang marak diisukan beberapa waktu lalu, hendaknya ditindak lanjuti. Dengan menarik hak pakai tersebut dan dialihkan ke pedagang yang berhak.
“Soal praktik sewa-menyewa harus ditegaskan lagi. Kalau di lapangan terbukti ada praktik terkait itu, harap sanksinya ditegakkan juga,” tegasnya. (*/in)