Listrik Masih Padam, Barang
Elektronik Rusak—sub
BONTANG – Berakhirnya pemadaman
berglir aliran listrik dari PLN area Bontang Kota, tampaknya hanya isapan
jempol. Sebab sejak beberapa hari berturut-turut, sejumlah daerah di Kota Taman
masih bergelap-gelapan selama beberapa jam. Bahkan, karena pemadaman tanpa
konfirmasi terlebih dahulu itu, sejumlah peralatan listrik warga rusak dan
menyebabkan pemiliknya rugi materi.
Hal tersebut diakui Agustina
warga Kelurahan Berebas Tengah. Dia mengaku sempat membaca pernyataan Manager
PLN Rayon Bontang Kota, Saifudin beberapa waktu lalu yang ditulis Bontang Post.
Dalam statemen-nya, dia menjamin
pemadaman bergilir telah berakhir. Sebab dua pembangkit berdaya besar milik PLN
Area Bontang berangsur normal usai diperbaiki. Yaitu pembangkit PLTMG Unit 1
dan PLTMG unit 2, masing-masing berdaya sekira 6 Megawatt (MW).
Tapi kenyataannya, Maret ini saja
sudah beberapa kali terjadi pemadaman. Misalnya saja yang terjadi Kamis (6/3)
lalu dan Sabtu (8/3) kemarin.
“Jadi apa lagi sekarang alasan
PLN? Mesin kan sudah beres. Tapi kok masih mati? Parahnya lagi, hari ini
(kemarin, Red.) saja, di rumah saya sampai dua kali mati. Masing-masing
sekira 2 jam. Mulai sekira pukul 6.30 Wita sampai 7.30 Wita. Nah dilanjut lagi, siangnya. Sekira
pukul 12.30 tiba-tiba kembali mati. Ini namanya pembohongan publik,” jelasnya
Sabtu (8/3) kemarin.
Dia mengaku bertanya-tanya atas
kebijakan dan kinerja PLN Bontang. Kenapa bisa PLN belum bisa memberi pelayanan
maksimal. Padahal kan itu milik
negara di bawah naungan Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Harusnya tidak jauh
beda dengan badan publik lain harus memberikan pelayanan maksimal. Toh itu sudah kewajiban dan risiko
profesi. Ketika dia siap memimpin sebuah perusahaan BUMN, artinya siap memberi
pelayanan terbaik. Kalau tidak? dia menyarankan lebih baik turun tahta.
“Apalagi coba? kalau tidak sanggup harusnya turun. Karena kelihatannya cuma
tebar janji. Tapi tidak direalisasi,” akunya.
Diakui Agustina, dalam bulan ini saja,
dua barang elektronik miliknya rusak parah. Masing-masing televisi dan blender. Khusus
televisi jenis Sharp Aquos LED LC22DC30M 22 Inci miliknya. Harga televisi tersebut sekira Rp 1,5 juta.
Namun kini mangkrak tidak bisa digunakan. Nasib serupa dialami blender merek Panasonic miliknya yang dia beli seharga
Rp 300 ribu itu pun ikut rusak.
“Kalau sudah begitu siapa coba
yang mau tanggung jawab ? saya yakin tidak ada,” akunya.
Hal senada diungkapkan Muhani warga Tanjung Laut. Dia juga mengaku
mendengar pernyataan petinggi PLN Bontang. Bahwa pemadaman bergilir memang
sudah berakhir dari tetangganya. Kabar tersebut jelas saja merupakan kabar
gembira baginya dan dia yakin bagi seluruh warga Bontang yang menggunakan jasa
PLN. Tapi dengan fakta saat ini, yang dia ketahui masih terjadi pemadaman,
jelas itu bisa dikatakan bualan. Yang tak semestinya diucapkan di publik.
“Hari ini saja sudah mati dua kali. Belum lagi beberapa hari sebelumnya
juga sama. Itu kah yang namanya pemadaman
bergilir sudah berakhir? Atau mungkin maksudnya, sekarang pemadaman secara
bebas seenak perut. Karena ini kan
tidak jelas, tidak ada lagi lokasi pemadaman yang diumumkan. Tapi langsung mati
begitu saja,” kesalnya.
Dengan fakta tersebut, dia mengaku sangat kecewa. Sebab dia menilai PLN Bontang
ketika pemadaman terjadi, pasti selalu punya alasan. Entah mesin dalam
perawatan, pohon tumbang, hewan atau banyak lagi alasan lainnya. Tapi
sebaliknya, kalau pelanggan yang menunggak bayar, tidak ada alasan bagi
pelanggan. Kalau telat bayar, langsung putus.
“Mungkin karena kita begitu tergantung pada listrik, makanya
diperlakukan seperti ini,” akunya.
Keluhan di atas merupakan muara dari pernyataan Manajer PLN Rayon
Bontang Kota Saifudin. Yang menjamin pemadaman bergilir seperti yang terjadi
selama dua bulan lalu tidak terjadi lagi.
Setelah dua pembangkit berdaya besar milik PLN area Bontang berangsur
normal usai diperbaiki. Yaitu pembangkit PLTMG Unit 1 dan PLTMG unit 2,
masing-masing berdaya sekira 6 Megawatt (MW). Karenanya, PLN menyebut masa pemadaman
bergilir telah berakhir.
Meski tidak lagi menerapkan pemadaman bergilir sebagaimana yang
dilakukan di Januari dan Februari, namun Saifudin menyebut potensi pemadaman
akan tetap ada. Yaitu apabila terjadi gangguan alam seperti pohon tumbang dan
halilintar. Meski begitu, pemadaman akibat gangguan alam ini biasanya dapat
diatasi dengan cepat oleh PLN, setelah jaringan listrik yang rusak mengalami
perbaikan.
Dia menuturkan, bentuk stabilnya kondisi listrik ini tampak pada sudah
dinyalakannya lampu-lampu penerangan jalan umum (PJU) di Bontang. Kalaupun ada
PJU yang belum menyala, sambung Saifudin, kemungkinan karena lampu tersebut
mengalami kerusakan.
Dijelaskannya, pemadaman bergilir yang sempat dilakukan akibat kerusakan
pembangkit merupakan langkah terakhir yang dilakukan untuk menjaga kestabilan
kondisi listrik saat beban puncak melebihi daya mampu. Pemadaman dilakukan
sesuai jadwal, dengan rentang waktu antara pukul 17.00 Wita hingga 23.00 Wita,
sehingga durasi padam mencapai 6 jam.
Sementara itu Manajer PLN Area Bontang Mujiono mengatakan, setelah dua
pembangkit besar PLN normal, daya mampu listrik di Bontang kembali pada daya 26
MW. Tetapi, adanya pemeliharaan pembangkit-pembangkit berdaya kecil membuat
daya mampu sementara ini 24 MW. Meski begitu kondisi tersebut masih dapat
mengatasi beban puncak yang kini mencapai 22 MW. (*/in)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar