Rabu, 26 Maret 2014

Warga Tuding PLN Bohong

Listrik Masih Padam, Barang Elektronik Rusak—sub

BONTANG – Berakhirnya pemadaman berglir aliran listrik dari PLN area Bontang Kota, tampaknya hanya isapan jempol. Sebab sejak beberapa hari berturut-turut, sejumlah daerah di Kota Taman masih bergelap-gelapan selama beberapa jam. Bahkan, karena pemadaman tanpa konfirmasi terlebih dahulu itu, sejumlah peralatan listrik warga rusak dan menyebabkan pemiliknya rugi materi.
Hal tersebut diakui Agustina warga Kelurahan Berebas Tengah. Dia mengaku sempat membaca pernyataan Manager PLN Rayon Bontang Kota, Saifudin beberapa waktu lalu yang ditulis Bontang Post. Dalam statemen-nya, dia menjamin pemadaman bergilir telah berakhir. Sebab dua pembangkit berdaya besar milik PLN Area Bontang berangsur normal usai diperbaiki. Yaitu pembangkit PLTMG Unit 1 dan PLTMG unit 2, masing-masing berdaya sekira 6 Megawatt (MW).
Tapi kenyataannya, Maret ini saja sudah beberapa kali terjadi pemadaman. Misalnya saja yang terjadi Kamis (6/3) lalu dan Sabtu (8/3) kemarin.
“Jadi apa lagi sekarang alasan PLN? Mesin kan sudah beres. Tapi kok masih mati? Parahnya lagi, hari ini (kemarin, Red.) saja, di rumah saya sampai dua kali mati. Masing-masing sekira 2 jam. Mulai sekira pukul 6.30 Wita sampai 7.30 Wita. Nah dilanjut lagi, siangnya. Sekira pukul 12.30 tiba-tiba kembali mati. Ini namanya pembohongan publik,” jelasnya Sabtu (8/3) kemarin.
Dia mengaku bertanya-tanya atas kebijakan dan kinerja PLN Bontang. Kenapa bisa PLN belum bisa memberi pelayanan maksimal. Padahal kan itu milik negara di bawah naungan Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Harusnya tidak jauh beda dengan badan publik lain harus memberikan pelayanan maksimal. Toh itu sudah kewajiban dan risiko profesi. Ketika dia siap memimpin sebuah perusahaan BUMN, artinya siap memberi pelayanan terbaik. Kalau tidak? dia menyarankan lebih baik turun tahta. “Apalagi coba? kalau tidak sanggup harusnya turun. Karena kelihatannya cuma tebar janji. Tapi tidak direalisasi,” akunya.
Diakui Agustina, dalam bulan ini saja, dua barang elektronik miliknya rusak parah. Masing-masing televisi dan blender. Khusus televisi jenis Sharp Aquos LED LC22DC30M 22 Inci miliknya. Harga televisi tersebut sekira Rp 1,5 juta. Namun kini mangkrak tidak bisa digunakan. Nasib serupa dialami blender merek Panasonic miliknya yang dia beli seharga Rp 300 ribu itu pun ikut rusak.
“Kalau sudah begitu siapa coba yang mau tanggung jawab ? saya yakin tidak ada,” akunya.
Hal senada diungkapkan Muhani warga Tanjung Laut. Dia juga mengaku mendengar pernyataan petinggi PLN Bontang. Bahwa pemadaman bergilir memang sudah berakhir dari tetangganya. Kabar tersebut jelas saja merupakan kabar gembira baginya dan dia yakin bagi seluruh warga Bontang yang menggunakan jasa PLN. Tapi dengan fakta saat ini, yang dia ketahui masih terjadi pemadaman, jelas itu bisa dikatakan bualan. Yang tak semestinya diucapkan di publik.
“Hari ini saja sudah mati dua kali. Belum lagi beberapa hari sebelumnya juga sama. Itu kah yang namanya pemadaman bergilir sudah berakhir? Atau mungkin maksudnya, sekarang pemadaman secara bebas seenak perut. Karena ini kan tidak jelas, tidak ada lagi lokasi pemadaman yang diumumkan. Tapi langsung mati begitu saja,” kesalnya.
Dengan fakta tersebut, dia mengaku sangat kecewa. Sebab dia menilai PLN Bontang ketika pemadaman terjadi, pasti selalu punya alasan. Entah mesin dalam perawatan, pohon tumbang, hewan atau banyak lagi alasan lainnya. Tapi sebaliknya, kalau pelanggan yang menunggak bayar, tidak ada alasan bagi pelanggan. Kalau telat bayar, langsung putus.
“Mungkin karena kita begitu tergantung pada listrik, makanya diperlakukan seperti ini,” akunya.
Keluhan di atas merupakan muara dari pernyataan Manajer PLN Rayon Bontang Kota Saifudin. Yang menjamin pemadaman bergilir seperti yang terjadi selama dua bulan lalu tidak terjadi lagi.  Setelah dua pembangkit berdaya besar milik PLN area Bontang berangsur normal usai diperbaiki. Yaitu pembangkit PLTMG Unit 1 dan PLTMG unit 2, masing-masing berdaya sekira 6 Megawatt (MW). Karenanya, PLN menyebut masa pemadaman bergilir telah berakhir.
Meski tidak lagi menerapkan pemadaman bergilir sebagaimana yang dilakukan di Januari dan Februari, namun Saifudin menyebut potensi pemadaman akan tetap ada. Yaitu apabila terjadi gangguan alam seperti pohon tumbang dan halilintar. Meski begitu, pemadaman akibat gangguan alam ini biasanya dapat diatasi dengan cepat oleh PLN, setelah jaringan listrik yang rusak mengalami perbaikan.
Dia menuturkan, bentuk stabilnya kondisi listrik ini tampak pada sudah dinyalakannya lampu-lampu penerangan jalan umum (PJU) di Bontang. Kalaupun ada PJU yang belum menyala, sambung Saifudin, kemungkinan karena lampu tersebut mengalami kerusakan.
Dijelaskannya, pemadaman bergilir yang sempat dilakukan akibat kerusakan pembangkit merupakan langkah terakhir yang dilakukan untuk menjaga kestabilan kondisi listrik saat beban puncak melebihi daya mampu. Pemadaman dilakukan sesuai jadwal, dengan rentang waktu antara pukul 17.00 Wita hingga 23.00 Wita, sehingga durasi padam mencapai 6 jam.
Sementara itu Manajer PLN Area Bontang Mujiono mengatakan, setelah dua pembangkit besar PLN normal, daya mampu listrik di Bontang kembali pada daya 26 MW. Tetapi, adanya pemeliharaan pembangkit-pembangkit berdaya kecil membuat daya mampu sementara ini 24 MW. Meski begitu kondisi tersebut masih dapat mengatasi beban puncak yang kini mencapai 22 MW. (*/in)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar