Kamis, 14 November 2013

Perjuangan Berhenti Merokok





Imran Ibnu, Jakarta
Menghentikan kebiasaan merokok memang menjadi masalah bagi sebagian pria. Bahkan tidak jarang, wanita pun mengalami masalah itu. Sementara, fakta menyatakan jika kebiasaan merokok tidak baik untuk kesehatan. Hal itu ditegaskan oleh hasil riset para pakar kesehatan. Bahkan, kata mereka (pakar), merokok menjadi salah satu pemicu kematian. Meski begitu, tetap tidak mengubah keinginan seseorang untuk lantas berhenti merokok. Karena, mereka (perokok) lebih percaya jika merokok telah menjadi kebutuhan pokok yang tidak bisa ditinggalkan karena alasan apapun.
Jujur, saya dulunya perokok berat. Jenis rokok yang saya konsumsi sejak kelas 2 SMP adalah Sampoerna Mild. Hal itu terus berlanjut hingga saya beranjak dari bangku sekolah. Nah, masuk ke dunia kerja. Saya mulai berani mencoba jenis rokok lain yang lebih keras, yakni Marlboro merah. Karena, saya perhatikan, teman-teman kerja saya, mengonsumsi rokok jenis itu. Awalnya, rasanya memang tidak enak. Karena rasa pahitnya terlampau menusuk. Tapi, perlahan saya mulai terbiasa, dan akhirnya jenis rokok yang selalu ada di saku saya hanya salah satu di antaranya. Yakni Sampoerna Mild dan Marlboro merah.
Selama mengkonsumsi benda aneh itu, saya memang dibuat bergantung. Karena, saya bahkan rela kelaparan asal rokok tetap ada. Untungnya saya tidak sampai dibuat mencuri oleh benda asing itu. Padahal, kalau saat itu saya berpikir logis seperti saat ini, apa yang menarik dan manfaat apa yang diberikan oleh benda itu?. Sementara kita tahu, batang rokok itu sekadar habis dibakar lalu masuk ke dalam paru-paru, dan akhirnya merusak isi di dalamnya. Jadi, kalau mau diperjelas lagi, kita bekerja untuk merusak organ tubuh yang telah dengan sempurna diciptakan Allah SWT.
Tapi saat itu saya belum berpikir seperti itu. Karena, saya tahu pasti, alasan itu tidak akan mampu merubah kebiasaan seseorang sebagai perokok. Tapi, kalau memang ada keinginan kuat untuk berhenti, saya yakin bisa. Karena saya pribadi, yang dulunya pesimis bisa berhenti merokok, terbukti bisa mengakhirinya. Bahkan, sekarang saya merasa sesak jika terkena asap rokok.
Pemicu yang menyebabkan saya berhenti merokok, tidak lain karena krisis keuangan. Saat itu, saya baru saja berhenti bekerja dari PT IKPT lantaran habis kontrak kerjanya. Sementara, dalam dunia proyek, tenaga kerja pemula seperti saya yang belum punya relasi atau kenalan yang bisa merekomendasikan masuk bekerja di salah satu perusahaan, tidak akan bekerja. Sementara, saya yang sejak kecil dididik menjadi pribadi mandiri, tidak akan mau membebani orang tua atau keluarga hanya untuk membeli sebungkus rokok. Karena, saya tahu pasti, orang tua saya, jelas melarang keras merokok.
Makanya, sejak saat itu, uang pesangon yang saya terima setelah bekerja, perlahan habis untuk sejumlah kebutuhan dan membeli rokok. Tapi hari demi hari, panggilan kerja belum juga datang. Sementara, persediaan uang saya makin menipis. Sampai akhirnya, uang itu benar-benar habis. Kondisi itu  jelas membuat saya kebakaran jenggot. Karena, saya yang biasanya selalu ditemani rokok, sekarang tidak ada lagi. Beberapa hari setelahnya, saya mulai memanfaatkan teman-teman saya untuk memperoleh sebatang demi sebatang rokok. Karena, saya tahu pasti, teman-teman saya umumnya perokok. Tapi, karena saya merasa tidak enak hati terus menerus meminta. Akhirnya saya berupaya menekan keinginan merokok itu. Meskipun saya akui cobaan berat terus menghantui. Karena, kakak saya juga ada yang perokok berat. Sialnya, jenis rokok yang dikonsumsi pun sama seperti yang selama ini saya hisap yakni Sampoerna Mild. Tapi, karena keinginan saya sudah keukeuh untuk tidak merokok, maka perlahan saya terus berupaya menekan keinginan itu.
Selama kurang lebih 2 bulan saya berusaha berhenti merokok, dan akhirnya saya bisa mengendalikan hawa nafsu saya, akhirnya saya berhasil mendapat pekerjaan sebagai seorang photografer di perusahaan bernama Bornis Studio. Di perusahaan itu, tidak ada larangan untuk tidak merokok. Asalkan tidak dilakukan di dalam ruangan. Karena ruangan itu dilengkapi Air Conditioner (AC). Meski begitu, sang bos yang juga bukan perokok, terus menerus menasehati saya dan seorang kawan yang lebih banyak mengoperasikan video agar tidak merokok. Dari lingkup kerja bersih itulah, saya bisa secara sempurna mengendalikan keinginan merokok saya. Lalu merubahnya menjadi kebencian terhadap asap rokok.
Jadi, kesimpulannya, untuk berhenti merokok, tidak bisa sekadar dicekoki nasehat berupa dampaknya terhadap kesehatan yang selama ini terjadi. Karena menurut saya, kalau masalah mati, itu sudah ditetapkan Allah SWT. Jadi rokok itu hanya menjadi alat kalaupun nantinya harus mati. Tapi, harus disertai keinginan kuat dan kondisi terpaksa. Kalau Cuma keinginan kuat aja, tapi tidak ada keterpaksaan, saya rasa akan sulit. Karena itu sudah saya rasakan sendiri. Tapi, tetap saja, setiap kepala punya perbedaan karakter. Jadi saya yakin semua punya cara dan jalan tersendiri untuk mengubah satu kebiasaan. Ini hanya sekadar sharing pengalaman untuk sekadar bacaan di kemudian hari. (*)   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar