Menghentikan
kebiasaan merokok memang menjadi masalah bagi sebagian pria. Bahkan tidak
jarang, wanita pun mengalami masalah itu. Sementara, fakta menyatakan jika
kebiasaan merokok tidak baik untuk kesehatan. Hal itu ditegaskan oleh hasil
riset para pakar kesehatan. Bahkan, kata mereka (pakar), merokok menjadi salah
satu pemicu kematian. Meski begitu, tetap tidak mengubah keinginan seseorang
untuk lantas berhenti merokok. Karena, mereka (perokok) lebih percaya jika
merokok telah menjadi kebutuhan pokok yang tidak bisa ditinggalkan karena
alasan apapun.
Jujur, saya
dulunya perokok berat. Jenis rokok yang saya konsumsi sejak kelas 2 SMP adalah Sampoerna
Mild. Hal itu terus berlanjut hingga saya beranjak dari bangku sekolah. Nah,
masuk ke dunia kerja. Saya mulai berani mencoba jenis rokok lain yang lebih
keras, yakni Marlboro merah. Karena, saya perhatikan, teman-teman kerja saya,
mengonsumsi rokok jenis itu. Awalnya, rasanya memang tidak enak. Karena rasa
pahitnya terlampau menusuk. Tapi, perlahan saya mulai terbiasa, dan akhirnya
jenis rokok yang selalu ada di saku saya hanya salah satu di antaranya. Yakni Sampoerna
Mild dan Marlboro merah.
Selama
mengkonsumsi benda aneh itu, saya memang dibuat bergantung. Karena, saya bahkan
rela kelaparan asal rokok tetap ada. Untungnya saya tidak sampai dibuat mencuri
oleh benda asing itu. Padahal, kalau saat itu saya berpikir logis seperti saat
ini, apa yang menarik dan manfaat apa yang diberikan oleh benda itu?. Sementara
kita tahu, batang rokok itu sekadar habis dibakar lalu masuk ke dalam
paru-paru, dan akhirnya merusak isi di dalamnya. Jadi, kalau mau diperjelas
lagi, kita bekerja untuk merusak organ tubuh yang telah dengan sempurna
diciptakan Allah SWT.
Tapi saat
itu saya belum berpikir seperti itu. Karena, saya tahu pasti, alasan itu tidak
akan mampu merubah kebiasaan seseorang sebagai perokok. Tapi, kalau memang ada
keinginan kuat untuk berhenti, saya yakin bisa. Karena saya pribadi, yang
dulunya pesimis bisa berhenti merokok, terbukti bisa mengakhirinya. Bahkan,
sekarang saya merasa sesak jika terkena asap rokok.
Pemicu yang
menyebabkan saya berhenti merokok, tidak lain karena krisis keuangan. Saat itu,
saya baru saja berhenti bekerja dari PT IKPT lantaran habis kontrak kerjanya.
Sementara, dalam dunia proyek, tenaga kerja pemula seperti saya yang belum
punya relasi atau kenalan yang bisa merekomendasikan masuk bekerja di salah
satu perusahaan, tidak akan bekerja. Sementara, saya yang sejak kecil dididik
menjadi pribadi mandiri, tidak akan mau membebani orang tua atau keluarga hanya
untuk membeli sebungkus rokok. Karena, saya tahu pasti, orang tua saya, jelas melarang
keras merokok.
Makanya,
sejak saat itu, uang pesangon yang saya terima setelah bekerja, perlahan habis
untuk sejumlah kebutuhan dan membeli rokok. Tapi hari demi hari, panggilan
kerja belum juga datang. Sementara, persediaan uang saya makin menipis. Sampai
akhirnya, uang itu benar-benar habis. Kondisi itu jelas membuat saya kebakaran jenggot. Karena,
saya yang biasanya selalu ditemani rokok, sekarang tidak ada lagi. Beberapa
hari setelahnya, saya mulai memanfaatkan teman-teman saya untuk memperoleh
sebatang demi sebatang rokok. Karena, saya tahu pasti, teman-teman saya umumnya
perokok. Tapi, karena saya merasa tidak enak hati terus menerus meminta. Akhirnya
saya berupaya menekan keinginan merokok itu. Meskipun saya akui cobaan berat
terus menghantui. Karena, kakak saya juga ada yang perokok berat. Sialnya, jenis
rokok yang dikonsumsi pun sama seperti yang selama ini saya hisap yakni
Sampoerna Mild. Tapi, karena keinginan saya sudah keukeuh untuk tidak merokok,
maka perlahan saya terus berupaya menekan keinginan itu.
Selama
kurang lebih 2 bulan saya berusaha berhenti merokok, dan akhirnya saya bisa
mengendalikan hawa nafsu saya, akhirnya saya berhasil mendapat pekerjaan
sebagai seorang photografer di perusahaan bernama Bornis Studio. Di perusahaan
itu, tidak ada larangan untuk tidak merokok. Asalkan tidak dilakukan di dalam
ruangan. Karena ruangan itu dilengkapi Air
Conditioner (AC). Meski begitu, sang bos yang juga bukan perokok, terus
menerus menasehati saya dan seorang kawan yang lebih banyak mengoperasikan
video agar tidak merokok. Dari lingkup kerja bersih itulah, saya bisa secara
sempurna mengendalikan keinginan merokok saya. Lalu merubahnya menjadi
kebencian terhadap asap rokok.
Jadi,
kesimpulannya, untuk berhenti merokok, tidak bisa sekadar dicekoki nasehat berupa
dampaknya terhadap kesehatan yang selama ini terjadi. Karena menurut saya,
kalau masalah mati, itu sudah ditetapkan Allah SWT. Jadi rokok itu hanya
menjadi alat kalaupun nantinya harus mati. Tapi, harus disertai keinginan kuat
dan kondisi terpaksa. Kalau Cuma keinginan kuat aja, tapi tidak ada
keterpaksaan, saya rasa akan sulit. Karena itu sudah saya rasakan sendiri.
Tapi, tetap saja, setiap kepala punya perbedaan karakter. Jadi saya yakin semua
punya cara dan jalan tersendiri untuk mengubah satu kebiasaan. Ini hanya sekadar
sharing pengalaman untuk sekadar
bacaan di kemudian hari. (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar