Selasa, 24 September 2013

Blank Hole

Cinta Dalam Pacaran = Bualan ?

Mencari kebahagiaan dari ikatan tali kasih yang akrab disebut pacaran, memang mudah. Tatkala pelaku hubungan itu bisa saling memberi dan memenuhi kebutuhan masing-masing. Meski demikian, ketika kata cinta diungkapkan dalam hubungan tersebut. Menurut saya, itu sekadar bualan. Karena, kata cinta itu hanya mampu diberikan kepada orang tua, saudara, dan istri/suami yang telah dipersatukan dalam pernikahan.

MBONE BONE, Bontang
Entah sejak kapan istilah pacaran hadir dalam kehidupan manusia. Bahkan, kata cinta yang sejatinya hanya mampu diberikan pasangan pasca menikah, orang tua hingga kerabat saja. Kini, malah menjadi senjata para petualang cinta dan pemburu nafsu. Tak heran, banyak manusia telah kehilangan kehormatan di usia muda.
Meski demikian, kata pacaran telah melekat di kehidupan modern masa kini. Bahkan, bukan lagi hal tabu dalam sebuah keluarga. Saya pernah mendengar ada pendapat seperti ini. “Bagaimana mau dapat suami (wanita) kalau tidak pacaran. Apa iya, harus menunggu pria datang ke rumah dan langsung melamar. Itu kalau ada, bagaimana kalau tidak ada yang datang. Mau jadi perawan tua?,” jelas Ibnu.
Ketika anggapan seperti itu telah tertanam dalam benak seseorang. Otomatis, yang muncul dalam benaknya, tidak dapat hidup tanpa pacar. Padahal, kalau mau difikir matang-matang. Potensi terbesar timbulnya kerusakan moral. Adalah saat telah dipersatukan dalam belenggu cinta di bawah ikatan tali kasih pacaran itu. Saat itu pula, seorang pria dengan gencar meluncurkan rayuan. Lalu perlahan menggerogoti sang wanita.
“Kalau si wanita sudah cinta mati, apapun yang diinginkan pasti diberikan. Bahkan, mahkota (keperawanan) sebagai bukti kehormatan pun dengan mudah dipersembahkan kepada sang kekasih, terangnya.
Lalu bagaimana dengan kata cinta dalam hubungan pacaran itu?. Menurut saja, kata cinta sekadar kedok mencapai keluasan akses. Khususnya pada diri sang kekasih. Pasalnya, jika tidak ada kata cinta dan belum terikat dalam hubungan kekasih, bisa dipastikan tidak memiliki akses menyentuh sang wanita meskipun sekadar belaian. Berbeda, ketika sudah dalam ikatan tali kasih tersebut. Tidak ada jarak lagi. Karena, emosi antara satu dengan lain sudah bersatu. Bahkan, kadang muncul anggapan, hubungan tanpa kebebasan mengakses satu sama lain, adalah prinsip orang tua di zaman purba. “Zaman dulu kan, tidak ada istilah pacaran apalagi mau pegang-pegangan. Yang ada dijodohkan, dipetemukan lalu dinikahkan,” ungkapnya.
Meski demikian, tak bisa dipungkiri dalam hubungan pacaran itu, bisa menghasilkan kebahagiaan pada kedua pelakunya. Karena, sebuah ruang kosong di antara ratusan bilik di dalam hati setiap manusia, khusus diciptakan untuk merasakan kebahagiaan dan kesedihan. Dan terbukti, itu bisa didapatkan ketika pelaku pacaran bisa saling memahami dan mampu saling membari hal dibutuhkan.
“Ketika pasangan kekasih bisa saling memenuhi kebutuhan masing-masing. Bisa dipastikan kebahagiaan tercipta. Begitupula sebaliknya. Ketika kebutuhan satu sama lain tidak terpenuhi. Maka, mulai timbul kesadaran. Bahwa apa yang tengah berjalan adalah kesia-siaan,” urainya.
Ketika rasa kesia-siaan itu telah muncul. Baru diperoleh kesadaran. Betapa banyaknya kebodohan telah dilakukan selama berpacaran itu. Karena, begitu banyak tindakan dan pengorbanan yang mestinya bisa dicurahkan untuk keluarga. Justru diberikan pada orang yang sejatinya bukan siapa-siapa. Saat itu pula, kerap muncul anggapan miring.
“Sebenarnya, apa yang aku cari dalam hubungan ini. Begitu banyak pengorbanan yang telah kuberikan untuk hal-hal yang tidak jelas. Bahkan, karenanya, proses pembelajaran yang mestinya kugencarkan demi menyongsong masa depan. Malah kusia-siakan untuk seseorang tak kukenal sebelumnya,” kata ibnu.
Kesimpulannya, tidak ada cinta dalam hubungan pacaran. Apalagi ditambah kata sejati. Itu sekadar bualan. Yang benar, adalah rasa sayang semata. Karena, rasa sayang adalah hal lumrah terjadi. Objeknya pun tidak mengenal jenis kelamin. Baik pria ataupun wanita. Baik manusia ataupun hewan. “Jadi kalau dalam hubungan pacaran ada yang mengatakan cinta. Itu bohong. Yang benar, sekadar rasa sayang. Tapi, kalau kata itu terlampau sering diucapkan, kemungkinan besar adalah modus mencapai tujuan tertentu,” tutup Ibnu. (***)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar