CATATAN SANG
PEMBERONTAK
SITUASI menarik,
kembali melanda kehidupanku. Setelah hidup sendiri beberapa lama. Akhirnya, ada
lagi wanita merasa tertantang mencoba hidup dengan manusia berkepribadian berbeda.
Bahkan tidak salah jika dikatakan aneh. Di sisi lain, wanita sebelumnya sempat
singgah dan mengisi bilik romantika di dalam hatiku. Justru muncul dan
memberikan perhatian lagi (belon jelas tujuannya apa).
Ya, hidup ini memang panggung sandiwara. Kita
harus sadar mengenai hal itu. Jika tidak, bisa jatuh terjerembab dan merasakan
sakit teramat perih. Tapi, bagi mereka yang sadar jika hidup adalah permainan. Akan
siap kehilangan apa yang dimiliki. Jika deimikian, tidak ada rasa sakit
berlebihan.
Dalam menjalani
hidup, saya memang terbilang keras dan berprinsip. Khususnya, mengenai harga
diri. Karena, bagi saya, harga diri adalah harga mati, yang harus tetap dijaga.
Ketika ada yang mencoba merengut hal itu dengan mempermainkan atau berkhianat
dalam hal apapun termasuk asmara. Tidak akan ada kesempatan ke dua.
Kenapa demikian,
bagi saya, kesalahan pertama, adalah cerminan kesalahan di masa mendatang.
Apalagi, mungkin semua sudah tahu. Jatuh cinta bukan hal sulit. Tapi menjaga
perasaan sayang itu tetap suburlah yang sulit. Sementara, ketika seseorang
telah menyimpan rasa sayang ke pujaan hati, bukan hanya energi yang terkuras.
Materi pun tak tanggung-tanggung diberikan. Padahal tidak ada yang tahu, niat
seperti apa yang terpendam menjalani hubungan itu.
Kembali ke topik
utama. Saat ini, seorang wanita memang kembali mengisi relung hati yang
beberapa bulan terakhir kosong. Meskipun saya tidak tahu, sampai kapan akan
berlanjut. Tapi, pada prinsipnya, saya adalah pria setia yang tidak neko-neko.
Tulus menyayangi, namun mudah melepaskan dan melupakan jika dibutuhkan.
Karena, bagi
saya, selama janur kuning belum melengkung, tidak ada kata cinta pantas
terucap. Melainkan sekadar rasa sayang. Jadi, jangan heran, banyak wanita tidak
sanggup menjalani hidup dengan saya. Kemungkinan mereka tidak mendapatkan hal yang
sebelumnya didapat dari kekasih sebelumnya.
Merajut hubungan
kekasih, memang penuh resiko. Apalagi berada dalam satu atap dan managemen. Tentu
harus siap dengan segala konsekwensinya. Tepatnya, pihak wanita. Karena, saya
sendiri tidak mau dipusingkan hal itu. Apalagi sampai mengganggu pekerjaan sebagai
jurnalis.
Saya pribadi,
tidak memiliki tipikal khusus wanita untuk mengenal lebih dekat bisa dekat diri
saya. Toh, tidak ada jaminan bisa berlanjut ke pelaminan. Berbeda, jika
pertanyaannya diganti jadi tipikal pendamping hidup (istri). Jelas memiliki
target pencapaian. Ukurannya, bukan fisik. Karena, fisik sifatnya sementara akan
tergerus usia. Yang pasti, harus setia dan sejalan (berbagai aspek khususnya
prinsip dan agama). Karena, rumah tangga sakinah
mawadah dan warohmah hanya bisa
terwujud dengan hal itu. (in)