Kisah Maryono, 10 Tahun Berkelana Mencari Anaknya yang
Hilang
Kisah pilu digurat Maryono. Pria 65 tahun ini menapaki
hari demi hari penuh ketidakpastian di tanah perantauan. Kedua anaknya, Bagus
Subiantoro dan Erna, hilang sejak 10 tahun lalu. Meski tak punya rujukan pasti,
pria kelahiran Desa
Ajowilangoh, Jawa Timur ini nekat
menjelajahi Kota Taman untuk menemukan kedua anak tercintanya.
MATA Maryono nampak kosong. Pria
sepuh ini tak banyak bicara, selain hanya keletihan usai berjalan kaki. Saat
ditemui di Kantor Kelurahan Api-Api kemarin (28/5), mantan buruh lepas ini
mengenakan baju biru muda kotak-kotak dengan peci dan celana kain hitam. Ia
didampingi Ketua
Satuan Petugas (Satgas) Forum Kemitraan Polisi Masyarakat
(FKPM) Kelurahan Api-Api, Gatot Rochman.
Kedatangan Maryono ke Bontang bukan tanpa sebab. Usut
punya usut, ia sedang mencari keberadaan kedua anaknya di Kota Taman. Tersiar
kabar dari tetangganya di Desa Ajowilangoh, Kecamatan
Kalipare, Malang, Jawa Timur, kedua anaknya merantau ke Kota
Taman sejak 2003 lalu.
Maryono sebenarnya sudah 4 bulan berada di Bontang.
Selama di tanah perantauan, ia tinggal
sementara waktu di Masjid Al-Wahab di Kelurahan Bontang Kuala usai diberi izin oleh takmir masjid setempat.
Pencarian Maryono di Bontang memang terbilang nekat.
Selain tak punya petunjuk pasti keberadaan sang anak, ia pun tak membawa foto
kedua anaknya sebagai informasi. Tidak heran, pencarian yang dilakukannya ini
ibarat mencari jarum ditumpukkan jerami.
Meski begitu, Maryono tak patah arang. Sejumlah
kawasan disambangani sejak siang hingga malam hari dengan berjalan kaki.
Pintu-pintu rumah warga pun diketuk untuk sekadar bertanya tentang keberadaan
kedua anaknya. Satang, tindakannya ini justru mengundang keluhan lantaran
sebagian warga merasa terganggu.
Ketua
Satgas FKPM Kelurahan Api-Api Gatot Rochman mengatakan,
saat Maryono melanjutkan pencarian ke wilayah
Kelurahan Api-Api. Beberapa warga yang merasa terganggu karena aktivtas yang
dilakukan Maryono di malam hari, lantas melaporkannya ke pihak kelurahan bagian Kesejahteraan
Sosial (Kesos) Kelurahan
Api-Api melalui pesan singkat yang dikirim warga melalui handphone.
Maka,
lanjut Gatot, sekira pukul 11.30 Wita, Maryono pun bertandang di Kelurahan Api-Api,
dengan maksud memenuhi panggilan kelurahan, sekaligus meminta pertolongan kelurahan.
Agar, pencarian panjang tersebut segera berakhir. Yang kemudian disambut Satgas
FKPM yang berada di bawah naungan bagian Ketentraman dan Ketertiban (Trantib)
Kelurahan Api-Api sebagai penanggung jawab ketertiban dan keamanan tersebut.
“Kami
dapat keluhan dari warga kami bahwa, ada orang tua yang tiap malam keliling
mencari anaknya dan menggedor-gedor pintu rumah warga. Makanya kami, meminta
orang tua ini ke Kelurahan dan meminta keterangan,” jelas Gatot Rochman pada Bontang Post, Senin (27/5) kemarin.
Di
tempat yang sama, Wahyono mengaku terakhir kali bertemu anaknya di kampung
halamannya di Malang, Kecamatan Kalipare, Desa Ajowilangoh, Jawa Timur sejak
2003 silam. Saat itu, ia memilih berangkat ke Kota Samarinda untuk mengadu
nasib untuk mencari kehidupan yang lebih baik. Sementara, kedua anaknya yakni
Bagus Subiantoro dan Erna, dimintanya untuk tinggal menjaga rumah, sembari
menuggunya kembali.
Setelah
merantau selama 1 tahun di Samarinda dan memperoleh uang yang cukup untuk
diberikan kepada anak-anaknya. Namun, saat ia tiba di kampung halaman, yang
ditemuinya justru rumah dalam keadaan kosong. Praktis, ia pun mulai
bertanya-tanya, kemana kedua anaknya pergi selama ia tidak ada. Hingga suatu
ketika, salah seorang tetangganya mengabarkan, sempat melihat sang anak di Kota
Bontang.
“Tapi,
saat itu tetangga saya tidak tahu kalau anak saya, pergi tanpa sepengetahuan
saya. Makanya, tidak menyapa anak saya,” katanya.
Sejak
saat itu, ia pun memutuskan mecari ke Bontang. Tapi, karena ia tak memiliki
sanak kerabat di Bontang, ia pun meminta izin ke takmir masjid tua Al-Wahab di
Kelurahan Bontang Kuala untuk tinggal sembari melanjutkan pencarian kedua
anaknya. Caranya, dengan menelusuri rumah warga, dari RT ke RT hingga melintasi
batas kelurahan. Lantas menanyakan, nama, umur dan ciri fisik anaknya.
“Tapi,
karena saya tidak punya foto anak saya. Makanya, tidak ada orang tidak tahu,
bahkan, ada yang sedikit kesal karena saya ketok pintu rumahnya saat tengah
malam sekira pukul 23.00 wita. Padahal, saya sudah mencari selama 4 bulan sejak
saya datang ke Bontang Februari lalu,” keluhnya.
Namun,
karena keterbatasan informasi tersebut, ia pun berharap bantuan kepada Bontang Post, untuk menampilkan wajahnya
di koran. Sehingga, ketika anaknya melihat atau salah seorang foto wajahnya,
agar bisa segera mencarinya di Kantor Kelurahan Api-Api. Atau menghubungi Ketua
FKPM Kelurahan Api-Api Gatot Rochman di nomor 082 143 783 334. (Imran Ibnu/Bontang Post)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar