Minggu, 01 Desember 2013

Tak Punya Petunjuk, Pintu Warga Jadi Tempat Bertanya

Kisah Maryono, 10 Tahun Berkelana Mencari Anaknya yang Hilang



Kisah pilu digurat Maryono. Pria 65 tahun ini menapaki hari demi hari penuh ketidakpastian di tanah perantauan. Kedua anaknya, Bagus Subiantoro dan Erna, hilang sejak 10 tahun lalu. Meski tak punya rujukan pasti, pria kelahiran Desa Ajowilangoh, Jawa Timur ini nekat menjelajahi Kota Taman untuk menemukan kedua anak tercintanya.

MATA Maryono nampak kosong. Pria sepuh ini tak banyak bicara, selain hanya keletihan usai berjalan kaki. Saat ditemui di Kantor Kelurahan Api-Api kemarin (28/5), mantan buruh lepas ini mengenakan baju biru muda kotak-kotak dengan peci dan celana kain hitam. Ia didampingi Ketua Satuan Petugas (Satgas) Forum Kemitraan Polisi Masyarakat (FKPM) Kelurahan Api-Api, Gatot Rochman.
Kedatangan Maryono ke Bontang bukan tanpa sebab. Usut punya usut, ia sedang mencari keberadaan kedua anaknya di Kota Taman. Tersiar kabar dari tetangganya di Desa Ajowilangoh, Kecamatan Kalipare, Malang, Jawa Timur, kedua anaknya merantau ke Kota Taman sejak 2003 lalu.
Maryono sebenarnya sudah 4 bulan berada di Bontang. Selama di tanah perantauan,  ia tinggal sementara waktu di Masjid Al-Wahab di Kelurahan Bontang Kuala usai diberi izin oleh takmir masjid setempat.
Pencarian Maryono di Bontang memang terbilang nekat. Selain tak punya petunjuk pasti keberadaan sang anak, ia pun tak membawa foto kedua anaknya sebagai informasi. Tidak heran, pencarian yang dilakukannya ini ibarat mencari jarum ditumpukkan jerami.
Meski begitu, Maryono tak patah arang. Sejumlah kawasan disambangani sejak siang hingga malam hari dengan berjalan kaki. Pintu-pintu rumah warga pun diketuk untuk sekadar bertanya tentang keberadaan kedua anaknya. Satang, tindakannya ini justru mengundang keluhan lantaran sebagian warga merasa terganggu.
Ketua Satgas FKPM Kelurahan Api-Api Gatot Rochman mengatakan, saat Maryono melanjutkan pencarian ke wilayah Kelurahan Api-Api. Beberapa warga yang merasa terganggu karena aktivtas yang dilakukan Maryono di malam hari, lantas melaporkannya ke pihak kelurahan bagian Kesejahteraan Sosial (Kesos) Kelurahan Api-Api melalui pesan singkat yang dikirim warga melalui handphone.
Maka, lanjut Gatot, sekira pukul 11.30 Wita, Maryono pun bertandang di Kelurahan Api-Api, dengan maksud memenuhi panggilan kelurahan, sekaligus meminta pertolongan kelurahan. Agar, pencarian panjang tersebut segera berakhir. Yang kemudian disambut Satgas FKPM yang berada di bawah naungan bagian Ketentraman dan Ketertiban (Trantib) Kelurahan Api-Api sebagai penanggung jawab ketertiban dan keamanan tersebut.
“Kami dapat keluhan dari warga kami bahwa, ada orang tua yang tiap malam keliling mencari anaknya dan menggedor-gedor pintu rumah warga. Makanya kami, meminta orang tua ini ke Kelurahan dan meminta keterangan,” jelas Gatot Rochman pada Bontang Post, Senin (27/5) kemarin.
Di tempat yang sama, Wahyono mengaku terakhir kali bertemu anaknya di kampung halamannya di Malang, Kecamatan Kalipare, Desa Ajowilangoh, Jawa Timur sejak 2003 silam. Saat itu, ia memilih berangkat ke Kota Samarinda untuk mengadu nasib untuk mencari kehidupan yang lebih baik. Sementara, kedua anaknya yakni Bagus Subiantoro dan Erna, dimintanya untuk tinggal menjaga rumah, sembari menuggunya kembali.
Setelah merantau selama 1 tahun di Samarinda dan memperoleh uang yang cukup untuk diberikan kepada anak-anaknya. Namun, saat ia tiba di kampung halaman, yang ditemuinya justru rumah dalam keadaan kosong. Praktis, ia pun mulai bertanya-tanya, kemana kedua anaknya pergi selama ia tidak ada. Hingga suatu ketika, salah seorang tetangganya mengabarkan, sempat melihat sang anak di Kota Bontang.
“Tapi, saat itu tetangga saya tidak tahu kalau anak saya, pergi tanpa sepengetahuan saya. Makanya, tidak menyapa anak saya,” katanya.
Sejak saat itu, ia pun memutuskan mecari ke Bontang. Tapi, karena ia tak memiliki sanak kerabat di Bontang, ia pun meminta izin ke takmir masjid tua Al-Wahab di Kelurahan Bontang Kuala untuk tinggal sembari melanjutkan pencarian kedua anaknya. Caranya, dengan menelusuri rumah warga, dari RT ke RT hingga melintasi batas kelurahan. Lantas menanyakan, nama, umur dan ciri fisik anaknya.
“Tapi, karena saya tidak punya foto anak saya. Makanya, tidak ada orang tidak tahu, bahkan, ada yang sedikit kesal karena saya ketok pintu rumahnya saat tengah malam sekira pukul 23.00 wita. Padahal, saya sudah mencari selama 4 bulan sejak saya datang ke Bontang Februari lalu,” keluhnya.
Namun, karena keterbatasan informasi tersebut, ia pun berharap bantuan kepada Bontang Post, untuk menampilkan wajahnya di koran. Sehingga, ketika anaknya melihat atau salah seorang foto wajahnya, agar bisa segera mencarinya di Kantor Kelurahan Api-Api. Atau menghubungi Ketua FKPM Kelurahan Api-Api Gatot Rochman di nomor 082 143 783 334. (Imran Ibnu/Bontang Post)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar