Siswa Belajar Siang
Hingga Sore, Rumah Dinas Jadi Tempat Kerja
BONTANG – Ruang belajar di sekolah ternyata masih banyak yang
kurang. Ini terjadi di 9 SD negeri di Bontang. Akibatnya, sebagian di antaranya
terpaksa harus belajar sejak siang hingga sore hari.
Di SDN 006
Bontang Selatan misalnya. Sebanyak 410 siswa dari kelas 1 hingga 6 harus
berbagi jadwal belajar. Tiga belas rombongan belajar dibagi menjadi 2 sesi,
yakni ada yang belajar sejak pukul 07.15 Wita hingga 12.25 Wita dan berlanjut hingga
pukul 16.30 Wita.
“Kami sengaja bagi
waktu belajarnya karena ruangannya tidak cukup. Dan itu sudah berlangsung sejak
2004 sampai detik ini,” kata W akil
Kepala SDN 006 Bontang Selatan, Sriani, Selasa (7/1) kemarin.
Menurutnya
penerapan jadwal ini bukan hal bijaksana. Pasalnya bisa mengurangi kualitas
proses belajar mengajar. Kata Sriani, ketika belajar siang siswa cenderung dilanda rasa kantuk.
Tidak heran, ada saja ditemukan siswa yang tertidur di kelas. Di antaranya saat
jam belajar berlangsung sekira pukul 11.00 Wita hingga
pukul 15. 00 Wita.
Kondisi ini, lanjut
Sriani, tentu berbeda dengan siswa yang masuk belajar pagi yang cenderung lebih
fresh saat mengikuti proses belajar
mengajar. “Kalau kami disuruh memilih, jelas tidak mau ada yang masuk siang.
Karena kami tahu itu kurang efektif,” jelasnya.
Jumlah ruang kelas
di sekolah pelat merah ini sebenarnya ada 8 ruang kelas. Tapi yang digunakan
untuk melaksanakan proses belajar mengajar hanya 6 ruang kelas. Sementara, 2
ruang lain diperuntukan untuk kantor guru serta ruang multimedia.
Memang, sebut
Sriani, hingga saat ini belum ada ruangan khusus yang representatif. Terutama
untuk para guru, kantor kepala sekolah, tata usaha (TU), perpustakaan, musala,
laboratorium, serta ruang unit kesehatan sekolah (UKS).
Untuk mensiasati
hal itu, beber Sriani, pihaknya lalu berinisiatif menggunakan rumah dinas
kepala sekolah menampung segala kekurangan itu.
“Ruang guru dengan
kepala sekolah jadi satu. Sementara ruang lab enggak ada Karena memang ruangnya
enggak cukup,” tambahnya.
Dia menilai,
kondisi itu jelas tidak sesuai dengan status yang disandang SD 006 Bontang
Selatan sebagai sekolah pemerintah. Apalagi, Sriani mengaku, sekira 11 tahun
sekolah itu berdiri, belum ada perhatian serius dari pemerintah untuk menambah dan
memperbaiki sejumlah fasilitas sekolah.
“Selain penambahan
ruang kelas, kami juga pernah meminta dibuatkan pagar yang layak. Karena pagar
sekolah saat ini saya kira belum pernah diganti sejak dibangun 2003 silam.
Sementara kondisinya sudah parah dan terkesan kumuh. Tidak pantas dengan
statusnya sebagai sekolah negeri,” terangnya.
Bukan tanpa usaha,
Sriani mengungkapkan jika pihak sekolah sudah beberapa kali mengusulkan
pembangunan ruang kelas serta perbaikan dan penambahan fasilitas lain untuk
sekolah.
Sejak 2010 hingga
saat ini, pihaknya sudah 4 kali mengajukan pemenuhan infrastruktur sekolah itu.
Namun tak kunjung mendapat respon dari Dinas Pendidikan (Disdik) Bontang.
Memang pada 2012 lalu, pihaknya sempat kembali mengusulkan pembangunan ruang guru. Tujuannya, agar ruangan lain
bisa digunakan sebagai tempat belajar siswa. Menurut Sruani, Disdik Bontang bahkan
telah menurunkan perwakilannya lengkap dengan kontraktor yang kabarnya akan
mengerjakan proyek pembangunan gedung baru itu.
Dari pertemuan itu,
Sriani mengaku dijanjikan jika pembangunan akan dikerjakan
pada April 2013. Namun,
hingga menginjak awal 2014, realisasi pembangunan itu tidak kunjung terwujud. “Waktu
2012 lalu, mereka sudah datang ke sekolah. Bahkan sudah ngukur-ngukur lokasi dan janjinya bakal dikerjakan 2013,” paparnya.
Meski demikian,
keterbatasan itu tidak lantas menyebabkan sekolah ini minim prestasi. Bahkan, di tengah kekurangan, para siswa SDN 006 Bontang Selatan mampu mengukir prestasi.
Lulusan sekolah ini,
tandas Sriani, selalu berhasil masuk kategori 5 besar dengan perolehan hasil
ujian nasional (unas) rata-rata 10. Atau paling rendah di atas angka 8 untuk
tiga mata pelajaran yang diujikan.
JAM BELAJAR 3 SHIFT
Kondisi yang
terjadi di SDN 006 Bontang Selatan setali tiga uang dengan apa yang terjadi di
SDN 004. Bahkan di sekolah yang terletak di Kelurahan Bontang Lestari ini, jam
belajar para siswa dibagi menjadi 3 shift.
Untuk shift pertama dimulai sejak pukul 07.30
Wita yang (diikuti kelas 1 ab, 4 ab, 5, fsn kelas 6, Red.). Shift kedua,
berlanjut pukul 10.30 Wita (diikuti kelas 2 ab. Red.). Sedangkan shift ketiga dilaksanakan pada pukul 12.40 Wita hingga
pukul 17.00 Wita (kelas 3b, Red.).
Sabina Kepala SDN 004
Bontang Lestari menilai, perhatian Disdik Bontang atas sekolah negeri di Bontang
masih sangat minim. Bahkan, ujarnya, cenderung menilai tidak merata. Sebab ada
sekolah yang infrastruktur fisiknya dipenuhi, ada pula yang tidak dipenuhi.
Padahal jika menilik dari segi pencapaian prestasi, sekolah yang dipimpinnya
sejak 2013 lalu itu diklaim tidak kalah bersaing dengan sekolah lain.
Sebagai bukti, Sabina
menyatakan pada periode 2009-2010 lalu, anak didiknya tembus meraih nilai akhir
nasional tertinggi dengan rata-rata 9 dan menyabet peringkat 1 se-Kaltim.
“Saya juga tidak
tahu apa pertimbangan Pemkot Bontang belum juga membangun gedung baru untuk
mengakomodir jumlah siswa kami yang mencapai 294 orang. Yang jelas, dengan
pembagian jadwal belajar di sekolah ini sudah menyalahi standar nasional untuk
pendidikan dasar. Di mana rata-rata per
kelas diisi 32 siswa. Atau standar pelaksanaan untuk sekolah berstatus RSBI
(rintisan sekolah bertaraf internasional, Red.)
yang rata-rata per kelas 28 siswa,” bebernya.
Dijelaskannya, di
sekolah itu hanya ada 6 ruang kelas. Sebanyak 4 kelas bangunan permanen
berbahan beton dan 2 ruang lainnya bersifat nonpermanen
berbahan kayu. Para
siswa di sekolah ini terbagi atas 10 rombong belajar. Yakni kelas 1 terbagi atas 1 a dan 1 b, kelas 2 yang terdiri dari 2 a dan 2 b, kelas 3 yang terdiri dari 3 a dan 3 b, kelas 4 yang terdiri
dari kelas 4 a dan 4 b, serta ruang kelas 6 dan 5.
Sabina mengaku
telah mengajukan usulan pembangunan gedung baru pada 2012 lalu. Dari situ,
urainya, SDN 004 Bontang Lestari dijanjikan usulan tersebut akan
direalisasikan pada 2013. Namun saying,
Sabina menyatakan, Disdik Bontang mengaku belum memasukan pembangunan itu sebagai pembangunan prioritas pada 2013 lalu.
“Disdik sudah
pernah janji kalau mau direalisasi April 2013. Tapi waktu saya tanya lagi, kata
mereka itu belum jadi prioritas tahun ini. Karena masih banyak yang lain perlu
diperhatikan,” kenangnya
Meski demikian, dia
berharap, apa yang menjadi keinginan pihak sekolah segera mendapat perhatian
Disdik Bontang.
“SD negeri kan dituntut berprestasi mendukung
program Pemkot. Jadi kami juga minta Pemkot berlaku adil dengan memenuhi
kebutuhan kami,” tandasnya. (*/in)